Mohon tunggu...
Silvia Damayanti
Silvia Damayanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Akutansi_Universitas Pamulang

Mahasiswa semester 2 prodi ekonomi dan bisnis Universitas Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Gagal Panen Menghantui Rakyat Indonesia

6 April 2024   22:46 Diperbarui: 13 April 2024   07:48 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia, sebuah wilayah yang secara astronomis berada pada 6 derajat Lintang Utara (LU) -11derajat Lintang Selatan (LS) dan 95 Bujur Timur (BT)-141derajat Bujur Timur (BT), dengan letak geografis di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia serta diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik membuat negara ini memiliki banyak keunggulan. Indonesia terletak di sepanjang garis khatulistiwa dengan kelembapan udara yang tinggi, hal ini membuat tanah air ini memperoleh sinar matahari sepanjang waktu dengan suhu yang baik. Sebuah wilayah yang dikaruniai dengan penuh berkah, negara yang terletak di daerah tropis serta dilewati  rangkaian gunung api embuat hasil pertanian di negara cukup signifikan. Negara yang mencatatkan diri dengan pengkomsumsi beras terbesar di dunia. Tercatat bahwa masyarakat Indonesia mengkomsumsi sekitar 114 kilogram (kg) perkapita per tahun. Nasi merupakan sebuah makanan pokok yang telah dikomsumsi oleh masyarakat  Indonesia selama ini. Sebuah anggapan tentang "Belum kenyang kalau belum makan nasi" merupakan motto hidup yang telah tertanam pada bangsa ini. Indonesia menjadi negara yang menempati posisi ketiga setalah China dan India sebagai pengkonsumsi nasi terbesar. Berdasarkan buku Indonesia : Peoples and Histories yang karya Jean Gelman Taylor, Indonesia telah menanam padi sejak 3000 tahun sebelum masehi atau bersamaan dengan sistem persawahan yang dikembangkan negara China, hal ini dapat diketahui dengan adanya penemuan sawah di Pulau Sulawesi. Nasi merupakan sebuah bahan yang mengandung 90 persen karbohidrat, 8 persen protein, serta 2 persen lemak, menghasilkan sumber energi; mendukung tulang, saraf, dan otot; serta dapat meningkatkan kesehatan usus besar sehingga membuat nasi menjadi pilihan utama sebagai makanan pokok mayoritas bangsa Indonesia.

Pemerintah selalu berusaha untuk menjaga stabilitas pangan nasional negara ini, setiap tahun Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia rutin untuk mengumumkan stok yang menjadi cadangan beras nasional, kini cadangan itu mencapai 2,3 juta ton, angka tersebut diyakini masuk dalam level aman dan mampu untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Namun, produksi beras mengalami penurunan sejak 2023, diperkirakan produksi beras pada 2023 untuk komsumsi pangan penduduk sekitar 30,90 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 645,09 ribu ton atau sekitar 2,05 persen dibandingkan produksi beras di 2022 yang sebesar 31,54 juta ton, penurunan ini terus saja terjadi, hingga kini pada awal tahun 2024 .

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi beras Indonesia tembus 10,71 juta ton dari Januari 2024 hingga April 2024, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil produksi beras pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 2,28 juta ton atau turun sekitar 17,52 persen dibanding periode yang sama pada tahun lalu. Fenomena El Nino yang terjadi sejak 2023 telah menyebabkan gagalnya panen padi sehingga harga beras melonjak begitu pesat. Fenomena ini merupakan sebuah keadaan dimana kurangnya curah hujan sehingga memicu kekeringan di suatu daerah. Dengan adanya fenomena ini membuat gagal panen marak terjadi di seluruh penjuru daerah. Badan Pusat Statistik telah mengumumkan bahwa rerata nasional beras medium naik dari Rp 11.121 per kilogram pada Juli 2023 menjadi Rp 13.071 per kilogram pada Desember 2023. Kondisi ini memicu inflasi beruntun sepanjang Agustus-Desember 2023. Lonjakan harga beras yang kian semakin naik membuat warga negara serta pemerintah mengalami kecemasan, banyak sekali usulan serta solusi yang datang kepada pemerintah untuk menanggulangi fenomena kenaikan harga beras ini, beberapa solusi yang disampaikan seperti :

1. Cabut kebijakan HET Beras

Pilihan pertama yang diusulkan adalah mencabut kebijakan Harga Eceran Tertinggi (HET) beras, hal ini diusulkanuntuk mengoptimalisasi penyediaan pasokan beras di pasar. Usulan ini didasari pada kondisi lapagan saat ini, diketahui harga beras saat ini baik premium maupun medium telah melampaui HET. Dari data olahan diketahui per 21 Februari 2024, rata-rata harga beras telah mencapai Rp 15.175.

2. Bapanas menetapkan HET gabah

Opsi kedua yang diusulkan oleh ORI, yaitu menetapkan HET gabah di tingkat penggilingan, hal ini dinilai dapat menekan kenaikan harga beras yang saat ini terlampau tinggi.

3. Mendorong Kemenerian Pertanian membuat kebijakan

Hal ini dilakukan dengan mengatur tentang kerja sama antara penggilingan kecil dengan penggilingan besar dalam penyerapan dan penggilingan padi dari petani.

4. Perum Bulog melakukan operasi pasar

Usulan lainnya yaitu Perum Bulog untuk melakukan Operasi Pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) kepada konsumen langsung, sehingga tidak perlu melalui Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun