Mohon tunggu...
Silvia Okta Pratama
Silvia Okta Pratama Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PLSFIPUNP

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Orang Tua untuk Menghindari Pelecehan Seksual Pada Anak Usia Dini

14 Juni 2023   14:13 Diperbarui: 14 Juni 2023   15:47 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Undang-undang Sisdiknas menyebutkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak siap mengikuti pendidikan. tambahan (UU No. 20 Tahun 2003, Bab I, Pasal 1, Pasal 14). Anak usia dini adalah anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun (Khaironi 2018). Anak usia dini merupakan usia dimana anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Usia dini disebut usia emas, dan untuk pertumbuhan dan perkembangannya diperlukan gizi seimbang dan stimulasi yang intens.

Banyak hal yang dapat mempengaruhi kondisi anak usia dini, biasanya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu Pertama, faktor bawaan adalah faktor yang diturunkan dari kedua orang tua baik secara fisik maupun psikis. Keturunan lebih dominan dari ayah daripada dari ibu atau sebaliknya. Kedua, faktor lingkungan, yaitu. faktor yang berasal dari luar yaitu faktor bawaan dan meliputi seluruh lingkungan yang dilalui anak. Lingkungan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan di dalam kandungan dan lingkungan di luar kandungan.

Orang tua berperan dalam membentuk karakter anak, tugas kodrat orang tua sebagai manusia berepran sebagai pendidik yang merupakan amanh Allah (SYEKHA 2021). Menurut (Sulastri and Ahmad Tarmizi 2017) orang tua  memegang posisi sebagai pengasuh, pembimbing, dan pendidik bagi anak, dalam menjalankan tugas tersebut orang tua harus memperhatikan hal-hal yang terjadi pada anak termasuk orang tua perlu mewaspadai maraknya kekerasan seksual pada anak usia dini. Namun, pada realitanya orang tua masih menganggap hal yang tabu jika membahas pendidikan seksual pada anak, hal tersebut dapat terlihat dari ketidak nyamanan orang tua jika membahas seksualitas pada anak usia dini. Orang tua banyak berasumsi bahwa anak akan memperoleh pengetahuan tentang seksualitas dengan sendirinya seiring dengan berjalannya usia anak tanpa harus dijelaskan oleh orang tua dirumah. Disisi lain pada kenyataannya tingginya angka kekerasan seksual pada anak usia dini merupakan dari kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya pendidikan seksualitas pada anak.

Kekerasan seksual pada anak mencakup segala bentuk aktivitas seksual baik oleh orang dewasa maupun anak yang lebih tua yang diyakini memiliki pengetahuan dan kekuatan untuk mengeksploitasi anak demi kesenangan seksual. meliputi keterlibatan (Noviana 2015), bentuk kekerasan seksual yang terjadi terhadap anak adalah (1) sodomi (2) perkosaan merupakan kejahatan kesusilaan (Nainggolan 2008). (3) Cabul sebagai tindak pidana kesusilaan yang merusak perkembangan psikologis anak (Aktaviani and Puspitosari 2022). (4) Kekerasan seksual inses jenis ini dapat dicirikan oleh fakta bahwa pelakunya masih berkerabat dengan korban.Dampak pelecehan dan kekerasan seksual terhadap anak sangat menghancurkan, baik jangka pendek maupun jangka panjang, secara fisik dan psikologis. Dalam jangka pendek, anak biasanya mengalami gangguan kesehatan seperti cedera, infeksi menular seksual, dan kehamilan yang tidak diinginkan. Di sisi lain, dalam jangka panjang, anak mengalami efek depresi, gangguan makan, kecemasan dan PTSD (post-traumatic stress disorder), fobia seksual, atau kebiasaan melakukan kekerasan seksual prakoital.

Peran orang tua dalam memberikan pendidikan seksual menurut (Penamas and Buana 2021) bertujuan untuk meminimalisir anak menjadi korban kekerasan seksual. Menurut (Mulyana and Fatimah 2022) dibutuhkan komunikasi antara orang tua dan anak dalam menjalankan pendidikan seksualtias pada anak, karena pendidikan ini bersifat berkesinambungan maka pendidikan seksualitas pada anak diterapkan sejak usia dini secara terus menerus disetiap tahapannya. Anak usia dini selalu mempunyai rasa ingin tau yang tinggi, dan anak akan lebih sering bertanya kepada orang tua. Menurut Tretsakis (Sugiasih 2019) hal yang sebaiknya dilakukan ketika anak bertanya kepada orang tua yaitu mencoba mamahami dengan cermat pertanyaan yang diajukan anak dan tidak menjawab sambil lalu karena dapat membuat anak enggan kemudian hari untuk bertanya.tidak menangguh jawaban dan mencoba jawab pertanyaannya anak dengan wajar dan sederhana. Tak jarang yang menjadi pelaku kekerasan seksual pada anak berasal dari lingkungan terdekat anak (Hasiana and Pedagogik 2020), oleh karena itu peran orang tua terutama ibu sangat diperlukan untuk dapat menghindari anaknya menjadi korban.

Orang tua dapat memberikan pendidikan seksual pada anak sesuai usia anak untuk mencegah kekerasan seksual pada anak. 1) Usia 1-3 tahun, pada usia ini perkenalkan anak tentang jenis kelaminnya. 2) Usia 3-5 tahun, ajari organ dan fungsinya, jangan menyebut alat kelamin. 3) Anak usia 6 tahun hingga usia 9 tahun diajari hal-hal yang diperlukan untuk melindungi diri, seperti: Menolak melepas pakaian, menolak menyentuh kemaluan, berteriak sekeras mungkin saat ada orang lain, dan mengancam orang dewasa. 4) Memberikan informasi yang lebih mendalam dan komprehensif tentang perubahan bagian tubuh pada anak usia 9-12 tahun dan sebelum pubertas. 5) Usia 12-14 tahun, komunikasi orangtua ke anak tentang etika anak dalam bergaul. 6) Prapubertas dan remaja menanamkan nilai moral yang lebih baik pada anak. Jelaskan akibat yang terjadi saat berhubungan seks.

Orang tua dalam memberikan pendidikan seksual pada anak dapat menggunakan berbagai metode. Metode yang bisa digunakan orang tua dalam memberikan edukasi seksualitas pada anak yaitu dengan metode bercerita, metode ceramah, metode demonstrasi, dan metode bermain peran (Magta and Ni Putu 2022). Orang tua dapat menerapkan metode sesuai dengan kemampuan orang tua dan kondisi anak. Dalam memberikan pendidikan seksual pada anak orang tua harus mengacu pada tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anaknya, jenis gender anak, dan karakterikstik  anak (Mulyana and Fatimah 2022). Namun, dalam tahap melakukan pendidikan seksualitas pada anak kendala yang sering terjadi pada orang tua adalah penggunaan bahasa penyampaian kepada anak (Sulfasyah and Nawir 2017). Oleh karena itu orang tua dituntut mampu menggunkan bahasa yang sederhana dalam menyampaikan sesuatu kepada anak usia dini. Anak usia dini identik dengan aktivitas belajar sambil bermain, oleh karena itu dalam menerapkan pendidikan seksualitas pada anak usia dini orang tua dapat menyampaikan pendidikan melalui bermain.

Peran orang tua dalam pendidikan seksual anak sejak usia dini tahun berkaitan dengan keteladanan, pendampingan, pengorganisasian, dan bimbingan yang diberikan oleh orang tua untuk pendidikan seksual anaknya. Orang tua adalah role model atau panutan pertama bagi anak-anaknya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi role model orang tua dalam pendidikan seks anak usia dini terlihat pada kenyataan bahwa orang tua adalah role model pertama  anak contohnya tentang berpakaian, ajari  cara yang benar contoh cara menggunakan toilet dengan benar dan cara menyiram toilet setelah digunakan. Peran pendampingan orang tua terhadap anak usia dini dapat dilakukan dengan mengawasi kelayakan tontonan anak, karena pada zaman sekarang ini tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi juga telah menjadi hal yang lumrah yang bisa diakses anak.

Peran orang dalam pengorganisasian dapat diterapkan dalam keluarga salah satunya dalam mengatur kamar tidur anak dengan sesama jenis kelamin anak dan tidak mencampurkan dengan kakak atau saudara yang berbeda jenis kelamin. Dan hal yang perlu diajari pada anak salah satunya adalah etika meminta izin masuk ke kamar orang tua. Peran orang tua dalam proses pendampingan pengembangan life skill anaknya, dan pendampingan anaknya dalam proses pengembangan life skill, terungkap peran orang tua dalam mendampingi pekerjaan pendidikan seks sejak dini adalah Proses pemberian kontrol orang tua terhadap anaknya, menyampaikan pengetahuan bagian tubuh yang penting dan menerapkan aturan pada anaknya. memberikan dan menunjukkan peran orang tua dalam memberikan pendidikan seks melalui pendidikan seks sejak dini. Secara khusus, beri nama alat kelamin anak anda dengan istilah yang tepat. Ini adalah bagian yang tak tersentuh dan berisi sekitar dua gambar ikon kamar mandi. Mengajarkan anak untuk melindungi diri dengan berteriak "tolong" atau memanggil orang tua ketika ada orang asing yang ingin menyentuh bagian yang tidak boleh disentuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun