Mohon tunggu...
Silvi Setya
Silvi Setya Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

youth can change the world

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Perayaan Tahun Baru お正月(Oshougatsu) di Jepang

30 Desember 2020   10:03 Diperbarui: 6 Januari 2021   19:29 872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://images.app.goo.gl/YbEwQmp4DgNtYdta6

Pergantian tahun selalu menjadi perayaan suka cita bagi masyarakat disegala penjuru dunia. Biasanya perayaan tahun baru dirayakan dengan keluarga, teman, dan kerabat. Masyarakat diberbagai dunia memiliki tradisi yang berbeda-beda dalam merayakan pergantian tahun baru ini. Jepang merupakan  salah satu negara yang mempunyai tradisi unik dalam merayakan tahun baru atau biasa dikenal dengan お正月(oshougatsu).

Oshougatsu pada jaman dahulu dirayakan sesuai dengan tahun cina namun di era restorasi meiji tepatnya pada tahun 1873 perayaan ini dirayakan sesuai dengan tahun masehi yaitu 1 Januari. Masyarakat Jepang telah menyiapkan perayaan ini jauh-jauh hari sebelum hari H. Dimulai dengan 師走 (shiwasu) yang dimulai pada tanggal 1 Desember. Pada hari itu semua orang sangat sibuk, bahkan biksu yang biasanya tenang pun akan terlihat sibuk dan berlari kesana kemari untuk memberikan doa dan pengajaran. Di hari ini juga masyarakat lainnya disibukkan dengan persiapan perayaan tahun baru oshougatsu. Akhir tahun atu biasa disebut dengan 年末(nenmatsu) biasa dimulai dari tanggal 13-31 Desember. 大晦日(Omisoka) yaitu hari terakhir di bulan ke-12. Jika umat muslim di Indonesia melakukan takbiran sebelum datangnya lebaran, maka masyarakat jepang pun juga melakukan hal yang mirip sebelum datangnya tahun baru. Kemudian pada puncak acara yaitu tepat pada pukul 00.00 pergantian tahun diikuti dengan suara lonceng dari kuil. Akhir perayaan dari tahun baru di Jepang sampai tanggal 15 Januari.

Pada saat nenmatsu atau akhir tahun masyarakat jepang disibukkan dengan berbagai kegiatan seperti 大掃除(Oosoji) yang di lakukan pada tanggal 13 Desember. Pada hari itu, orang-orang sibuk membersihkan kuil dan rumah. Kemudian menghias rumah mereka dengan 門松(kadomatsu) dan しめ縄(shimenawakazari). Untuk memajang kado matsu pun ada aturannya. Kado matsu dan shimenawakazari dapat dipajang di depan rumah pada tanggal 28&30 Desember, dan tidak boleh memasangnya pada tanggal 29 & 31 Desember karena dipercaya akan membawa musibah dan dianggap tidak menghargai dewa karena terlalu terburu-buru dalam menyiapkannya.Selain itu, jika perayaan sudah selesai, kadomatsu dan shimenawakazari tidak boleh dibuang sembarangan dan harus dibuang ke kuil. Shimenawakazari juga memiliki makna yang penting dalam kepercayaan masyarakat jepang. Benda tersebut dipercaya sebagai penghubung antara dunia manusia dan dewa, selain itu sebagai ucapan untuk menyambut datangnya musim semi.

Kemudian di penghujung tahun yaitu tanggal 31 Desember terdapat acara yang disebut dengan 大晦日(Oomisoka) dimana pada kegiatan ini merupakan persiapan makan-makan sebagai penutup tahun yang diharapkan agar tahun depan tidak kekurangan makanan. Biasanya, disajikan makanan mewah dan disantap bersama keluarga sambal menonton acara tv nasional yaitu acara kompetisi bernyanyi antara pria dan wanita yang disebut dengan  紅白歌合戦(kouhaku uta gassen). Kemudian pada tengah malam sekitar pukul 11.30 biasanya akan disajikan 年越しそば(toshikushi soba) dengan tempura. Masyarakat jepang percaya jika memakan soba itu pada di malam tahun baru, rejekinya akan panjang. Saat lonceng sudah terdengar, orang-orang sudah boleh keluar rumah dan berdoa di kuil.

