Ada yang menyarankan agar jenggotku dicukur. Katanya, jenggotku jadi penghambat rezekiku. "Bang, abang mau rezeki abang lancar? Bersihkan ajalah jenggot abang, itu yang menghambat rezeki," bilangnya.
Kujelaskan kepadanya, sejak 8 Desember 2015, tepatnya sejak Pilkada Siantar ditunda, aku sudah berjanji untuk tidak mencukur habis jenggotku sebelum ada walikota defenitif, yang kelak memiliki wewenang penuh membangun Siantar.
Dia menyergah, "Udah bang, abang cukur ajalah, kalo rezeki abang tidak lancar setelah abang membersihkan jenggot abang, lalu kuku abang dirapiin. 2 bulan lagi ludahi ini," cecar pria keturunan tionghoa itu menunjuk wajahnya.
"Masak hanya gara-gara Kota Siantar, abang mau rezeki abang terhambat, rezeki anak-anak abang terhambat. Udahlah bang, bersihkan abang aja jenggot abang itu semua, kujamin rezeki abang lancar," sambungnya lagi.
Jujur saja aku sangat menginginkan rezeki berjalan dengan lancar, tapi aku bilang kepadanya, bahwa rezeki itu sudah diatur masing-masing oleh Yang Maha Kuasa. "Ini hanya masalah janjiku kepada diriku sendiri," kataku padanya.
"Sebab, aku meyakini, tak akan mungkin ada orang yang percaya padaku, jika aku sendiri saja tak bisa menepati janjiku kepada diriku sendiri. Jadi, sebelum ada walikota defenitif, aku takkan mencukur jenggotku," tegasku padanya.
Mendengar itu, pria keturunan bertubuh jangkung pecinta batu akik itu, dan kemudian langsung berupaya menyudahi pembicaraan. "Ya udahlah bang, aku cuma mau bilang, rezeki abang serat karena jenggot abang," tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H