Beberapa hari belakangan ini jagat media sosial terutama grup-grup masyarakat Nias dihebohkan dengan adanya klaim 'Suku Ndrawa'. Seperti diketahui, sejak dahulu suku yang ada di Nias adalah Suku Nias (Ono Niha).
Jika ada suku lain, maka itu suku pendatang. Sebutan Suku Ndawa inilah yang membuat gaduh, karena nenek moyang orang Nias sekalipun tidak mengenal suku tersebut. Suku Ndrawa tersebut lebih tepatnya suku siluman, tidak jelas asal-usulnya.
Menurut Yakob Harita, sebutan suku ndawa di Nias tidak tepat karena mereka pendatang dari berbagai suku misalnya, suku dari Aceh, Minang, Bugis, Batak, Melayu, sehingga lebih tepat mereka disebut komunitas Ndrawa.
Oleh sebab itu, menurutnya, perlu dihindari pemakaian kata 'Suku' karena akan mencederai keberadaan Suku Nias yang sudah dikenal dunia. Bahkan bapakYakob Harita mempersilahkan siapa pun untuk menghubunginya untuk memberikan masukan atau saran.
"Alasan yang rasional adalah sebutan suku ndrawa di Nias tidak tepat karena mereka pendatang dari berbagai suku misalnya,suku Aceh,suku Minang,suku Bugis dan suku Batak atau ada dari suku Melayu, sehingga lebih tepat mereka disebut komunitas Ndrawa. Hindari pemakaian kata Suku karena akan mencederai keberadaan Suku Nias yang udah di.kenal dunia. Jikalau ada pertanyaan dari Pemda Nias Utara silakan mereka hubungi saya. untuk memberikan masukan", tulis bapak Yakob Harita salah seorang tokoh Nias.
Maka, keberadaan 'Suku Ndrawa' di Pulau Nias perlu ditelusuri terutama asal-usul dan nenek moyang mereka. Sebab sejak dahulu, tidak ada literatur atau pun sejarah yang membahas tentang 'Suku Ndrawa'.
Tidak heran jika reaksi masyarakat Nias marah, karena isi surat itu seolah-olah membedakan Suku Nias dan 'Suku Ndrawa'. Sejak dahulu kala tidak ada nama 'Suku Ndrawa', maka lebih tepatnya Suku Ndrawa adalah Suku Siluman alias Suku yang tidak jelas asal-usulnya.
Mungkin saja, tulisan 'Suku' disebabkan oleh keterbatasan bahasa masyarakat setempat. Namun, amat naf kalau sama sekali tidak ada masyarakat Nias ditempat itu, yang tidak bisa membedakan arti 'suku' dan 'komunitas'.
Bahkan dalam data suku-suku yang ada di Provinsi Sumatera Utara, tidak terdapat 'Suku Ndrawa'. Oleh sebab itu, sebaiknya pembuat surat dan orang-orang yang mengklaim diri sebagai 'Suku Ndrawa' segera mengklarifikasi kepada masyarakat Nias tentang maksud tulisan itu.
Jika tidak, maka akan muncul konflik dan masalah-masalah baru yang merugikan satu sama lain, terutama pihak yang membuat klaim konyol itu.