Jangan terlalu dalam menatap
Yang tidak ada padamu ada dalam rupaku
Aku telah berteman dengan ular lebih dulu
Walau kau mencintaiku di balik matamu
Akan aku sampaikanÂ
Langit telah menjadi saksi
Bahwa cawan yang kau gengam dengan erat
Adalah cermin yang selalu berwujud rupaku
Lalu tanyamu dalam sepi
"Jika benar cawanku tempat cerminanmu,
maka bolehkah aku berkaca pada bola matamu?"
Aku membisu sekali lagiÂ
Mana yang harus aku gengam
Cawanku, Ular temanku, atau Mawar?
Ia mawar yang sempat aku jatuhkan
"Jatuhkan di mana?"
Di depan patung tadi,
Sebelum aku bercermin di cawanmu
Lalu tanganmu mulai gematar
Dan tak lagi kuat menahan
Cawan berisi dosa putihmu jatuh
Dan tepat di hadapanku tubuhmu jatuh jua
Jatuh tersungkur ke dalam-dalamnya
Melebihi kejatuhan Adam dan Hawa.
Jakarta, 01/02/19
#wanitakarismatik
#susuhdimiliki
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H