Kabupaten Siak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Riau. Di kabupaten Siak ini dapat kita jumpai berbagai peninggalan sejarah, contohnya seperti Tangsi Belanda yang merupakan benteng peninggalan Belanda yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Tangsi ini terletak di Jalan Benteng Hulu, Kecamatan Mempura Kabupaten Siak. Letaknya pun pas di seberang Kerajaan Siak yang hanya dipisahkan oleh sungai Siak. Tangsi Belanda ini dibangun pada tahun 1860M dan baru difungsikan pada tahun 1868M, tepatnya pada masa pemerintahan sultan ke-9 Kerajaan Siak, yakni Sultan Assaidis Syarif Ismail Abdul Jalil Jalaluddin (1827-1864).
Tangsi ini merupakan kantor yang digunakan sebagai zona perlindungan/pertahanan sekaligus tempat pelatihan dan istirahat para serdadu-serdadu belanda pada saat itu. Dahulunya tangsi ini digunakan sebagai kantor residen, penjara, gudang senjata, barak (asrama) pasukan Belanda, serta kantor controleur. Arsitektur bangunan ini sangat khas, sebagaimana bangunan Eropa pada saat itu. Ukuran penjara ini sekitar 2-3 meter, berisi 4-8 orang. Penjara ini berisi tahanan anak-anak pribumi yang tidak mau mengikuti peraturan. Mereka diberi makan melalui lubang kecil. Tempat yang dulunya dijadikan sebagai gudang mesiu/gudang persenjataan ini roboh pada tahun 2012 silam. Bangunan ini, telah beberapa kali mengalami renovasi.
Pak Dadang selaku Petugas di Tangsi Belanda ini mengatakan “Sebelum tangsi ini berdiri, terlebih dahulu pihak Belanda dan Kesultanan Siak menjalin kerja sama yang disebut sebagai Traktat Siak. Kerja sama ini mencakup sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan.” Lebih lanjut lagi, Pak Dadang mengatakan bahwa pada saat itu siak ini sangat kaya akan sumber daya alamnya, terutama rempah-rempah.
Kerja sama ekonomi antara Belanda dengan Kerajaan Siak ini bersifat saling menguntungkan. Hubungan antara keduanya pun harmonis. Konflik militer antara Kerajaan Siak dengan Belanda hanya pernah terjadi pada tahun 1753 yang dikenal sebagai Perang Guntung. Peperangan ini dimenangkan oleh kerajaan siak dibawah pimpinan Tengku Buang Asmara. Setelah itu tidak ada lagi catatan sejarah yang menyebutkan terjadinya konflik milter antara Kerajaan Siak dengan Belanda.
Selain Belanda, bangunan ini juga pernah diduduki oleh Jepang. Semua kepentingan bisnis Balanda di Siak, diambil alih oleh Jepang. Akan tetapi tidak begitu lama, hanya sekitar 3 tahun. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini langsung diambil alih oleh Bangsa Indonesia. Setelah diambil alih oleh Bangsa Indonesia, bangunan ini dijadikan sebagai sekolah rakyat pada saat itu.
Saat ini, setelah mengalami renovasi, Tangsi Belanda ini tampak sudah lebih terawat dan semakin kokoh. Bangunan paling depan dijadikan sebagai kantor administrasi para wisatawan yang datang berkunjung. Sedangkan tempat yang dulunya dijadikan sebagai barak tentara, penjara dan lain sebagainya hanya dijadikan objek wisata saja. Pada masa pandemi seperti sekarang ini, menyebabkan hanya sedikit pengunjung yang datang berkunjung.
Nama : Silvia Anjani