[caption caption="Ilustrasi"][/caption]
Bu ... Sakit bu ...Â
Sakit kali lo pak ...Â
Aku lelah ibu ...
Kata kata itu, terus hadir di telinga rahma. Rahma yang hadir diacara seorang bupati yang memimpin kabupaten simalungun, sebuah kabupaten di pinggiran danau toba.Â
Rahma hadir di acara itu, untuk bertemu dengan bapak satu anak yang dia dengar dari tetangganya seorang yang dermawan.Â
Rahma bahkan sudah mempersiapkan diri mana tau dia akan diusir karena menjadi tamu tak diundang di acara itu. Apa yang harus ku jaga lagi, aku dah pernah diusir pemilik klinik bahkan dimaki maki karena tidak mampu membayar tagihan pengobatan anakku dulu batinnyaÂ
Acara tersebut ternyata adalah acara terbuka, yang bebas dihadiri oleh siapa saja, bahkan sebenarnya bupati itu ingin bertemu dengan semua warganya.
Kata sambutan dari bapak bupati simalungun, kata seorang wanita berhijab yang agak gendut dengan kaca matanya membuatnya terlihat manis.Â
Dari tenda yang paling ujung, rahma memperhatikan orang naik ke atas pentas. Ini orangnya .. Ini yang harus kujumpai nanti, kata rahma dalam hatinya.Â
Dalam berpidato, bupati muda itu sering menyelipkan candaan yang sering membuat orang tertawa. Tapi rahma, rahma tidak bisa tertawa karena dia hanyut dalam jeritan amri, bocah mungil yang ditinggalnya sendiri di rumah, menahan sakit.Â