Mohon tunggu...
Silvia Morisha Siregar
Silvia Morisha Siregar Mohon Tunggu... -

Palembang,5 September 1996 Maju terus pantang mundur untuk menjadi wanita karir :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tahap Perkembangan Psikoseksual

1 April 2015   01:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:42 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di sini saya akan menjelaskan tentang perkembangan psikoseksual menurut sigmund freud yang di mana akan ada tahap-tahap yang terjadi perkembangan psikoseksual terhadap manusia yang dimana bahwa manusia sejak lahir mempunyai insting libido (nafsu seksual) yang berkembang dalam lima tahap. Sigmund freud mengusulkan bahwa jika anak mengalami frustasi seksual dalam kaitannya anak itu akan mengalami kecemasa yang akan bertahan menjadi dewasa sebagai neurosis,gangguan mental fungsional .

Mengingat timeline diprediksi perilaku masa kanak-kanak,ia mengusulkan ''libido pembangunan'' sebagai model kecil yang normal perkembangan seksual, dimana anak akan berlangsung  melalui lima tahap psikoseksual yaitu fase oral, fase anal, fase phalic, fase laten, fase genital dimana kesenangan sumber dalam yang berbeda zona sensitif seksual .

Fase Oral (0-1 tahun)

Pada fase ini mulut merupakan daerah pokok aktivitas dinamik atau daerah kepuasaan seksual yang dipilih oleh insting seksual. Makan atau minum menjadi sumber kenikmatannya. Kenikmatan atau kepuasaan diperoleh dari rangsangan terhadap bibir,rongga mulut, kerongkongan, tingkah laku mengunyah dan mengigit (sesudah gigi tumbuh), serta menelan dan memuntahkan makanan ( kalau makanan tidak memuasakan). Mulut sebagai daerah erogen, terbawa sampai dewasa dalam bentuk yang lebih bervariasi mulai dari mengunyah permen karet, mengigit pensil, senang makan, menghisap rokok, menggunjing orang lain, sampai berkata-kata kotor. Tahap ini secara khusus ditandai oleh berkembangnya perasaan ketergantunganmendapat perlindungan dari orang lain serperti khusunya ibu. Sedangkan tugas perkembanga utama fase oral ini adalah memperoleh rasa percaya, yakni percaya kepada orang lain, kepada dunia, dan kepada diri sendiri. Cinta adalah pelindungan terbaik terhadap ketakutan dan ketidakamanan. Anak-anak yang dicintai oleh orang lain hanya akan mendapatsedikit kesulitan dalam menerima dirinya sendiri. Sedangkan anak yang merasa tidak diinginkan, tidak diterima, dan tidak dicintai, cenderung mengalami kesulitan yang besar dalam menerima diri sendiri. Anak-anak yang ditolak akan belajar untuk tidak mempercayai dunia mereka memandang dunia sebagai tempat yang mengancam. Efek penolakan  pada fase oral adalah kecendrungan di masa kanak-kanak selanjutnya untuk menjadi penakut, tidak aman, haus akan perhatian iri, agresif, benci dan kesepian .

Fase Anal (1-3 tahun)

Pada fase dubur merupakan daerah pokok aktivitas dinamik, kateksis dan anti kateksis berpusat pada fungsi eliminer (pembuangan kotoran). Mengeluarkan faces menghilangkan perasaan tekanan yang tidak menyenangkan dari akumulasi sisa makanan. Sepanjang tahap anal, latihan defakasi (toilet training0 memaksa anak untuk belajar menunda kepuasan bebas dari tegangan anal. Freud yakin toilet training adalah bentuk mulai dari belajar memuaskan id dan superego sekaligus, kebutuhan id dalam bentuk kenikmatan sesudah defakasi dan kebutuhan superego dalam bentuk hambatan sosial atau tuntutan sosial untuk mengontrol kebutuhan defakasi. Semua hambatan bentuk kontrol diri dan penguasaan diri . Berasa dari fase anal, dampak toilet training terhadap kepribadian di masa depan tergantung kepada sikap dan metode orang tua dalam melatih. Misalnya, jika ibu terlalu keras anak akan menahan facesnya dan mengalami sembelit. Ini adalah prototip tingkah laku keras kepala dan kikir. Sebaliknya ibu yang membiarkan anak tanpa toilet training akan membuat anak bebas mempiaskan tegangannya dengan mengeluarkan kotoran di tempat waktu yang tidak tepat, yang di masa mendatang muncul sebagai sifat ketidakteraturan atau jorok dan semaunya sendiri. Apabila ibu bersifat membimbing dengan kasih sayang anak mendapat pengertian bahwa produktif. Jadi, tugas yang harus diselesaikan selama fase ini adalah belajar mandiri memiliki kekuatan pribadi dan otonomi, serta belajar bagaimanamengakui dan menangani perasaan-[erasaan yang negatif .

Dan untuk mengenai fase-fase selanjutnya itu akan di lanjut insyaalah untuk tugas minggu depan dan akan diperjelas lagi .

SELAMAT MEMBACA :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun