"Lima, enam. Ada enam, yeayy!" Â Onit berteriak kegirangan karena berhasil menghitung jumlah petani dalam lukisan sawah yang terpajang di atas sofa ruang tamu. Dari teras rumah, nenek yang sedang menikmati sarapannya tersenyum. Â Ia bangga atas kepintaran cucunya yang berusia empat tahun itu.
"Onit, coba hitung lagi! Bukan enam, tapi lebih!" Rafah berteriak memanggil adiknya yang asyik bermain sore itu. Â Tak lama dua bocah itu berselisih paham meributkan jumlah petani di lukisan sawah.
"Hmmm, siapa yang seenaknya gambar petani di lukisan ini?" selidik Nenek sambil menunjuk gambar petani yang berbeda dari lainnya. Rafah tertunduk sambil menarik-narik daster Hana, ibunya. Sementara Hana  cemas sambil menggigit bibirnya. Pikirannya melayang, memikirkan  cara memperbaiki lukisan sawah antik milik nenek yang berharga jutaan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H