Mohon tunggu...
Silvia Ratnawati
Silvia Ratnawati Mohon Tunggu... Administrasi - Social Worker

Graduated from Bogor Agricultural University and work at Dompet Dhuafa Banten

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menulis Rasa

15 Maret 2015   22:53 Diperbarui: 5 April 2017   00:30 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14264347621363022277


Pernah ada saat dimana aku melewati setiap malam sunyi tanpa bintang. Kesendirian yang membawaku menerawang jauh dan menjelajah pikiran alam bawah sadarku.Di tengah kelengangan malam aku sering terjaga. Jiwa-jiwa kesepian semakin kian terasa saat aku sulit memejamkan mata. Ada sosok yang aku rindukan, selain ibu.

Cahaya kemerahan sebelum mentari terbit di ufuk timur, begitulah aku menyebutnya. Sosok yang menurutku istimewa. Sesuatu yang lebih dari indah. Seseorang yang tidak pernah lepas dari pikiranku selama beberapa bulan belakangan ini. Aku selalu beranggapan bahwa dialah anugerah Tuhan paling indah, anugerah yang Tuhan beri, anugerah yang patut dijaga. Jauh dari kehidupan keluargaku dan kisah keseharianku serta masalah-masalahku, ini perihal perasaanku yang terdalam.

Sudah lama aku memendam rasa. Aku jatuh hati diam-diam. Menyimpan rasa untuknya. Rasa yang bercampur dengan harapan. Belum lagi, perasaanku ini bukan muncul dalam waktu satu dua bulan saja, aku sudah menyimpan perasaan ini sejak lama, sudah sekitar 2 tahun lebih aku jatuh hati diam-diam. Dan sampai saat ini, aku masih menyimpan perasaan yang sama, masih dengan orang yang sama. Aku percaya, Tuhan menggenggam semua doa. Lalu dilepaskannya satu persatu disaat yang paling tepat. Yakinlah ada sesuatu yang menantimu selepas banyak kesabaran yang kau jalani yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit. Buah sabar itu indah.

Dia, dia, dia. Hanya dia yang bermain dipikiranku. Membuat pintu hatiku tak berkutik. Seakan ruang dalam pikiranku dikendalikan olehnya, pintu hatiku terjaga olehnya. Banyak yang mencoba mengetuk pintu hatiku, namun entah mengapa aku masih bertahan dengan perasaanku terhadap orang yang jelas-jelas aku tidak tahu perasaannya. Aku merasa seolah-olah aku berdiri didepan pintu hatinya dan mencoba mengetuknya namun tidak pernah ada jawaban, padahal ada banyak pintu yang terbuka untukku, tetapi aku masih menunggu pintu dihadapanku terbuka. Entah dari sudut mana aku harus mengetuk, yang jelas aku masih berdiri tegak, aku masih sabar menunggu dan aku masih setia menunggu pintu itu terbuka untukku. Entah sampai kapan.

Perasaan ini aneh. Semakin lama semakin kuat, padahal aku dengannya terpisah oleh jarak. Saat terpisah oleh jarak, ada sesuatu yang aku sebut doa. Mungkin doa itulah yang selalu mendekatkan ku dengannya. Sampai detik ini juga aku tidak pernah mempunyai alasan mengapa aku bisa begitu mencintainya. Yang aku tahu, dimataku dia adalah sesuatu yang harus dijaga, sesuatu yang harus diperjuangkan. Aku percaya sesuatu yang sulit didapat memang sudah dipersiapkan Tuhan untuk menjadi yang terbaik. Aku selalu mencintai setiap sisi lebih dan kurang yang ada pada dirinya, seburuk apapun dia, akan senantiasa terlihat indah dimataku. Walaupun sikapnya yang acuh, terkadang membuatku berjalan melambat. Namun saat sayap-sayap yang aku kepakkan mulai patah, dia senantiasa menuntunku dan mengajariku berjalan perlahan lagi. Aku ingin dia tahu arti ketulusan itu seperti apa, pengorbanan itu bagaimana. Entah dia memang orang yang Tuhan siapkan untukku atau bukan, yang jelas aku akan tetap memperjuangkannya. Sesuatu yang indah patut diperjuangkan.

Ingin rasanya aku berteriak, “Hey, I love you so much!”. Mungkin kedengarannya terkesan berlebihan, namun faktanya selama ini aku hanya bisa diam. Aku tidak pernah mengungkapkan perasaanku ini. Aku harap dia merasakannya, tanpa harus aku ungkapkan. Memang konyol sekali rasanya, aku hanya gadis pengecut yang hanya memendam rasa untuk pujaan hatinya.

Aku merindukan sesuatu yang bukan milikku. Seseorang dengan senyum yang menawan, yang selalu membuatku berkata dalam hati “Tuhan, ini dia yang aku pingin, boleh ya?”.Tutur katanya yang lembut semakin membuatku jatuh hati padanya. Sikapnya yang manis walaupun cuek, selalu membuatku penasaran. Tapi, apakah kalian tahu bagaimana rasanya mencintai namun bertahan untuk tidak mengungkapkan? Percayalah, ini lebih buruk dari sekedar patah hati. But, I’m fine. Everything will be okay. Memang mencintai itu butuh pengorbanan. Pengorbanan yang nantinya akan memberikan kebebasan dan kebahagiaan. Ada buah dari kesabaran, aku yakin itu. Sesuatu yang berharga memang sulit didapat. Sangat mudah sekali jatuh hati padanya, namun tidak dengan memilikinya. Waktu berputar dan entah sudah berapa lama aku menunggunya. Rindu ini ada, meski jemari ini belum saling bersentuhan dengannya.

Dia adalah apa yang selalu aku tulis dalam cerita, dan aku adalah apa yang tidak pernah dia baca. Sedih sekali. Hari ini, esok dan seterusnya rasaku akan tetap sama. Walau dia menganggapku tidak ada. Bulanpun menginginkan matahari, namun ia tahu sebatas mana ia harus bermimpi. Menunggu tanpa jenuh. Berharap tanpa lelah. Mendoakan tanpa mengeluh. Aku selalu mendoakannya dalam hal apapun, walaupun belum tentu dia juga mendoakanku. Aku juga selalu memberinya semangat, mensupportnya dan selalu memperhatikan segala hal tentangnya. Entah dia sadar atau tidak, mungkin ini bentuk kepedulianku terhadapnya. Sudah begitu banyak yang aku lakukan untuknya, dengan penuh ketulusan.Ketulusan dan kesetiaan yang terhalang oleh jarak dan waktu. Jarak dan waktu pula yang mengolok-olok aku yang tengah menyapa rindu untuknya. Dia adalah bagian terkecil dari partikel memoriku, yang paling aku rindukan. Aku tidak berharap lebih, aku hanya berharap suatu saat dia sadar bahwa yang ku maksud itu selalu dia dan akan tetap dia. Because, he is the one. Still the one, only one. Cahaya indah sebelum mentari terbit diufuk timur.

Note:

“Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah diwaktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar. Sementara menanti, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, aku semakin memudar. “ Darwis-Tere Liye

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun