mulanya, di hari yang biasa itu, tiba tiba pelangi melingkar, tanpa hujan, tanpa peringatan, dan udara berganti kebahagiaan yang mengalir, juga getir
pertemuan adalah awalan yang sederhana untuk jatuh cinta, langit cukup cerah untuk memekarkan cahaya, yang memetakan garis garis wajahmu ketika tersenyum canggung, dan mentari cukup ramah menembus jendela, cahayanya bermain main dimata kelerengmu yang hitam gelap, dan aku cukup beruntung untuk terpesona melihatmu berdiri di depan sana
ada debar yang tak dapat ku urai
ada getar yang tak kunjung terjabar
seketika ada bagian dari dirimu yang menjadi bagian dari diriku, dan tak mungkin lagi lepas
sejak saat itu, rindu adalah hal yang sukar dihalau, dan harapan mengikat segalanya dengan erat, dia adalah mimpi mimpi dan lamunanku yang nyaris sempurna,
dia adalah penantian yang tersembunyi sejak lama
aku jatuh cinta padanya, namun tak pernah mampu bicara
maka setiap hari kukirimi dia cinta, yang bersembunyi dalam kata kata, lewat sajakku
namun, aku tak tahu pahamkah dia, tersanjungkah dia, pada sebaik baiknya sajak yang ku alamatkan
biar kutunggu kau mengerti
biar kutunggu sampai nanti yang belum pasti