Jika ingin mencari tikus, jangan bakar gubuknya. (Kwik Kian Gie)
Social media sedang dihebohkan dengan rencana aksi lanjutan Aksi Bela Islam III. Terlepas dari sikap kita bertanya relevansi dan tujuannya karena tuntutan aksi 4 Nopember 2016 sudah dipenuhi oleh Kepolisian dengan ditetapkannya saudara Ahok menjadi tersangka. Aksi lanjutan tersebut jika memang dianggap penting, tentu tidak bisa kita tolak apalagi nyinyir karena itu adalah hak yang konstitusional dan semua orang berhak menggunakannya.Â
Namun yang menjadi menggeletik bagi saya adalah adanya sekelompok orang yang lain, mengusung agenda lain selain demo damai yaitu Rush Money. Rush money adalah penarikan uang secara besar besaran dalam waktu yang sama. Ini yang menjadi menggeletik bagi saya. Karena rush pada satu bank akan menyebabkan instabilitas pada bank lain. Bahkan jika isu ini menyebar tak terkontrol akhirnya nasabah di bank lain yang termakan isu akan melaksanakan hal yang sama sehingga akhirnya pinjaman uang tunai antar bank akan terkendala dan pada ujungnya membuat bank gagal bayar.Â
Implikasi yang disebabkan oleh rush money terlampau besar ini bisa membawa kita menuju peristiwa 1998. Dimana rush pada salah satu bank membuat banyak bank lain gagal bayar. Terlampau beresiko menurut saya, atau jika memungkinkan saya menyatakannya gerakan bunuh diri. Ya pelaku gerakan mungkin tidak membunuh dirinya tetapi yang pasti sudah membunuh orang miskin dan kaum tak berpunya karena terciptanya instabilitas keuangan, atau jangan jangan akan menyebabkan instabilitas politik.Â
Sebagai seorang warga yang masih punya nurani dan sedikit akal, tentu gerakan rush money ini bukanlah gerakan yang direkomendasikan, jika memang niatnya kita semua untuk Indonesia yang lebih baik, kecuali jika memang kita memiliki tujuan yang lain seperti membuat gaduh atau meruntuhkan ekonomi Indonesia maka gerakan itu bisa menjadi pilihan.Â
Sebagai masyarakat biasa, saya tentu berharap kepada semua elit untuk menahan nafsu dan tidak melakukan gerakan yang membahayakan kami masyarakat biasa. Karena mungkin kehancuran ekonomi Indonesia tidak membawa efek kepada bapak bapak yang punya banyak dolar namun bagi saya dan pengusaha pengusa kecil serta pengusaha emperan, tentu akan membawa efek yang menghancurkan.Â
Akhirnya saya berharap kepada semua elit untuk memperhatikan kami kaum marginal, jika bapak ibu belum mampu membantu kami, setidaknya bapak ibu tidak membuat malapetaka bagi masa depan ekonomi kami. Silahkan bapak ibu yang mau demo ya demo saja, kalo bisa yo yang mau demo dan tidak mau demo saling menjaga dengan menolah agenda sebagian kalangan seperti rush money
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H