Setelah menjadi sarjana S1 bidang kependidikan, ia mengikuti salah satu komunitas kepenulisan di pondok. Di situlah geliat menulisnya mulai tumbuh lagi. Ia bertemu banyak penulis luar biasa yang melejit lewat karya-karya mereka. Sejak saat itu, ia ingin hidup sebagai penulis. Ia teringat ucapan seorang tokoh besar tasawuf, Imam Al-Ghazali, "jika kamu bukan anak raja atau ulama' besar, maka menulislah." Kalimat itu terus membesarkan hatinya dan melejitkan motivasinya untuk menulis. Bukan hanya untuk dirinya, tapi juga untuk orang lain.
Di saat masih menjadi anggota aktif komunitas tersebut, ia sebenarnya pernah ditawari oleh pimred untuk ikut dalam proyek membuat buku tentang Abah, Kiai Marzuki Mustamar bersama beberapa penulis lain. Namun apa daya, ia menyadari daya nalar dan kekuatan tulisannya masih sangat minim. Sehingga, saat proyek itu selesai dan buku itu diterbitkan, ia hanya bisa menelan ludah.
Suatu ketika, iseng-iseng ia mencoba mengirimkan salah satu tulisannya di sebuah event kepenulisan, dan ternyata diterima. Bahkan tak hanya sekedar diterima, tapi juga akan naik cetak menjadi sebuah buku kumpulan esai. Tak heran betapa girangnya ia ketika itu.Â
Peristiwa itu benar-benar membuat harapannya menjadi penulis benar-benar terlihat lebih nyata. Ia mencoba menulis lagi dan lagi, dan motivasinya semakin besar saat tulisannya diterbitkan di salah satu web islami yang bernafaskan Ahlussunnah.
Dari berbagai pengalaman itulah, ia pun terus berusaha memperbaiki kualitas tulisannya untuk sebuah karya yang tak sekadar berupa naskah secara fisik, karena ia sadar, karyanya akan dibaca orang, sehingga ia tak boleh hanya sekadar membuat tulisan jadi, tanpa ruh.Â
Ia terinspirasi ucapan seorang sejarawan kondang, Will Durrant kepada istrinya, "menulislah dengan cinta." Ia berharap tulisannya tak hanya sekadar untuk meraih pengakuan. Lebih dari itu, ia ingin tulisannya benar-benar berasal dari dalam dirinya, juga berasal dari murninya perasaan ingin berbagi dan bermanfaat bagi orang banyak.
Terus saja tulis. Tulis apa saja. Apa saja tulis
Apapun yang penting ditulis
Kata-kata tak tercipta secara magis
Ada proses yang menjadikan untaian aksara menjadi manis. Harmonis
Tulis. Lama-lama kau akan tau tujuanmu menulis