Mohon tunggu...
silva fitrotinnadia
silva fitrotinnadia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

https://www.instagram.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Awas Terpukau dengan Aksi Topeng Kona

13 Januari 2021   20:44 Diperbarui: 13 Januari 2021   20:58 1747
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bondowoso-Kabupaten Bondowoso adalah salah satu kabupaten dalam Provinsi Jawa Timur yang terletak di sebelah timur Pulau Jawa. Dikenal dengan sebutan daerah tapal kuda. Kabupaten Bondowoso memiliki luas wilayah 1.560,10 km2 yang secara geografis berada pada koordinat antara 1134810 - 1134826 BT dan 75010 - 75641 LS.

Letak Kabupaten Bondowoso tidak berada pada daerah yang strategis. Meskipun berada di tengah, namun Kabupaten Bondowoso tidak dilalui jalan negara yang menghubungkan antar provinsi. Bondowoso juga tidak memiliki lautan. Ini yang menyebabkan Bondowoso sulit berkembang dibandingkan dengan kabupaten lainnya di Jawa Timur.

Meski Bondowoso disebut dengan kota mati tapi kebudayaan yang ada dikabupaten ini sangat terkenal salah satunya adalah topeng kona. Tari Topeng Kona adalah satu-satunya kesenian topeng di Bondowoso yang geraknya berbeda dengan tari topeng di daerah lain.

Topng Kona pada awalnya hanyalah tari upacara pada upacara ritual selamatan desa di Desa Blimbing Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso. Topng Kona mulai dikenal luas oleh masyarakat Desa Blimbing sejak abad ke-20, yaitu pada tahun 1942 pada masa kepemimpinan Kepala Desa Mbah Masrul (wawancara dengan Bapak Sutikno, Hari Minggu, tanggal 17 Mei 2015).

Topng Kona sebenarnya adalah salah satu rangkaian dari upacara adat bersih desa di Blimbing, Kecamatan Klabang, Kabupaten Bondowoso. Topng Kona adalah tarian khas dari Desa Blimbing Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso. Tari tradisional ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu satu-satunya tarian tunggal putera yang menggunakan topeng pada setiap pertunjukannya, dan harus ditarikan oleh seorang pria. Topng Kona memiliki kostum yang khas, yaitu topeng berwarna putih dan didominasi warna merah pada kostumnya, hal ini menggambarkan kesucian (yang digambarkan pada warna topeng yang didominasi warna putih), serta kesaktian dan keberanian (yang digambarkan pada kostum penari Topng Kona yang didominasi warna merah) dari seorang pendiri Desa Blimbing yang bernama Juk Sng (Madura: Jujuk yang artinya embah, Snga artinya Singa) yang kemudian mendapat gelar "Singo Ulung". Singo Ulung adalah sebuah gelar terhadap seseorang yang bernama asli Juk Sng (Mashoed, 2004: 180). Sejarah munculnya kesenian tari Topng Kona, tak lepas dari latar belakang orang-orang Madura yang berjiwa pemberani dan gemar merantau ke daerah lain demi keberlangsungan kehidupan. Sekitar abad 13-14, Orang-orang Madura banyak yang bermigrasi ke daerah Tapal Kuda, demi mencari kehidupan yang lebih baik, sehingga menyebabkan terbawanya bahasa dan budaya mereka ke tempat baru. Pengaruh dari migrasi ini adalah penggunaan bahasa sehari-hari yang digunakan masyarakat Bondowoso yang mayoritas menggunakan bahasa Madura. Pengaruh budaya yang dibawa adalah seni pertunjukan topeng (Topng Singo dan Topng Kona) (Kristanti, 2011: 28).

Kesenian tari Topng Kona ini lahir karena keberanian, kewibaan dan kebijaksanaan seorang tokoh sakti yang disebut Juk Sng, dari Sumenep menuju ke pulau Jawa, tepatnya ke wilayah Kabupaten Bondowoso. Kapan Juk Sng ke Desa Blimbing juga belum diketahui secara pasti, namun jika melihat usia Desa Blimbing pada tahun 2014, berusia 522 Tahun, ini berarti Desa Blimbing lahir pada tahun 1492.

Topng Kona lahir sesuai dengan kearifan masyarakat Desa Blimbing, yaitu konsep kerukunan masyarakat tentang nilai kesatuan, nilai keberagaman, nilai keseimbangan, dan nilai keselarasan. Nilai kearifan "jhunjhung Tngghi bhendem Dlem" (dijunjung sama tinggi, dikubur sama dalam) mengandung arti bahwa perlunya kebersamaan dan kerjasama antara satu dengan yang lainnya sebagai suatu kesatuan sosial yang saling menghargai dan menghormati demi nama baik desa. Nilai kearifan "Aregghi" (menghargai) yang berarti sikap bermasyarakat yang menyadari akan kebersamaan di tengah perbedaan etnis, agama, dan menjadikannya satu perbedaan dalam kebersamaan.

Topng Kona sangat erat kaitannya dengan pelaksanaan upacara adat selamatan desa, yang menurut masyarakat Desa Blimbing disebut Rokat Dhisa. Rokat Dhisa adalah Dinamika Kesenian Topng Kona,...( Kayan Swastika., Dkk.) 109 sebuah upacara ritual selamatan desa di Desa Blimbing Kecamatan Klabang Kabupaten Bondowoso yang dilaksanakan setiap tahun, yaitu mulai tanggal 13-15 bulan Sya'ban (Hijriyah/ Arab) atau bulan Rebb (Madura).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun