Mohon tunggu...
Jack Silupapulang
Jack Silupapulang Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Side Job Become Main Job... Let The Nature Be Our Teacher..

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Dongeng Asal Mula Ayam Jantan Berkokok dan Ayam Betina Mengais Tanah

18 Juni 2012   15:54 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:49 14200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebuah hutan rimba di zaman dahulu kala, para binatang tinggal dengan damai dan tenang. Mereka hidup berdampingan hampir tak ada pertikaian di antara mereka.Pada zaman itu, hutan tersebut merupakan surganya para binatang. Hutan itu memberi mereka tempat tinggal dan makanan yang berlimpah.Di antara para binatang itu tersebutlah tiga ekor binatang yang terlibat dalam sebuah romansa cinta segitiga. Mereka adalah Elang Jantan, Ayam Jantan dan Ayam Betina.
Elang Jantan terpesona akan keindahan bulu dan keanggunan Ayam Betina, hatinya terpikat dan dia jatuh cinta kepadanya.Elang Jantan berniat menjadikan Ayam Betina sebagai pendamping hidupnya, dan hari ini juga dia akan mengutarakannya. Dia tidak peduli kalau Ayam Betina sudah menjadi milik Ayam Jantan, Dan akan mencoba merebut hatinya.
Siang itu di bawah sebuah pohon yang rindang tampak Ayam Betina sedang mencari makan, Elang pun terbang menghampiri dan bertengger di sebuah dahan di pohon itu.Dia mengamati dengan seksama makhluk yang beberapa hari ini membayangi pikirannya, lantang dia menyapa "Wahai Ayam Betina yang anggun, sungguh Tuhan Maha Sempurna menciptakan makhluk seidah dan seanggun dirimu. Sudikah kiranya engkau menerima cintaku ini, kehadiranmu telah membukakan pintu cinta di hatiku. Aku berharap engkau menjadi pelabuhan terakhirku dan bersedia menghabiskan sisa hidupmu bersamaku.Jawaban apa yang akan kau berikan untuk pengakuan cintaku ini wahai Ayam Betina??"
Ayam Betina pun kaget mendengar hal itu, dia gemetar agak takut karena menyadari Elang adalah binatang yang pemarah dan egois, disamping itu sejujurnya dia telah menjatuhkan pilihannya kepeda Ayam Jantan. Sosok pasangan yang didambakannya selama ini, dan telah menjalin hubungan akhir akhir ini. Dia segera memutar otak mencari cara untuk menjawab pertanyaan Elang tanpa menyakiti hatinya, karena dia takut bila salah kata akan berakibat buruk bagi hubungannya dengan Ayam Jantan."Wahai Elang yang gagah perkasa, saat ini aku dalam posisi tidak bisa memberi jawaban akan perasaanmu itu. Aku akan mempertimbangkannya dahulu dan akan memberi jawaban secepatnya." "Apakah karena kau sedang dekat dengan Ayam Jantan itu wahai Nona, sehingga kau tidak menerima cintaku ini?" potong Elang dengan ketus. "Bukan itu wahai Elang, aku sebenarnya hanya akan menerima siapa saja yang bisa membuatkan aku sebuah Cincin Kawin dari akar pohon Bahar menjadi suamiku. Dan aku akan menunggu hingga terbit matahari esok hari" jawab Ayam Betina terbata bata. Elang sejenak berfikir, "Ehm..Baiklah kalau maumu begitu, aku akan berusaha membuatkan Cincin Kawin itu. Dan aku harap engkau memegang kata katamu ini, dan tidak akan mengingkari janji!!" Segera Elang terbang menjauh dari tempat itu. Dia bergegas mencari letak dimana pohon Bahar tumbuh.
Ayam Betina juga beranjak dari tempat itu, dia mencari keberadaan Ayam Jantan kekasih hatinya untuk menceritakan apa yang baru saja dialaminya. Dia mencari kesana kemari dan baru menemukan Ayam Jantan yang sedang duduk duduk di sebatang pohon waru tumbang bercengkerama dengan seekor Gagak, yang merupakan sahabat karibnya. "Wahai kekasihku, kita dalam masalah besar saat ini. Baru saja Elang Jantan menemuiku dan mengutarakan perasaannya kepadaku. Dia meminta aku menjadi istrinya. Aku takut dan bingung, dan akhirnya aku bilang akan menjadi istri siapa saja yang mampu membuatkan aku sebuah Cincin Kawin dari akar pohon Bahar. Dan itu berlaku bagi siapa saja yang bisa membuatkannya sampai batas waktu esok hari sebelum terbitnya matahari. Bersediakah kau untuk mendahului niat Elang itu, dan segera membuatkan aku Cincin itu dan segera melamarku untuk dijadikan istrimu?" panjang lebar Ayam Betina menjelaskan. "Whadhuh...Dasar Elang tukang paksa, sudah tau kalo kau itu kekasihku, masih juga niat merebut. Baiklah kalo begitu, aku akan melemarmu nanti malam dengan membawa apa yang engkau syarat kan" Dia melirik Gagak yang dari tadi ikut mendengarkan, "Sahabatku, kau sudah dengar apa yang dikatakan kekasihku, maukah kau menolong aku dari masalah ini. Aku tau kau sangat ahli dalam membuat perhiasan dari akar pohon, karena itu sudah menjadi kegemaranmu. Bantu aku mencari akar pohon Bahar dan ajari aku cara membuat Cincin dari akar itu."
Gagak menganggukkan kepala, "Tenang saja Kawan, aku akan berusaha membantu sebisaku. Aku juga tidak mau engkau kehilangan kekasihmu. Marilah kita segera membuatnya" "Kau tau tempat pohon itu tumbuh" Ayam Jantan menyela. "Tentu saja, aku sudah beberapa kali membuat gelang dan cincin dari akar pohon itu. Aku akan mengantarkanmu sekarang juga ke sana."
Ayam Betina bernafas lega mendengarnya, dia yakin kekasihnya sanggup menggagalkan niat Elang Jantan dan segera menjadikan dia istrinya. Dia pun beranjak dari tempat itu dengan hati sedikit terhibur dan beban yang agak sedikit berkurang.
Ayam Jantan pun bergegas pergi diiringi Gagak sahabatnya yang setia membantunya. Mereka pergi ke tempat pohon Bahar tumbuh dan mengambil akarnya untuk dijadikan bahan membuat cincin, Karena Gagak membawa perlengkapan yang komplit maka tidaklah butuh waktu lama untuk menyelesaikan. Dan akhirnya setelah beberapa jam pekerjaan itu selesai juga, Ayam Jantan menghembuskan nafas lega, "Terimakasih banyak wahai sahabatku, kau telah banyak membantuku. Aku tidak tau apa jadinya kalau kau tak ada, aku pasti akan kehilangan kekasihku. Terimakasih banyak ya" ujarnya kepada Gagak. "Jangan sungkan kawan,itulah gunanya sahabat. Kau pun pasti juga akan melakukan hal yang sama jika aku berada dalam posisimu saat ini, itu bukan apa apa, aku juga senang membantu sahabat yang sedang dalam masalah" dipeluknya sahabatnya itu dan mengajaknya pergi dari tempat tersebut. Tanpa mereka sadari Elang melihat apa yang mereka lakukan dari pucuk pohon yang tinggi, dia tanpa sengaja menemukan mereka berdua saat terbang berkeliling mencari keberadaan pohon Bahar. Segera dia membuntuti dan mengintai gerak gerik Ayam Jantan dan Gagak, dan ternyata benar saja, dia melihat kecurangan yang dilakukan mereka berdua. Sakit hatinya karena merasa ditipu Ayam Betina, dia berniat akan membalas dendam kepada Ayam Jantan. Elang buru buru terbang pulang ke rumahnya dan menyusun rencana balas dendamnya.
Malam itu setelah membersihkan diri dan menyiapkan segalanya, Ayam Jantan bergegas ke rumah Ayam Betina untuk melamarnya dan segera menjadikan dia sebagai istrinya. Di tengah jalan ternyata dia dihadang oleh Elang, "Hai Ayam Jantan, kau telah berlaku curang! Kau bersekongkol dengan Gagak dan Ayam Betina untuk menipu aku. Sekarang serahkan Cincin itu padaku, atau aku akan merebutnya dengan paksa!" "Huuft...Tidak bisa. Enak saja kau mau merebut barang yang sudah susah susah aku membuatnya, kau harus membuatnya sendiri dong!" sahut Ayam Jantan. Elang mendengus kesal, "Tapi kau telah dibantu Gagak membuatnya. Bukankah itu menyalahi aturan?!" "Aku cuma diajari cara membuatnya, dan lagi tak ada aturan harus membuat sendiri kan. Kau cuma mau menangnya sendiri, dan tak mau usaha!" sanggah Ayam Jantan dengan sedikit ketakutan. Dia menyadari dia tidak akan bisa mengalahkan Elang jika nanti terjadi hal buruk, tapi dia bertekad untuk mempertahankan Cincin itu apapun yang terjadi.
Tiba tiba Elang dengan cepat mendekat dan berusaha merebut Cincin dalam genggaman tangan Ayam Jantan, sontak Ayam Jantan kaget dan berusaha mempertahankannya. Terjadilah tarik menarik antara keduanya, hingga menyebabkan Cincin itu terpental jatuh di semak belukar. "Ha..Ha..Ha.. Akhirnya kau pun juga tak memiliki Cincin itu. Aku akan terus menghalangi kau mendapatkan Cincin itu. Lagipula kau tak akan bisa menemukannya dalam kegelapan ini!" sambil berlalu pergi Elang meninggalkan tempat itu. Dia pergi ke rumah Ayam Betina meninggalkan Ayam Jantan yang berlari ke arah jatuhnya Cincin dan mencari cari.
Di depan rumah Ayam Betina, berteriaklah Elang memanggilnya menyuruh keluar. "Hai Ayam Betina, kau telah menipuku. Kau memberi syarat yang dengan mudah bisa dilakukan Ayam Jantan, dan kau bersekongkol dengan Gagak agar dia membantunya!"
Ayam Betina keluar dengan ketakutan, dia tak menyangka kalau rencana mereka akan ketahuan oleh Elang. Dengan sedikit gemetar dia menjawab, "Aku tidak menipumu wahai Elang yang perkasa, aku juga sudah bilang kan kalau aku hanya akan menerima menjadi suamiku siapa saja yang bisa membuatkan aku sebuah Cincin Kawin dari akar pohon Bahar sebelum terbit matahari esok hari. Bukankah itu sudah jelas" "Pokoknya aku tidak bisa menerima semua ini!! Aku akan menunggu sampai esok hari apakah kau akan menepati janjimu. Kalau Ayam Jantan tidak membawa Cincin itu berarti dia juga tidak punya hak untuk menjadi suamimu!" Mata Elang mendelik marah, "Jika sampai kalian berbuat curang sekali lagi, maka jangan salahkan aku kalau aku akan berbuat kasar. Ingat itu baik baik!!" Terbanglah dia pergi ke tempat Ayam jantan yang sedang mencari cari Cincin. Ayam Betina kembali masuk ke rumah dengan hati kacau, pikirannya tidak tenang.
Di dekat tempat jatuhnya Cincin itu Elang mengawasi dengan ketat gerak gerik Ayam Jantan. Dia bertengger di atas dahan pohon tinggi sambil matanya tak pernah lepas dari Ayam Jantan.
Tak terasa malam cepat sekali lewat, tapi Ayam Jantan tak jua menemukan barang yang dia cari. Sampai hampir putus asa dan kelelahan dibuatnya. Sang Elang pun sudah bosan mengawasi dan pergi meninggalkannya sendiri, dia yakin pasti Ayam Jantan tak akan pernah menemukannya kembali. Dan tanpa sepengetahuan mereka, ternyata Cincin itu jatuh terperosok ke dalam lubang sarang Tikus Tanah di sela sela semak belukar tersebut.
Hari menjelang pagi, fajar sebentar lagi menyingsing. Ayam Jantan sudah kelelahan. Terbersit di pikirannya untuk meminta bantuan sahabatnya sekali lagi. Segeralah dia berdiri dan mencoba berteriak memanggil Gagak, "Kaak..Kkaak.. kaaakkk.." dia mencoba menirukan suara Gagak, berteriak keras dan berulang ulang sampai suaranya serak dan terbatuk batuk dia pun mengepak epakkan sayapnya untuk menambah tenaga teriakan, "Kaak..kaghh...huuk..uhuuk.." "Kuuk...uhuuk..uhuukkk.." hingga suaranya terdengar seperti "Kuuk...kurruyyuuukk...". Tak Lama datanglah Gagak dengan tergopoh gopoh, "Ada apa pagi pagi buta gini kau teriak teriak kawan?" "Aku memanggil manggil kau dari tadi sahabatku sampai suaraku serak, aku butuh pertolonganmu sekali lagi" Ayam Jantan menghela nafas dalam dalam. "Tolong bantu aku mencari Cincin yang jatuh di semak belukar sekitar sini. Tadi aku berniat menyerahkannya pada kekasihku, tapi Elang berusaha merebutnya dari tanganku. Akhirnya terpental jatuh di situ. Aku sudah berusaha mencarinya dari semalam,tapi tak kutemukan juga" 'Maaf kawan, aku tadi tertidur kecapekan. Baiklah, mari kita cari sama sama sekali lagi" jawab Gagak antusias.
Sampai matahari hampir terbit masih juga belum ketemu Cincin itu, mereka kelelahan dan beristirahat sebentar. "Bagaimana kalau kau menemui Ayam Betina sekarang dan bilang terus terang kalau Cincinnya hilang karena ulah Elang, pasti dia tetap mau menerimamu kan?" "Iya juga sih, seperti mencari jarum di tumpukan jerami, mustahil ketemu. Baiklah, mari kita pergi ke rumah kekasihku. Aku butuh kau menjadi saksi sahabatku". Mereka pun bergegas menuju rumah Ayam Betina dan segera menceritakan semua yang telah terjadi. Ayam Betina mengerutkan dahi, sejenak berfikir. "Aku tentu saja akan menerimamu kekasihku, tapi ada satu hal yang membuatku khawatir. Elang telah mengancam jikalau kau tidak bisa membawakan Cincin itu berarti kau juga tidak punya hak menikahiku. Kalau kita melanggarnya, maka dia takkan segan segan berbuat kasar. Kau tau sendiri sifat Elang kan. Aku takut terjadi hal buruk pada kita semua. Bagaimana kalau sekali lagi kau coba mencari Cincin itu sampai ketemu, untuk menjadi bukti agar Elang tidak mengganggu kita lagi" ujar Ayam Betina. "Okelah kalau begitu, aku akan tetap mencarinya sampai ketemu berapa pun lama waktu yang dibutuhkan untuk menemukannya." "Iya..Aku juga akan membantu mencarinya tapi tanpa sepengetahuan Elang" Ayam Betina menimpali. Mereka kemudian berpisah pulang ke rumah masing masing. Ayam Jantan dan Gagak langsung tidur karena kelelahan hingga malam hari.
Seperti kemarin, tiap hari sebelum fajar menyingsing Ayam Jantan selalu memanggil sahabatnya untuk membantunya mencari Cincin. Dia mengepakkan sayapnya, "Kuuk...Kkuurruuyyuuuuukkkk..." tanpa sengaja dia sudah terbiasa dengan teriakan itu, dan itu hingga saat ini masih dilakukannya. Tapi manusia menjadikannya pertanda waktu fajar hampir tiba, dan jadi patokan untuk bangun dan memulai aktivitas.
Ayam Betina pun tak mau kalah, dia sembunyi sembunyi membantu Ayam Jantan mencari Cincin. Tiap pagi dia keluar menuju tempat jatuhnya Cincin itu, kemudian mengais ngais tanah dengan cakarnya sampai sore hari. Dan itu dilakukannya tiap hari, hingga saat ini hal itu masih dilakukannya. Tapi manusia menganggapnya hanya sedang mencari makan dengan mengais tanah memilih milih makanan. Makanya hingga sekarang tiap di halaman atau pekarangan rumah, Ayam Betina sering terlihat mengais ngais tanah dengan cakarnya untuk terus mencari Cincin yang hilang itu agar Ayam Jantan segera menikahinya dan bebas dari gangguan Elang.
Elang pun sudah bosan mengurusi Ayam Jantan, dia sudah membiarkan hal itu berlalu. Hilang sudah niatnya mempersunting Ayam Betina, karena dia sudah kecewa dan sakit hatinya. Dia masih dendam. Tiap dia melihat Anak Ayam, dendamnya selalu teringat dan segera dia memangsanya untuk dijadikan santapan. Dan itu terjadi hingga saat ini.

AYAMKUUUUUUUUUU...........!!!!!!!

SEKIAN

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun