Saya senang sekali sudah sampai pada pembuka modul dua, yaitu modul 2.1. Pada modul 2.1 saya mengesplorasi mengenai pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan murid. Saya juga berdiskusi dalam ruang kolaborasi membahas skenario pembelajaran yang disajikan dan menganalisis bagaimana guru tersebut memenuhi kebutuhan belajar muridnya. Setelah itu saya juga mengelaborasi pemahaman dengan mendengarkan penjelasan lebih lanjut dan tanya jawab yang dilakukan bersama instruktur. Setelah pemahaman dikira cukup, saya diminta mendesain rencana pembelajaran yang memperhatikan kebutuhan belajar murid yang berbeda-beda.
Beberapa waktu yang lalu, saya memang mendapatkan masalah di dalam kelas. Siswa laki-laki di dalam kelas terlihat ogah-ogahan belajar. Mereka tidak segan menunjukan pose kepala bertumpu di meja seolah-olah sedang tidur. Saya merasa sangat kecewa, karena sudah mendesain pembelajaran sedemikian rupa, tapi respon mereka tidak seperti yang saya harapkan. Saya meminta tambahan jam belajar sepulang sekolah untuk mengganti waktu saya di dalam kelas karena sibuk memindahkan kelompok duduk yang heboh dan tidak mau memperhatikan.Â
Karena pada jam terakhir saya juga mengajar di kelas yang lain, dan keluar lebih lambat, siswa-siswa tersebut sudah pulang dan hanya tersisa lima orang. Kami tetap melanjutkan belajar. Saya semakin marah dan bahkan cerita ini butuh saya ceritakan ke teman-teman dan suami. Jika sebuah kejadian saya ceritakan kepada orang lain, itu artinya, kejadian itu benar-benar menguras emosi saya. Teman-teman menyarankan untuk refleksi dan melakukan segitiga restitusi lagi dengan anak-anak tersebut.
Dua hari setelah kejadian itu, saya benar-benar melakukan segitiga restitusi. Alasan mereka pulang adalah karena sudah lapar dan harus buru-buru pergi mengaji. Anak-anak di sekolah saya sebagian besar sekolah madrasah pada siang hingga malam hari. Kebetulan sekali setelah itu, saya mempelajari modul ini. Dan saya berkaca pada pembelajaran saya selama ini, kebanyakan adalah sesuatu yang saya lakukan berulang-ulang, padahal siswa saya setiap tahun selalu berganti.
Saya punya dua hari untuk masuk ke kelas yang kebanyakan siswanya mengantuk belajar dengan saya. Ketika melakukan segitiga restitusi saya juga menanyakan kepada mereka, mengapa suka mengantuk di kelas. Mereka menjawab duduk berlama-lama membuat mereka cepat mengantuk. Kalau begitu aktifitas yang harus saya lakukan adalah sesuatu yang dapat membuat mereka belajar sambil bergerak dan berpindah tempat. Saya sedang mengajarkan teks prosedur di kelas IX. Target vocabulary baru dikuasai sebagian kecil siswa di kelas.
Saya melakukan diferensiasi konten karena berdasarkan kesiapan belajar. Tapi saya ragu apabila satu kelompok itu hanya diisi oleh siswa-siswa dengan kemampuan rendah dan keinginan belajar yang rendah, mereka akan frustasi. Jadi saya sisipkan 1 orang dengan motivasi belajar tinggi dan memiliki sikap kepemimpinan yang baik di kelompok tersebut.
Pada kelompok yang memiliki kesiapan dan motivasi belajar tinggi juga saya sisipkan beberapa anak yang pada dasarnya mampu belajar tapi sering menyesuaikan kondisi yang mereka hadapi. Tujuannya tentu saja, agar karena kondisi kondusif, mereka akan belajar lebih baik.
Saya juga memisahkan ruangan kelompok mereka. Siswa dengan kebutuhan keluar masuk kelas tinggi, saya minta duduk di luar dalam melakukan kegiatan listening. Sulit saya percaya, mereka mau mendengarkan rekaman suara saya itu berulang-ulang dan serius mendengarkan, walau saya sedang berada pada kelompok yang satunya.Â
Mereka bahkan mau bertanya. Kami juga melakukan tanya jawab setelah lembar kerja mereka selesai untuk mengelaborasi pemahaman mereka. Kedua kelompok melakukan rangkaian kegiatan tersebut dengan serius. Dan sebagai penutup mereka akan melakukan vocabulary game yang seru dan mereka disituasikan dalam sebuah kompetisi. Mereka menjadi lebih bersemangat. Pelajaran hari itu berlangsung sangat seru.
Yang saya pelajari adalah melakukan pembedaan-pembedaan pada unsur pembelajaran yang terdiri dari konten, proses dan juga produk adalah sesuatu yang mencoba menjawab kebutuhan belajar murid. Jika kebutuhan belajar mereka dipenuhi, mereka akan belajar dengan baik, pengetahuan yang mereka dapatkan akan lebih bermakna dan mereka akan mencintai proses belajar karena kesan menyenangkan yang ditimbulkan.Â