Beralih pada hadist Rasulullah SAW bersabdah:
Artinya: "Agama Seseorang sesuai dengan agama teman dekatnya. Hendaklah kalian melihat siapakah yang menjadi teman dekatnya." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Silsilah Ash-Shahihah, no. 927)
Maksud dari hadist tersebut bahwa kita ini bisa terwarnai oleh teman ataupun lingkungan kita sendiri. Jika kita berada lingkungan yang sehat, yang rajin, berprestasi, berkembang, tentunya akan mempengaruhi prestasi kita juga. Begitu pula jika kita bergabung disuatu lingkungan dengan kondisi yang penuh dengan kemaksiatan, kedustaan, manipulasi dan segala macamnya, tentu kita pun akan terwarnai dengan itu.Â
Jadi manusia itu sangat sensitif, kita bisa membedakan hanya dengan telinga dan gendang yang ada di dalamnya, bagaimana suara besar dan bagaimana suara kecil, dan mata kita bisa membedakan mana yang terang dan mana yang buram. Hidung kita bisa membedakan seketika, mana bau busuk dan mana bau wangi, lidah kita bisa membedakan mana rasa manis, asam, asin, dan mana rasa pahit dalam waktu seketika. Tangan kita bisa membedakan suatu objek yang kasar ataupun halus atau bahkan suhu pun bisa dirasakan, mana yang panas atau yang dingin dan seterusnya. Begitulah manusia, sangatlah sensitif dan mudah terpengaruh. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW bersabdah sesuai hadis diatas bahwa seseorang sesuai dengan agama temannya, maka kalian harus memperhatikan baik-baik siapa yang akan dijadikan temannya.
Salah satu pondasi agama kita yaitu membentuk sebuah komunitas yang sehat, makanya Nabi Muhammad SAW pada saat melihat kondisi Mekkah tidak memungkinkan untuk menyelamatkan orang-orang beriman, dan pada saat itu mereka berada di lingkungan orang-orang kafir Quraisy yang disana mereka makan bangkai, menyembah berhala dan bahkan mereka tawaf dalam kondisi telanjang pada saat itu.Â
Maka Nabi SAW berusaha untuk mencari sebuah tempat yang siap untuk dijadikan komunitas untuk kaum mukminin tersebut. Dan akhirnya ditemukanlah Madinah dengan hikmah Allah SWT dan terbentuklah komunitas Islami yang tentunya siap untuk menjalankan perintah Allah SWT. Karena itu saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu kita harus hati-hati dalam memilih lingkungan pertemanan. Dan salah satu yang membuat iman kita lemah itu adalah karena kita bergaul dengan orang-orang yang malas, malas beribadah, bekerja, tidak produktif, dan hal ini merupakan bahaya jika itu sudah menjadi pola kebiasaan, itu akan sulit bagi kita untuk keluar dari sifat malas tersebut.Â
Nabi SAW, menganjurkan kita untuk tidak tergabung ke dalam kategori seperti itu, makanya agama Islam adalah agama yang motorik karena sholat kita ada gerakannya, ada hafalannya, kemudian juga ada hal-hal yang harus kita jaga dalam hal ibadah kita, jihad dan segala macam hal-hal yang sudah kita ketahui bersama. Oleh karena itu berhati-hatilah bila berteman dengan orang-orang yang tidak produktif, malas dan suka menganggur. Dalam hal ini, kita sedang tidak membahas orang-orang yang menganggur karena di PHK dari pekerjaannya, tetapi kita membahas orang yang pada dasarnya memang dia menganggurkan dirinya untuk bermalas-malasan dan tidak produktif.Â
Karena balik lagi manusia itu sangat sensitive dan mudah terpengaruh dengan pergaulannya. Bergaul dengan pemalas mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap sikap konsisten atau istiqomah, karena manusia sangat mudah dipengaruhi oleh temannya. Jika teman pergaulan adalah seorang yang memiliki kemauan dan cita-cita rendah, maka ia akan terpengaruh kepadanya. Oleh karenanya, jangan kamu bergaul dengan orang yang memiliki kepribadian rendah karena akan menjadikanmu hina bersama orang-orang hina. Seorang mukmin sejati, pasti akan mencari seorang teman yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah atau tuhannya, dan dapat membantunya dalam urusan agama dan dunianya.
Sesungguhnya segala pergaulan yang dilandasi karena Allah, pasti akan utuh dan akan terus berlanjut, sedangkan pergaulan yang tidak berlandaskan karena Allah, pasti akan terputus. Maka mereka yang konsisten dan komitmen dalam menjalankan agama, khususnya di zaman yang penuh dengan kemaksiatan ini, untuk berusaha semaksimal mungkin bergaul dengan orang-orang sholeh yang memiliki ilmu pengetahuan, ketaqwaan dan kebijaksanaan. Kemudian menjaga hak persaudaraan bagi mereka dan bukan suatu keharusan bagi seseorang untuk memperbanyak teman pergaulan.Â
Seandainya seseorang hanya memiliki dua atau tiga orang teman saja asalkan mereka mempunyai sifat-sifat kejujuran dan kesholehan, maka tidak perlu baginya untuk memperbanyak teman dan itu sudah lebih dari cukup. Dan hal terpenting adalah menghidari pergaulan dengan orang-orang pengangguran atau malas, yang tidak memiliki tujuan dan target dalam kehidupan ini, yang hidup bagaikan benalu pohon yang tidak mendatangkan sesuatu apapun kecuali kerusakan. Setiap teman yang tidak mendatangkan kebaikan bagi dirinya, maka bergaul dengan seekor anjing adalah lebih baik daripada bergaul dengan orang seperti itu. Karena berteman dengan orang yang buruk, maka hanya akan mebuka pintu-pintu lemahnya iman.Â
Sumber: