Mohon tunggu...
Silvia Qotrunnada
Silvia Qotrunnada Mohon Tunggu... -

i'm...dreamer...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilihanku..

22 Desember 2013   18:39 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:37 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Aku pernah merasakan berada dalam dua pilihan yang susah. Susah untuk kupilih mana yang terbaik untukku nantinya. Waktu itu saat ujian perguruan tinggi atau yang disebut SNMPTN 2012 tahun dimana aku telah berhasil melewati masa putih abu-abu. Aku ikut SNMPTN 2012 tulis dengan pilihan pertama Psikologi Undip Semarang dan pilihan kedua yaitu Psikologi UIN Malang. Kemudian pengumuman, dan aku berhasil lolos. Akan tetapi aku hanya lolos pada pilihan kedua di UIN Malang, sebuah kampus yang menurutku menyeramkan tadinya, karena satu tahun harus “mendekam” di asrama 8 orang per kamar. Dan aku tidak pernah merasakan tidur bersama-sama seperti layaknya anak pondok. Ada bayangan buruk yang selalu menghantuiku. Lalu kedua orang tuaku menyarankan untuk mencoba lagi pada tes-tes mandiri PTN lainnya. Hingga pada akhirnya aku lelah dan mengambil keputusan untuk “memantapkan” hatiku pada UIN Malang yang sekarang menjadi kampus tercintaku saat ini.hanya saja harapanku kedepan semoga ini yang terbaik buat aku.

Salah satu bentuk lain dari penalaran disebut penalaran induktif. Dalam penalaran induktif, sebuah kesimpulan biasanya dinyatakan secara implicit atau eksplisit dalam konteks pernyataan kemungkinan. Dalam kehidupan sehari-hari, kita biasanya membuat keputusan yang tidak terlalu mencerminkan hasil paradigm silogistik yang sudah dipikirkan baik-baik, tapi dalam konteks penalaran induktif, yang keputusannya berdasarkan pengalaman masa lalu dan kesimpulannya berdasarkan yang dirasa sebagai pilihan terbaik dari sejumlah alternatif. Dalam banyak situasi, sifat dasar dari masalah adalah tidak cocok dengan analisa matematis. Tversky (1972) menyatakan bahwa mengambil keputusan kita memilih alternatif dengan cara mengeleminasi pilihan yang kurang menarik secara bertahap. Dia menyebut ide ini eleminasi oleh aspek, karena individu dianggap mengeleminasi alternatif yang kurang menarik berdasarkan evaluasi dari atribut, atau aspek, dari alternatif-alternatif yang ada. Jika alternatif tidak memiliki standart minimum, maka alternatif itu dieleminasi dari kumpulan pilihan.

Sumber : Solso,R.L,dkk.(2007).Psikologi Kognitif. Penerbit Erlangga : Jakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun