Mohon tunggu...
Mariana Silviani
Mariana Silviani Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyuka Kopi dan Puisi di pagi hari

Wanita berhati puisi, bersajak dengan semesta di bawah rinai mentari pagi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cawan Jatuh di Hadapan Hawa

2 Februari 2019   12:56 Diperbarui: 2 Februari 2019   13:09 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jangan terlalu dalam menatap
Yang tidak ada padamu ada dalam rupaku
Aku telah berteman dengan ular lebih dulu
Walau kau mencintaiku di balik matamu

Akan aku sampaikan 
Langit telah menjadi saksi
Bahwa cawan yang kau gengam dengan erat
Adalah cermin yang selalu berwujud rupaku

Lalu tanyamu dalam sepi
"Jika benar cawanku tempat cerminanmu,
maka bolehkah aku berkaca pada bola matamu?"
Aku membisu sekali lagi 
Mana yang harus aku gengam
Cawanku, Ular temanku, atau Mawar?

Ia mawar yang sempat aku jatuhkan
"Jatuhkan di mana?"
Di depan patung tadi,
Sebelum aku bercermin di cawanmu

Lalu tanganmu mulai gematar
Dan tak lagi kuat menahan
Cawan berisi dosa putihmu jatuh
Dan tepat di hadapanku tubuhmu jatuh jua
Jatuh tersungkur ke dalam-dalamnya
Melebihi kejatuhan Adam dan Hawa.

Jakarta, 01/02/19

#wanitakarismatik
#susuhdimiliki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun