Alhamdulillah, kemarin (20/8) berkesempatan hadir di acara groundbreaking SDIT Kreatif, salah satu sekolah bagi kaum dhuafa di Serang yang berada di bawah naungan kami. Sekolah ini sudah berjalan memasuki tahun ketiga. Mulanya bernama SDIT Akhlakul Karimah dan saat ini kami kembangkan menjadi sekolah islam yang berbasis alam. Sekolah yang hanya baru memiliki 5 orang guru dan 1 orang Staff Tata Usaha ini berdiri di lahan yang diwakafkan oleh orang yang sadar bahwa sebenarnya harta hanya titipan dan ujian dunia semata.
2-5d5cb0f7097f367a7f64dca2.jpg
Groundbreaking ini disupport oleh provider yang sejak dulu mendapat julukan "Kartu Rakyat". Customer provider tersebut di Ramadhan lalu berpartisipasi bersama kami untuk mengembangkan pendidikan bagi kaum dhuafa. Sebagian besar dananya dikelola pusat untuk mengembangkan sekolah-sekolah, seperti Smart Ekselensia dan Tahfidz School di Kab. Bogor yang isinya banyak anak-anak pintar dan penghafal Qur'an, sisanya diberikan ke berbagai cabang salah satunya Banten.
4-5d5cb13d0d8230690e662ab2.jpg
Aku sudah sejak lama mendengar SDIT Akhlakul Karimah yang katanya hanya memiliki dua ruang kelas dan kesulitan berbagi ruang untuk siswa baru tahun ini. Sebenernya, sekolah ini berada di satu kawasan wakaf kami dan berdekatan dengan DD Farm. Walaupun DD Farm ini baru diresmikan Maret lalu, alhamdulillah salah satu margin keuntungan dari DD Farm juga untuk membantu menopang dana operasional sekolah tersebut. MasyaAllah, luar biasa ya manfaat wakaf produktif di era sekarang.
9-5d5cb176097f364e3c6bed72.jpg
Saat pertama lihat sekolah ini, aku belum sadar kalau ini sekolah. Bangunannya biasa, belum ada ciri khas ala-ala bangunan sekolah. Kelasnya bersih, sepertinya meja, kursi dan fasilitas lainnya masih terbatas. Meski demikian anak-anaknya terlihat senang dan duduk berdampingan dengan rapi. Seragam mereka juga rapi, sepatu mereka tersusun rapi di tanah rumput. Di pojok ruangan ada sejenis loker yakni meja yang ditumpuk untuk menaruh tas mereka dan ada salah satu sudut yang bertuliskan "Dengan Ilmu, Hidup menjadi Mudah. Dengan Agama, Hidup akan Terarah." Sederhana ya, semoga kalimat itu tertanam kuat di hati dan pikiran mereka hingga besar nanti.
10-5d5cb1a6097f365d81632372.jpg
Saat itu, beberapa dari mereka tampil di panggung untuk membacakan hafalan Qur'an dan hadistnya. Satu - dua orang terlihat malu-malu. Ada pula yang tak hentinya menarik napas hingga bahunya ikut naik turun. Sisanya saling tunjuk siapa yang maju terlebih dahulu. Ah, jadi ingat masa sekolah saat Ikhtifalan. Mereka sama dengan anak-anak di sekolah lain pada umumnya. Sama-sama ingin belajar, sama-sama polos dan senang bermain. Mereka hanya kurang sama mendapat hak pendidikan yang layak. Untung kelihatannya mereka pandai bersyukur.
6-5d5cb1630d82303573300e52.jpg
Saat acara dimulai, beberapa orang memanggil kepala sekolahnya. Saat ku lihat kepala sekolahnya datang, aku membentuk O bulat besar dan bergumam "Oh.. Iniiii kepala sekolahnya.." Seketika itu juga aku jadi teringat kejadian beberapa bulan lalu. Saat itu, ada yang berkunjung ke kantor dan mencari seseorang, sebut saja pak Bambang, PIC Program Kemitraan yang bertanggung jawab terhadap lembaga yang berada di bawah naungan kami serta berhubungan langsung dengan Stakeholder. Wanita muda yang berkerudung panjang dengan gamisnya itu terlihat anggun dan sopan. Saat ku tanya dari mana dan keperluannya apa, ia hanya menjawab bahwa ia guru di SDIT dan ingin mengembalikan sejumlah dana, yang ku kira dana operasional sekolah. Setelah kupanggilkan pak Bambang, ia langsung menemui pak Bambang.
7-5d5cb23c097f367a7f64dca5.jpg
Kemudian setelah itu, ia berpamitan pulang. Lalu, tidak lama setelah ia keluar, pak Bambang mendekatiku sambil berkata, "Itu Teh Mifa, teh Ivi. Dia guru di SDIT. Dia datang kesini cuma untuk mengembalikan gajinya yang lebih Rp. 2.000. Padahal, saya sudah anggap itu penggenapan. Mantap ya dia Rp. 2.000 aja dikembalikan kalau dia merasa itu bukan haknya, saya sendiri aja sebenernya ikhlas itu wong cuma duit segitu. Dia sering begitu teh Ivi, gajinya lebih sedikit langsung dikembalikan ke saya, berapapun jumlahnya.". Speechless lah aku. Rasanya sejak saat itu aku tidak lagi memerhatikan slip gajiku. Teh Mifa, masih muda dan jiwanya fresh, jauh-jauh dia datang ke hadapanku hanya untuk membuktikan bahwa semua yang ia terima akan dipertanggungjawabkan kelak.
8-5d5cb273097f36594e341313.jpg
Belum hilang ingatanku tentang guru yang mengembalikan gajinya yang lebih, rekan kerjaku di bagian keuangan mencolekku yang duduk di sampingnya. Ia berbisik, "Aku liat guru-gurunya pada senang ya vi, enjoy gitu. Padahal gaji mereka disini lebih kecil dari kita loh, vi. Hebat ya mereka?!". Â Aku tertegun. Gaji kami di lembaga kemanusiaan ini tidaklah besar, katakanlah hanya sejuta - dua juta. Awalnya aku pribadi kesulitan mengatur keuanganku sendiri, terlebih lagi aku hidup sendiri dan segala kebutuhanku ditanggung sendiri. Berbeda saat masa kuliahku dulu yang uang bulananku bisa sampai 2x gajiku sekarang. Tapi ya, hasil keringat sendiri yang dijalani dengan ikhlas justru lebih nikmat dirasakan dibanding dengan pemberian orangtua. Tidak munafik memang, bekerja untuk mencukupi kebutuhan hidup. Tapi sering kita dengar kan, segala sesuatunya sudah dijamin Allah? Karna bisa jadi, pekerjaan yang kita lakukan dengan membutuhkan effort lebih dari yang biasanya namun gaji hanya sejuta dua juta ini, barangkali Allah mengganti sejuta dua juta lainnya dengan kesehatan, nikmat iman islam, dikelilingi orang baik, dan berbagai keberkahan lainnya. Mungkin itu juga yang dirasakan guru-guru di sekolah ini. Percaya deh, orang-orang seperti mereka selalu punya cara untuk bersyukur dan pandai menciptakan bahagianya sendiri.
3-5d5cb27e097f361b945cfdc3.jpg
Aku semakin sadar, masih sangat banyak orang-orang baik di sekitarku. Ada mereka yang bekerja untuk ibadah, bukan hanya untuk berorientasi pada materi. Ada mereka yang bekerja tulus dari hati, karna mereka bekerja untuk dibawa mati. Ada mereka yang bukan hanya pengajar, tapi juga pendidik. Selama ini mereka belum mempunyai ruang guru, mungkin karna itu mereka lebih dekat dengan anak didiknya. Selama ini mereka tidak pernah menuntut lebih, tetapi mereka selalu memberi lebih. Di tahun ajaran baru ini, semoga pembangunan gedung yang ramah lingkungan segera rampung dan bisa segera mereka gunakan tanpa bingung-bingung lagi menyatukan tiga kelas di dua ruang dalam satu gedung. Mohon doanya ya!
Lihat Cerpen Selengkapnya