Tidak hanya itu, di pagi hari di tahun baru, masyarakat jepang juga masih sibuk. Mereka membersihkan 仏壇(Butsudan) dan 神棚(Kamidana) yaitu altar Shinto dan Budha, mengganti air dan kertas doa. Lalu diletakkan seperti sajen di butsudan berupa sake dan makananお節料理(osechi ryouri). Kemudian sarapan pagi berkumpul bersama keluarga untuk sarapan, sebelum sarapan biasanya meminum 御屠蘇(Otosho) yaitu minuman obat yang mengandung sedikit sake dan obat toso yang direbus dimana dipercaya jika meminumnya akan terhindar dari penyakit di tahun berikutnya. Namun, tradisi ini sudah jarang dilakukan oleh orang jepang. Setelah itu menyantap makanan yang biasa disebut お雑煮(Ozoni). Makanan itu berupa sup dengan irisan udang yang membulat yang mana digambarkan agar memilki umur yang panjang. Sup dari Ozoni ini berbeda-beda disetiap daerah, seperti daerah Hokkaido dan Tohoku, memiliki sup yang bening, sedangkan di daerah Kyoto dan Nara menggunakan sup miso. Selain Ozoni, biasanya ibu-ibu di Jepang menyajikan makanan yang disebut dengan お節料理 (Osechi Ryouri). Osechi ryouri ini memiliki cita rasa yang dominan manis dan berkaldu. Makanan ini dipersiapkan untuk 3 hari makan. Oleh karena itu, berbagai macam jenis masakan sehingga selama 3 hari itu, ibu-ibu tidak perlu memasak. Osechi Ryouri dapat dipesan atau membuatnya sendiri. Namun jika ingin memesan Osechi Ryouri ini harus jauh-jauh hari karena banyaknya pesanan yang membludak dan banyak toko yang tutup di hari tahun baru.  

Tahun baru di jepang sudah seperti lebaran atau perayaan imlek di Indonesia. Saat tahun baru di jepang, para orang tua seperti kakek, nenek, paman atau bibi, memberikan angpao kepada cucu-cucu atau keponakan-keponakannya. Angpao ini biasa disebut dengan お年玉(otoshidama). Tahun baru Jepang juga tidak lupa dengan jajanan khasnya yaitu鏡餅 (kagami mochi). Namun, mochi ini baru boleh dimakan pada tanggal 4 Januari atau setelah matsunochi pada tanggal 15 Januari.

Pada saat tahun baru, kuil Shinto di Jepang sangat ramai dikunjungi oleh orang. Hal ini biasa disebut dengan 初詣 (Hatsumode). Disana mereka berdoa, membeli 破魔矢hamaya(berbentuk seperti anak panah yang dipercaya untuk menolak bala), 御神籤omikuji(kertas ramalan). Selain pergi ke kuil mereka biasanya juga pergi ke pantai untuk melihat matahari terbit pertama di tahun baru atau biasa disebut dengan 初日の出(Hatsuhinode). Biasanya juga, di tahun baru tepatnya tanggal 3 Januari, orang jepang akan bertanya kepada keluarga, teman atau kerabatnya seperti “mimpi apa semalam?”  jika ia bermimpi tentang gunung, terong, atau elang maka, di tahun itu ia akan diberikan keselamatan dan dilancarkan rejekinya. Hal itu disebut dengan 初夢(hatsu yume) atau mimpi pertama di tahun baru. Lalu  pada tanggal 7 Januari, masyarakat jepang biasanya mengkonsumsi bubur tujuh rupa yang disebut dengan 七草粥(nanakusagayu) dimana bubur ini bermanfaat untuk menetralisir lambung,supaya sehat karena di tahun baru sudah memakan berbagai makanan. Rasa dari bubur ini agak pahit karena terbuat dari sayuran herbal.

Terakhir, pada tanggal 15 Januari merupakan akhir dari ritual tahun baru dimana membakar 門松(kadomatsu) dan しめ縄(shimenawakazari) di kuil. Dengan berakhirnya semua rangkaian ritual untuk tahun baru, masyarakat Jepang siap untuk kembali pada aktivitasnya seperti semula. Perkantoran dan sekolah akan mulai kembali berjalan seperti biasanya.

               Sumber: Webinar “ Perayaan Tahun Baru Masyarakat Jepang” bersama ibu Susy Ong,PH.D. dan ibu Imelda Coutrier Miyashita, S.S.,M.Ed. (28 Desember 2020)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun