Mohon tunggu...
Silva dwiardiya
Silva dwiardiya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya,buat kue dan saya suka mengedit suatu video atau pun foto

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berbagai Bahasa Daerah dalam Komunikasi Anak-Anak

13 November 2024   21:22 Diperbarui: 13 November 2024   21:29 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di sebuah desa yang terletak di kaki gunung, ada sekelompok anak-anak yang tumbuh dengan ragam bahasa daerah yang berbeda. Desa itu adalah pertemuan dari berbagai budaya, dan meskipun mereka tinggal bersama dalam satu lingkungan yang sama, setiap anak membawa kekayaan bahasa dari tempat asal mereka.
Di pinggir desa, ada Rani, gadis kecil yang lahir dan besar di daerah Sunda. Setiap pagi, Rani menyapa ibunya dengan "Wilujeng njing, Bunda," sambil mencium tangan. Rani sangat fasih berbahasa Sunda, dan dia selalu merasa bangga dengan bahasanya. Meski begitu, dia juga bisa mendengar bahasa lainnya karena banyak teman yang datang dari daerah berbeda.Di sebelah rumah Rani, tinggal Dodi, anak laki-laki asal Jawa. Dodi sering mengajak Rani bermain sepak bola, dan meskipun mereka berbeda bahasa, mereka selalu bisa saling mengerti. "Ayo, Rani, padha main bal-balan!" kata Dodi dalam bahasa Jawa. Rani tersenyum, lalu menjawab, "Hayu, Dodi!"
Tak jauh dari sana, ada Siti, gadis kecil asal Sumatra. Siti sangat pandai berbahasa Minangkabau, dan ketika dia bercakap-cakap dengan neneknya, dia akan berkata, "Nenek, mari kito masak gulai." Bahasa yang meluncur dari bibirnya terdengar lembut dan hangat, membawa kearifan budaya Minang yang kaya. Rani sering terpesona dengan cara Siti berbicara, meskipun mereka tidak selalu mengerti satu sama lain.
Ada juga Budi, anak laki-laki asal Bali, yang sering mengundang teman-temannya untuk bermain di halaman rumahnya. "Ayo, nglaksanayang," katanya dalam bahasa Bali, yang berarti "Ayo bermain." Dodi, yang tahu sedikit bahasa Bali karena sering berkunjung ke Bali, mengangguk dan ikut bergabung. "Niki bagus, ayo," jawab Dodi dengan senyuman.
Hari-hari di desa itu penuh dengan perbedaan bahasa. Anak-anak itu meskipun berbicara dengan berbagai bahasa daerah, tetap bisa bermain dan tertawa bersama. Kadang mereka saling mengulang kata-kata baru yang mereka dengar, mencoba mempelajari bahasa satu sama lain. Rani belajar sedikit bahasa Jawa, Dodi mulai mengucapkan beberapa kata dalam bahasa Minang, dan Siti tak segan meniru kata-kata Bali yang diucapkan Budi.
Meskipun bahasa mereka berbeda, yang paling penting adalah mereka saling mengerti dengan hati. Pada suatu sore, mereka duduk bersama di bawah pohon beringin besar, berbagi cerita tentang kehidupan mereka. Rani menceritakan tentang kebun teh di daerahnya, Dodi bercerita tentang candi Borobudur yang pernah dilihatnya, sementara Siti mengenang indahnya Laut Padang yang selalu merindukan.Pada akhirnya, mereka menyadari bahwa meskipun bahasa mereka berbeda-beda, mereka semua berbicara dalam bahasa persahabatan, sebuah bahasa yang tak membutuhkan kata-kata. Hanya dengan saling mengerti, tertawa bersama, dan berbagi kebahagiaan, mereka merasa satu dalam kebersamaan yang tak terpisahkan.Hari itu, mereka pulang ke rumah masing-masing dengan hati yang penuh, dan berjanji untuk terus menjaga persahabatan mereka, terlepas dari berbagai bahasa daerah yang mereka bawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun