Mohon tunggu...
Silviana Maya Arinto
Silviana Maya Arinto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Silviana Maya Arinto adalah seorang mahasiswi yang saat ini sedang menempuh pendidikan S1 Program Studi Perbankan Syariah Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama menjalankan aktivitasnya, orang-orang biasa memanggil dengan sebutan Silvi. Ya itu saya. Lahir di Tangerang pada tanggal 28 Maret 2004 dan saat ini berusia 19 tahun. Saya berdomisili di Kabupaten Tangerang. Sudah 6 bulan lamanya saya berstatus sebagai seorang mahasiswi dimana status ini mendorong saya untuk melakukan pengembangan kepribadian dan kecerdasan konteks sebagai proses pesona individu maupun kelompok yang bertumpu pada visi, misi dan tujuan untuk membangun jati diri serta keterampilan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam diri saya. Mengutip berbagai kegiatan di dalam maupun di luar kampus, saya ingin memperkenalkan keahlian atau skill yang selama ini terus saya asah. Salah satunya melalui Lembaga Semi Otonom (LSO) yang ada di Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, saya berhasil dalam melakukan penyusunan laporan, mencatat notulen rapat divisi, merencanakan event dan menyiapkan bahan, serta berperan sebagai penanggung jawab untuk salah satu program kerja (proker). Saya selalu membuat jadwal untuk semua tugas-tugas kuliah maupun kegiatan sehari-hari agar saya dapat menjalankan serta menyelesaikan semua tanggung jawab dengan efisien dan efektif. Selain itu sebagai seorang mahasiswi yang adaptif dan empatik, saya turut terjun dalam membantu orang lain dengan berbagai macam cara salah satunya melalui banyak metode pendekatan dalam mengatasi kesulitan orang lain atau bagaimana caranya bisa menyelesaikan masalah yang sedang ditangani. Dan yang terakhir, saya selalu memegang teguh prinsip dan berkomitmen dalam setiap tindakan dan perbuatan saya salah satunya dalam menempuh pendidikan di kampus. Disisi lain, sebagai seseorang yang hidup di era Gen Z dimana era ini membuat anak muda seusia saya cepat dalam menangkap berbagai informasi terkait kehidupan maupun ilmu pengetahuan yang bisa di didapatkan dari platform online. Media sosial menjadi tempat atau ranah dalam menyebar luaskan semua informasi tersebut. Belajar bahasa asing merupakan salah satu upaya yang saya gunakan dalam memanfaatkan momentum era ini untuk mendapatkan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Extreme Job

12 Maret 2023   09:33 Diperbarui: 12 Maret 2023   09:49 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Saya ingin menceritakan kembali mengenai ulasan teman saya pada film yang sudah ditonton olehnya. Salah satu film produksi Korea Selatan yang berjudul Extreme Job. Film ini bergenre komedi namun dengan aksi kriminal mengenai detektif kepolisian divisi narkotika yang dianggap remeh karena tidak memberikan impact/timbal balik yang bermanfaat untuk kantor kepolisian. Sebab inilah, Ketua divisi tidak pernah naik pangkat di kepolisian. Mereka selalu merasa dikucilkan hingga berjanji untuk melakukan sesuatu hal yang akan membuat semua orang bahkan tatanan negara akan mengenang hasil kerja keras mereka. Mereka pun memilih untuk melakukan tugasnya diluar lingkup kantor kepolisian.
Suatu saat mereka menemukan sebuah kasus tindakan kriminal yang dilakukan oleh sekomplotan gengster. Ternyata gengster ini sudah menjadi target bulan-bulanan kepolisian sejak beberapa tahun yang lalu. Mereka merupakan buronan karena mengedarkan obat-obatan terlarang. Tanpa berpikir panjang, ketua divisi ini pun mencoba untuk terjun langsung melakukan tindakan investigasi seorang diri tanpa dibantu rekan kepolisian lainnya. Ia menyelinap ke tempat dimana para gengster ini berdiam diri. Perlahan tapi pasti dengan hati-hati sang ketua mencoba masuk ke dalam ruangan yang dindingnya dilapisi kaca.
Namun siapa sangka ternyata kaca tersebut tembus pandang. Dan aksi ketua ini pun dilihat oleh seluruh gengster yang ada di dalam ruangan. Mengetahui apa yang dia lakukan diketahui oleh para gengster, sang ketua pun langsung menghubungi semua rekan di divisi narkotika untuk bergegas cepat menangkap para gengster. Para gengster pun langsung porak poranda pergi menyelamatkan diri dari kejaran para polisi. Tak sampai lima menit para gengster pun bisa menghilang hingga sang ketua kehilangan jejak nya.
Hari demi hari, berbulan-bulan lamanya, ketua dan seluruh rekan kerja kebingungan kemana lagi mereka harus mencari para gengster ini bersembunyi hingga suatu saat salah satu rekan polisi memberi tau kecurigaan nya kepada sebuah gedung yang berada di ujung jalan dekat tempat kuliner. Kecurigaan ini bermula saat salah satu anggota kepolisian melihat ada sebuah mobil besar berwarna hitam di depan gedung dan dikendarai oleh seorang pria bertubuh besar dan bertato. Tidak lama teman-teman pria tersebut datang menaiki mobil tersebut. Tak kehilangan akal, ketua polisi ini langsung memberikan arahan untuk mendatangi gedung yang menjadi sasaran kecurigaan salah satu anggotanya. Namun karena tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, sang ketua pun mengajak diskusi seluruh rekan kerja untuk merencanakan dan melakukan aksi secara tersusun rapi sesuai dengan apa yang dia harapkan.
Aksi pun dimulai. Pertama-tama salah satu anggota nya mendatangi sebuah restoran ayam goreng tidak jauh dari gedung para gengster. Mencoba untuk mengulik informasi dari penjual ayam goreng terkait orang-orang yang tinggal di gedung tersebut. Melalui informasi yang didapat, sang anggota pun yakin bahwa para gengster hidup bersembungi di dalam gedung tersebut. Setelah itu, anggota tersebut melapor kepada sang ketua. Untuk memuluskan rencana selanjutnya, sang ketua pun berinisiatif untuk membeli ruko ayam goreng dan mengoperasikan restaurant tersebut agar lebih mudah dalam memantau para gengster. Transaksi pun terjadi antara pemilik restaurant ayam goreng dengan sang ketua. Melalui diskusi kisaran harga, sang pemilik pun sepakat untuk menjual restaurant nya.
Langkah selanjutnya, sang ketua beserta jajarannya pun langsung bertukar peran menjadi penjual ayam goreng. Namun tidak semudah yang dibayangkan, alih-alih agar salah satu anggota gengster datang memesan ayam goreng tetapi sudah lama sejak mereka menjadi penjual, tidak ada satupun anggota yang datang untuk memesan. Beberapa kesulitan pun menghampiri ketua beserta para rekannya. Mereka menghadapi berbagai banyak masalah internal dan eksternal. Permasalahan muncul mengenai siapa yang pandai dalam menggoreng ayam lalu datang masalah dari pelanggan yang merasa kesal karena rasa ayam gorengnya tidak seenak seperti yang dulu. Waktu demi waktu berputar hingga ditemukan resep agar ayam goreng tersebut menjadi lezat yaitu dengan olesan madu diatasnya. Restaurant tersebut pun ramai dikunjungi pelanggan hingga masuk kedalam media cetak maupun media elektronik. Banyak wartawan yang datang mewawancarai ketua polisi yang berperan sebagai bos di restaurant tersebut mengenai resep membuat ayam goreng yang rasa lezatnya tidak ditemukan di restaurant lainnya.
Kelelahan yang berkepanjangan namun pendapatan terus berkembang hingga membuat mereka nyaris lalai akan tugas utama mereka untuk menangkap para gengster. Sementara itu, ketua gengster yang melihat popularitas restoran ayam goreng tersebut di berbagai media memiliki ide untuk memanfaatkannya. Mereka berniat untuk bekerja sama dengan restoran tersebut dan menjadikannya alat untuk menyelundupkan narkoba ke para pelanggan mereka. Anak buah nya kemudian membeli restoran tersebut dan menjadikannya bisnis waralaba nasional. Di sisi lain, ayam goreng milik polisi segera membuka cabang di berbagai tempat. Namun karena cabang tersebut dikelola oleh para preman anak buah gengster, restoran cabang pun menjadi kacau.
Para polisi kemudian mencoba mengusut apa yang terjadi hingga menemukan fakta bahwa bisnis restoran mereka dimanfaatkan oleh para pengedar narkoba. Salah satu anggota kepolisian yang melakukan pengintaian seorang diri kemudian tertangkap oleh anak buah gengster. Kemudian anggota yang lain langsung mencoba melacak lokasi yang diintai. Mereka akhirnya berhasil menemukan ketua gengster yang tengah bertransaksi narkoba dengan kriminal terkenal lainnya. Para kepolisian pun terlibat aksi pertarungan dengan para penjahat tersebut.
Setelah menjalani pertarungan yang cukup sengit, tim kepolisian berhasil menang dan menangkap ketua gengster sebagai pengedar, kiriminal terkenal lainnya, beserta seluruh anak buah mereka. Tim yang mulanya nyaris dibubarkan tersebut pun justru mendapat apresiasi dan seluruh anggota tim mendapat kenaikan pangkat dari kepolisian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun