Mohon tunggu...
Silvia Paramita
Silvia Paramita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Jangan pernah menyerah di langit masih ada langit, matahari bersinar bukan untuk dirinya sendiri melainkan untuk semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Air yang Pahit

24 Februari 2022   21:42 Diperbarui: 24 Februari 2022   21:59 1012
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Judul: "Air Yang Pahit"

Ada orang tua bijak di datangi seorang
Pemuda yang sedang menghadapi masalah, Tanpa membuang waktu pemuda itu Langsung menceritakan semua masalahnya, Pak tua bijak hanya mendengar dengan seksama, Lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit
Dan meminta anak muda itu mengambil segelas air di taburkan lah serbuk pahit itu ke dalam gelas dan di aduk nya perlahan.
Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ujar pak tua, pahit sekali jawab pemuda itu... pak tua itu tersenyum, mengajak pemuda itu berjalan ke tepi danau di belakang rumahnya mereka berjalan berdampingan dan akhirnya sampailah mereka berdua ke tepi danau yang tenang itu.
Sesampainya di sana pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke danau itu dan dengan sepotong kayu ia mengaduknya coba ambil air dari danau itu dan minumlah, saat si pemuda merenggut air itu pak tua bertanya lagi bagaimana rasanya?? segar sahut si pemuda itu apakah kamu merasa pahit di dalam air itu tanya pak tua itu
Tidak sahut pemuda itu, pak tua itu tertawa sambil berkata anak muda dengarkan baik-baik pahitnya kehidupan sama seperti segenggam serbuk pahit ini tak lebih tak kurang jumlah dan rasa pahitnya pun sama dan memang akan tetap sama tapi ingat kepahitan yang kita rasakan sekarang tergantung dari wadah yang kita miliki jadi, saat kita merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup hanya ada satu yang kita dapat lakukan luaskan dan perbesar kapasitas hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. hati kita adalah wadah  jangan jadikan hati kita seperti gelas tapi buatlah hati kita seperti danau yang besar dan mampu menampung setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian.

Kesempurnaan rasa kopi berasal dari rasa pahitnya. Oleh karena itu, kenangan pahit akan membentuk kita yang lebih baik di masa depan. 

Terimakasih

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun