Tantangan terbesar dalam menerapkan disiplin positif di sekolah adalah mengubah pola pikir dan pendekatan yang sudah lama terbentuk di kalangan guru. Banyak rekan saya yang mungkin meragukan efektivitas posisi manajer dalam mengarahkan siswa, terutama siswa dari latar belakang ekonomi menengah ke bawah. Sebagian besar dari mereka masih percaya bahwa pendekatan tegas dengan hukuman adalah cara paling efektif untuk mengendalikan perilaku siswa.
Namun, saya percaya bahwa kunci keberhasilan penerapan disiplin positif ini adalah dengan menunjukkan praktik yang baik. Mengajak rekan-rekan guru untuk perlahan-lahan beralih dari cara lama menuju cara baru bukanlah hal yang mudah, tetapi saya yakin bahwa jika mereka melihat manfaat dan dampak positif dari pendekatan ini, mereka akan mulai menerima dan menerapkannya.
Selain itu, penerapan disiplin positif juga membutuhkan dukungan dari seluruh sivitas sekolah. Perubahan ini tidak bisa terjadi secara instan, namun dengan kerja sama dan kolaborasi, saya optimis budaya positif dapat terbentuk. Sebagai Guru Penggerak, saya berkomitmen untuk menjalankan peran saya sebagai pemimpin pembelajaran, mendukung pengembangan karakter siswa, dan menjadi coach bagi rekan-rekan guru lainnya. Visi saya adalah menciptakan sekolah yang mampu melahirkan generasi yang berdisiplin, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
B. Refleksi
1. Sejauh mana pemahaman Saya tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini.Â
Modul ini mulai dengan membahas miskonsepsi orang Indonesia terutama guru dalam memaknai disiplin. Disiplin sering kali diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau bahkan dihubungkan dengan hukuman, namun disiplin positif sebenarnya tidak memerlukan hukuman sebagai alat utama. Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa disiplin yang kuat, terutama disiplin diri yang didorong oleh motivasi internal, adalah syarat untuk mencapai kemerdekaan, baik dalam pendidikan maupun kehidupan. Disiplin diri ini memungkinkan seseorang mengontrol dan memerintah dirinya sendiri, tidak hanya mengikuti perintah orang lain. Hal ini juga sejalan dengan pandangan Diane Gossen, yang menyatakan bahwa disiplin berasal dari kata Latin 'disciplina', yang berarti belajar, dan mencerminkan kemampuan seseorang untuk mengikuti nilai-nilai kebajikan universal dengan motivasi intrinsik. Sebagai pendidik, tugas kita adalah menanamkan disiplin diri pada siswa agar mereka bertindak berdasarkan nilai-nilai ini, bukan karena dorongan eksternal. Oleh karena itu dalam penciptaan budaya positif, hendaknya dimulai dengan menentukan keyakinan kelas. Keyakinan kelas berisi pernyataan-pernyataan yang disepakati berisi nilai kebajikan yang telah disepakati dan diyakini oleh semua warga kelas.
Modul 1.4 juga mengajarkan 5 posisi kontrol yang sering dipakai untuk meningkatkan kedisiplinan. Kelima posisi ini berbeda berdasarkan pola komunikasi yang dibangun, dan bagaimana dampaknya setelah diterapkan kepada siswa. Posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah adalah posisi kontrol yang tergolong negatif dan sangat bergantung pada motivasi eksternal seseorang. Orang yang patuh karena takut mendapatkan hukuman akan terlihat sangat cocok jika ditindak oleh posisi kontrol penghukum dan pembuat rasa bersalah. Namun efek jangka panjang pada murid sangatlah buruk. Seseorang akan tumbuh menjadi pembangkang atau memiliki ledakan emosi yang parah suatu saat. Mereka juga bisa tumbuh menjadi anak yang merasa buruk dan tak punya keinginan untuk menjadi lebih baik.
Posisi kontrol sebagai teman dan pemantau tergolong yang positif. Meskipun apabila seorang guru memilih menjadi teman, ini juga memiliki dampak negatif yang membuat siswa bergantung secara emosional atau sosial kepada guru. Mereka menjadi kurang memiliki kemandirian dan tanggung jawab pribadi. Posisi pemantau sudah lebih baik. Mengajak anak untuk merefleksi dan menanyakan konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan. Namun posisi ini masih fokus pada motivasi eksternal seseorang. Posisi kontrol teratas dan terbaik adalah posisi manajer. Posisi manajer menurut saya adalah gabungan posisi teman dan pemantau. Jika seseorang menggunakan posisi kontrol manajer, dia akan mulai dengan bertanya alasan sebuah perbuatan dan mencoba mengerti situasi murid, layaknya seorang teman. Lalu seorang manajer akan membantu siswa tersebut untuk reflektif dan menanyakan apa yang lingkungan mereka yakini dan apa konsekuensinya. Posisi manajer ini adalah yang terbaik menurut Diana Gossen. Selain membantu seseorang untuk menjadi orang yang lebih baik dengan membangkitkan motivasi intrinsik nya/ Seseorang akan merasa diterima dan punya kesempatan untuk menjadi lebih baik.
Untuk langkah nyatanya, segitiga restitusi diperkenalkan kepada kami para CGP. Segitiga restitusi memiliki tiga tahapan. Yaitu menstabilkan identitas, menvalidasi kesalahan dan terakhir menanyakan keyakina.
2. Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
Nilai-nilai kebajikan itu harus nyata untuk diyakini bukan bersembunyi dibalik peraturan-peraturan. Selama ini penegakan aturan yang sudah dibuat seringkali menjadi sesuatu yang sangat ingin dilanggarkan. Mungkin karena terdengar mengekang atau bahkan karena tidak terlibat dalam menyusunnya. Modul 1.4 mengajarkan saya bahwa seharusnya dasar perilaku seseorang adalah karena nilai-nilai yang diyakini nya memang baik. Bukan karena takut dihukum atau ingin mendapatkan reward.