Suku Dayak merupakan suku besar yang tersebar di tiga negara yaitu Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Suku ini sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu, sebelum Indonesia merdeka. Namun pada zaman itu mereka belum dikenal sebagai suku Dayak yang kita tau sekarang ini. Istilah Dayak pada mulanya hasil rekonstruksi kolonial untuk menyebut seluruh penduduk asli Pulau Borneo.Â
Hal ini bertujuan untuk mempermudah urusan administrasi mereka. Kata Dayak ini untuk menyebutkan manusia pedalaman, non muslim, "primitive", tidak berperadaban, dan sebagainya. Istilah Dayak ini terus berkembang seiring dengan tulisan-tulisan orang eropa pada zaman itu.Â
Istilah Dayak ini lalu melekat pada suku asli Pulau Borneo tersebut sampai sekarang. Namun pada zaman sekarang istilah Dayak semakin diperluas dan lebih positif artinya, sehingga membuat kita bangga menyebut diri sebagai orang Dayak.
Suku Dayak ini memiliki ratusan sub suku yang memiliki kesamaan di berbagai aspek satu sama lainnya. Mereka tidak memiliki Bahasa persatuan, karena setiap sub suku memiliki Bahasa tersendiri.Â
Di Kabupaten Sanggau dan Sekadau orang Dayak dapat dikelompokkan dalam tiga rumpun yaitu rumpun Dayak Bidayuh, rumpun Dayak Iban, dan rumpun Dayak Pantai.Â
Setiap kelompok memiliki cabang-cabang atau sub-subnya. Kelompok yang memiliki cabang atau sub sukunya yang paling banyak adalah Bidayuh. Salah satu sub suku Bidayuh adalah Suku Dayak Kancing yang tersebar di tiga Kabupaten yaitu Sanggau, Sekadau, dan Ketapang.Â
Nama Kancing adalah suatu istilah yang diambil dari nama salah satu sungai di Kecamatan Naga Taman bagian selatan yang bermuara di sungai Mongko, cabang dari Sungai Sekadau. Bagian hulu Sungai Mongko ini berdekatan dengan hulu Sungai Buayan atau lebih dikenal dengan Sungai Boyan. Di Sungai Kancing inilah dulunya mereka bermukim dan berdamping dengan sub suku Dayak Taman, Kerabat, dan juga sub suku Dayak Koman.
Bahasa Kancing juga dikenal dengan Bahasa Bamedeh. Dalam hal ini secara umum Bahasa Dayak Kancing memperlihatkan ciri-ciri Bahasa kelompok Bidayuhik. Namun Bahasa Dayak Kancing mempunyai ciri khas tersendiri dari Bahasa Bidayuhik lainnya.Â
Dari beberapa Bahasa Dayak Bidayuhik yang lain seperti pada Bahasa Dayak Hibun, pengucapan bunyi konsonan [r] kontras dengan bunyi [h]. Sedangkan pada Bahasa Dayak Kancing, bunyi konsonan [r] ini sangat bervariasi. Perwujudannya setidaknya terdapat tiga variasi sebagai berikut:
Bila diapit oleh dua vocal yang berbeda atau pada posisi akhir, bunyi konsonan [r] wujud sebagai bunyi vokal depan [y].
Bila diapit oleh vocal belakang seperti [u, o] dan diikuti vokal depan setengah terbuka [e] bunyi konsonan [r] wujud sebagai bunyi [w] dan bahkan sepintas terdengan seperti hilang [].