Mohon tunggu...
Silvia Anatasia
Silvia Anatasia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya merupakan Mahasiswa semester 6 jurusan Manajemen di Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Saya lahir di Jakarta, namun tumbuh dan tinggal di Yogyakarta hingga saat ini. Saya menyukai olahraga seperti basket atau sejenisnya, dan Saya sangat menyukai seni khususnya menari sejak kecil hingga saat ini.

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Create Money without Money with Art and Charity

3 Juli 2023   11:25 Diperbarui: 3 Juli 2023   12:09 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: Dokumentasi Smile Peace Project

Belajar tak melulu hanya soal teori belaka, bukan selalu tentang masalah yang butuh dipecahkan oleh rumus atau logika. Bukan pula tentang perjuangan dan air mata hanya demi mengejar nilai yang sempurna, namun nantinya bisa hilang begitu saja. Pada umumnya kita memandang bahwa belajar di sekolah atau kampus hanya sekedar datang, mendengarkan penjelasan materi dari Bapak Ibu guru atau dosen, mengerjakan tugas atau latihan soal yang mereka berikan, lalu pulang dan melanjutkan kegiatan atau berorganisasi. Kemudian setiap pertengahan dan akhir semester akan menghadapi test atau ujian, hasil nilai yang baik menjadi salah satu standar bahwa seseorang dianggap pintar dan rajin, sedangkan nilai yang buruk dianggap bodoh dan malas. Setiap naik kelas atau lanjut ke semester berikutnya, mereka akan mengulangi hal yang sama yaitu datang, mendengarkan, mengerjakan, pulang, ujian, selesai. Bahkan hal-hal tersebut akhirnya hanya menjadi rutinitas belaka bagi mereka. Mereka tidak mendapatkan sesuatu hal yang baru atau sesuatu yang berharga dan bisa berguna untuk mereka suatu hari nanti. Padahal dalam belajar tujuan terpenting bukan hanya tentang nilai, bukan tentang hasil yang harus sempurna dan memuaskan, tetapi yang lebih penting adalah prosesnya. Bagaimana ketika kita gagal dan terjatuh kita tidak mudah putus asa, tidak menyalahkan diri sendiri, keadaan, apalagi sampai menyalahkan orang lain. Melainkan kita bisa merefleksikan diri apa yang membuat hal tersebut gagal atau apa yang membuat kita menjadi jatuh, lalu mencoba mencari beberapa solusi atau penyelesaiannya dan kita implementasikan, bila masih gagal juga kita bisa terus coba sampai menemukan solusi dan jalan yang tepat atas permasalahan yang ada. Dengan terus mencoba kita bisa mendapatkan banyak hal yang baru dan itulah yang disebut dengan pengalaman dalam proses belajar. Nah, dalam kesempatan kali ini kita akan membahas mengenai suatu proses belajar dimana pengalaman yang akan menjadi media atau pembelajarannya atau biasa kita sebut dengan istilah experiential learning.

Experiential learning merupakan suatu pembelajaran yang dilakukan dengan cara refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman secara langsung. Teknik ini lebih berfokus kepada proses pembelajaran untuk masing-masing individu. Jadi, peran guru atau dosen disini nantinya hanya akan mengarahkan proses pembelajarannya akan seperti apa atau bagaimana dan selebihnya akan membiarkan siswa atau mahasiswa tertarik secara alami untuk belajar tanpa disuruh atau dipaksa oleh mereka. Metode ini dianggap lebih efektif sebab dengan metode ini memungkinkan para siswa atau mahasiswa untuk belajar dengan memenuhi seluruh aspek yang penting dalam proses pembelajaran yakni kognitif, afektif, dan emosi. Dengan terpenuhinya seluruh aspek penting tersebut dalam proses pembelajaran membuat pemahaman para siswa dan mahasiswa menjadi lebih mendalam dan juga saat melakukannya akan sepenuh hati karena keinginan untuk belajar itu merupakan ketertarikan dari dalam dirinya sendiri bukan paksaan atau dorongan dari orang lain.

Dalam mata kuliah Kewirausahaan yang Saya ambil pada semester ini, Saya dan teman-teman diajak untuk mencoba mengimplementasikan metode experiential learning ini dalam project yang akan kami laksanakan secara berkelompok. Adapun tiap kelompok berisikan 10 orang yang dipilih secara acak sesuai urutan presensi, sehingga kami juga tidak bisa memilih ingin satu kelompok dengan siapa, terdapat perbedaan gender, program studi, latar belakang, agama, ras, suku, watak, sifat, kepribadian, dan banyak perbedaan lainnya yang mewarnai kelompok kami. Selain itu, kami juga harus bisa membuat suatu project yang dimana di dalamnya menggabungkan antara unsur Art dan Charity atau menggabungkan unsur seni dengan kemanusiaan. Kami bisa membantu para seniman asal Yogyakarta khususnya yang nama dan karyanya belum terlalu terkenal untuk memperkenalkan dan mempromosikan nama dan karya-karya mereka kepada khalayak umum serta karyanya tersebut nantinya dapat dikomersialisasikan. Sebab biasanya para seniman hanya memiliki skill atau kemampuan untuk menghasilkan atau menciptakan suatu karya lukis yang sangat indah dan memukau saja, tetapi mereka tidak memiliki ilmu untuk memasarkan dan menjualnya. Sehingga, kami sebagai mahasiswa ekonomi diajak untuk bisa mengimplementasikan ilmu kami secara nyata dengan membantu memasarkan dan mempromosikan karya lukisan dari para seniman tersebut. Kami dibebaskan untuk mengemasnya dalam bentuk bagaimana dan di atas media apa. Di sini kelompok kami memilih dua orang seniman asal Yogyakarta yaitu Bapak Nugro Wantoro dan seniman dari salah satu UMKM yang ada di Taman Sari. Seniman pertama yaitu Bapak Nugro Wantoro yang merupakan seorang seniman asal Yogyakarta yang memiliki istri asli dari Bali dan beliau memang lulusan dari sekolah khusus melukis yaitu SMSR Yogyakarta dan ISI Yogyakarta jurusan Seni Rupa Murni Lukis, sehingga ornamen yang tertuang pada karya-karya beliau memiliki ciri khas bernuansa Bali dan lebih ekspresif. Sedangkan, untuk seniman kedua yaitu seniman dari Waiki Kaos Lukis Jogja yang berada di Komplek Wisata Taman Sari yang dimana UMKM ini sudah berjalan cukup lama, dengan ciri khas yang menghasilkan karya lukisan dengan bermedia kaos dan menggunakan pewarna batik dengan teknik menguas. Kelompok kami sepakat bahwa tema untuk lukisan yang akan digunakan nantinya yaitu bernuansa tentang Yogyakarta, sebuah kota yang menyimpan sejuta rindu dan kenangan di setiap sudut kota dengan cahaya lampu kota yang menjadi ciri khasnya.

Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Dari kedua seniman yang telah kami pilih tersebut, karya lukisan yang akan mereka buat nantinya akan kami cetak di atas kaos atau T-Shirt, dimana untuk seniman yang pertama beliau melukisnya secara manual di atas kanvas kemudian di scan untuk ditempel di atas kaos, sedangkan untuk seniman yang kedua beliau melukisnya secara digital kemudian langsung ditempel dan dicetak di atas kaos. Selama kaos tersebut dalam proses percetakan, kami mulai menjualnya secara umum kepada teman-teman di kampus, keluarga, maupun rekan di luar kampus. Selain menjualnya dengan sistem pre-order (PO), kami juga mengadakan pameran seni untuk memajang kaos tersebut dengan desain karya lukis kedua seniman yang telah kami pilih sebelumnya beserta filosofi dari karya tersebut yang dapat dibaca oleh para pengunjung selama pameran. Acara pameran kami pun juga dimeriahkan dengan penampilan live music dan berbagai games menarik lainnya. Setelah rangkaian acara pameran seni kami selesai, hasil penjualan dan galang dana kami pun kami donasikan kepada Panti Asuhan yang juga ada di Yogyakarta yaitu Panti Asuhan Darun Najah. Adapun donasi yang kami berikan yaitu berupa uang tunai yang diberikan secara langsung kepada pengurus panti. Donasi yang kami berikan tersebut harapannya bisa membantu mereka dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti tempat tinggal, makanan, pakaian, pendidikan, sarana untuk pengembangan diri, dan kebutuhan lainnya. Di samping itu, juga bisa membantu dalam meningkatkan fasilitas maupun keperluan yang ada di panti agar bisa menjadi rumah yang nyaman bagi teman-teman yatim dan dhuafa yang ada di sana. Dengan begitu, rangkaian project yang kami kemas dalam bentuk penjualan kaos, acara pameran seni, dan juga pemberian donasi ke panti asuhan ini telah menerapkan kedua unsur yaitu unsur kesenian (Art) berupa seni lukis dan juga unsur kemanusiaan (Charity) berupa donasi bantuan kepada panti asuhan sebagai sebuah tempat yang menjadi sandaran hidup anak-anak yatim dan dhuafa.

Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Dari rangkaian project yang begitu panjang yang telah dilalui oleh kelompok kami terdapat implementasi dari experiential learning secara langsung dalam setiap prosesnya. Sebab salah satu hal terberat yang diberikan oleh Ibu dosen dan itu menjadi tantangan tersendiri bagi kami yaitu kami harus bisa menjalankan dan menyelesaikan project ini dengan menggunakan prinsip ''make money without money", jadi setiap kelompok hanya diperbolehkan mengeluarkan total uang modal sebesar Rp 100.000 saja untuk keseluruhan. Sungguh hal yang tidak mudah dan cukup luar biasa membuat kami bingung dan gundah pada awalnya, apakah kami bisa dan sanggup untuk melakukannya. Tetapi pada akhirnya kami berhasil sampai di titik ini dan yeah kami bisa melewati semua itu dengan segala halang rintangnya. Disini kami benar-benar hanya diberikan arahan atau instruksi di awal saja, selebihnya bebas kami melakukan apapun asalkan mendapatkan ijin dan konfirmasi dari Ibu dosen kami. Mulai dari melakukan perencanaan untuk rangkaian acara dan pameran serta kegiatan charity-nya akan seperti apa, mencari kenalan berbagai seniman yang memang bersedia dan mau bahkan ada dari mereka yang rela untuk tidak dibayar melainkan murni hanya untuk membantu kami, namun kami tetap memberikan royalty sebagai bentuk apresiasi atas karya dan bantuannya yang luar biasa. Disamping itu, kami juga berusaha mencari dana dengan mencari sponsorship, melakukan usaha dana, mencari pembeli untuk produk kaos kami, serta mencari penonton untuk datang di acara pameran seni dan live music kami. Berbagai rintangan dan kendala terus di lalui oleh kelompok kami, mulai dari proposal kegiatan yang sempat tidak disetujui oleh Ibu dosen kami hingga kami harus melakukan revisi berkali-kali, namun pada akhirnya mendapatkan restu dari beliau. Kemudian lokasi atau tempat pameran yang juga tidak ada kepastian sampai harus melakukan survey ke beberapa tempat lainnya dan akhirnya mendapatkan lokasi yang cocok dan pas untuk acara kami. Tanggal pelaksanaan acara yang terpaksa harus diundur karena ternyata ada beberapa kendala terkait produksi kaos. Tentunya konflik, kekecewaan, kekesalan, emosi dan amarah, serta situasi dingin juga tidak luput mewarnai proses di dalam kelompok kami, namun kami bersyukur kami bisa menyelesaikannya secara personal maupun bersama dan tidak menjadi hambatan ketika acara berlangsung.

Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Source: Dokumentasi Smile Peace Project
Dari proses yang begitu panjang selama satu semester ini, kami benar-benar bukan hanya belajar tentang teori atau praktek semata saja, tetapi kami banyak mendapatkan pengalaman berharga dan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak pernah kami dapatkan. Kami menjadi tahu tentang dunia seniman dan karya lukis itu bagaimana dan seperti apa, lalu bagaimana caranya untuk selalu memutar otak di saat-saat kepepet atau mendesak, bagaimana mengontrol emosi dan amarah terhadap rekan atau tim kelompok saat terdapat permasalahan dan bagaimana menyelesaikannya secara baik-baik agar tidak ada sesuatu yang dipendam yang bisa menjadi hambatan saat acara berlangsung nanti. Bagaimana sikap dewasa pada saat jerih payah dan rencana dari kelompok kami tidak disetujui oleh dosen dan diberikan saran atau pendapat yang menurut kelompok kami itu tidak sesuai, namun kami tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dan maksimal. Serta yang terpenting bagaimana kami bersikap untuk tidak mudah marah atau menyerah pada saat terdapat kendala atau hambatan di tengah proses kami, melainkan bisa terus bersama-sama untuk berjalan melewatinya, mencoba mencari jalan keluar, menemukan alternatif atau solusi yang terbaik, dan yang terpenting berani mencoba agar bisa mendapatkan jalan keluar tersebut tanpa banyak mengeluh dan protes. Kami harap semua hal itu bisa berguna bagi kami suatu hari nanti terlebih ketika kami sudah lulus dari dunia perkuliahan ini dan mulai memasuki dunia yang jauh lebih keras lagi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun