Sepertinya jika puasa semua makanan terasa menarik, betul nggak? Â Begitu juga kami. Â Burger, kebab, masakan Padang, dan lainnya di Festival Ramadan ini rasanya ingin kami beli semua, hehehe... Â Belum lagi aneka minuman yang menggiurkan.
Setelah mengelilingi lokasi, kami pun mulai menentukan pilihan.  Dan pilihan kami pun jatuh pada makanan khas Serang.  Jejorong,  ketan bintul,  nasi bakar, dan cilok khas Malingping Banten mengisi kresek belanjaan kami.
Selepas berbelanja kami beristirahat di teras masjid. Â Sempat tebersit keinginan untuk menambah jajanan, karena khawatir kurang. Â Untunglah kami masih menahan diri. Â Ternyata benar saja, makanan yang kami beli malah berlebih. Â Rencananya kami akan lanjut makan selepas tarawih nanti.
3. Bawa kantung plastik Sendiri
Meskipun telah menyiapkan kantung plastik sendiri, rupanya saya masih kalah gercep dengan penjual yang langsung mengantungi belanjaan saya dengan kresek kecil transparan.  Justru kresek seperti itu yang membuat saya terkadang bingung menyimpannya di rumah. Dan tampaknya gulungan kresek kecil saya di rumah nanti bertambah, hehehe. Jadi, lain kali saya harus lebih gercep.
4. Bawa sampahmu pulang
"Bu, nanti sampahnya dibawa pulang ya!" ujar putri saya. Â Wah, saya senang mendengarnya! Tampaknya ia melihat kebiasaan saya sering membawa pulang sampah bekas bekal kami saat menjenguk kakaknya di pesantren. Â Â
Kebiasaan ini mulai saya terapkan sejak tiga tahun lalu saat membaca postingan tentang himbauan kepada para pendaki gunung untuk membawa sampahnya pulang.Â
 "Gunung bukan tempat sampah.  Bawa sampahmu pulang." Begitu bunyi himbauannya.Â
Menurut saya, hal ini juga berlaku untuk tempat seperti masjid dan pesantren. Â Tak enak rasanya melihat tumpukan sampah di area ini. Â Sekiranya itu adalah sampah bekas bekal yang kita bawa sendiri dari luar, alangkah baiknya jika kita membawanya pulang.