Mohon tunggu...
VOGUEMINI
VOGUEMINI Mohon Tunggu... Freelancer - Penggemar berat karya Tuhan.

Penggemar berat karya Tuhan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Harapan Seorang Ibu

8 Mei 2013   05:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:56 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Malaikat cantik itu aku panggil Ibu. Tiada senyum yang paling manis selain senyumannya, tiada tawa yang paling membahagiakan selain tawanya, tiada mata yang paling teduh selain mata indahnya....

Seorang wanita karier yang tidak pernah lalai akan kewajibannya sebagai seorang Ibu. Selalu memberikan kenyamanan dan kehangatan seperti saat berada didalam rahimnya. Dan yang terpenting, beliau siap kapanpun untuk membela anak-anaknya.

Beliau tau bagaimana caranya untuk memberikan kasih sayang. Walaupun tidak selalu adil......

Ibuku pernah bercerita, dulu setiap malam aku tidak pernah berhenti menangis. Dan beliau bilang, beliau selalu terjaga untuk menemaniku. Tanpa kenal lelah dan menghiraukan rasa kantuknya, beliau rela melakukan hal tersebut. Beliau bilang bahwa makhluk tak terlihat sering sekali menggangguku. Dan sampai saat ini aku masih merasa sangat bersalah atas terbuangnya waktu tidur beliau pada saat itu.

Dan ketika aku berkata “Ibu, aku berbeda dari anak-anak lain”, beliau hanya membalas dengan kalimat terindahnya “Kamu tetep anak Ibu kok”. Seberapapun kekurangan kita, seberapapun kelebihan kita, Ibu adalah orang pertama yang akan selalu menerima kita apa adanya. Beliau akan mencintai anak-anaknya tanpa syarat. Trust me :)

Setiap Ibu pasti mempunyai harapan untuk buah hati tercintanya....

Harapan itu tersirat....

Tanpa melalui kata-kata, tanpa melalui pembicaraan. Tapi melalui tindakan, pikiran, dan batin.

Simple aja.. Batin seorang Ibu terhadap anaknya sangat kuat. Hanya dengan menatap matanya aku bisa tau harapan-harapan apa yang beliau dambakan dari anak-anaknya.

Salah satu yang selalu aku ingat adalah :

"Ibu tau semua yang kamu punya, tapi Ibu belum tentu tau apa yang kamu mau. Jika kamu temukan apa yang kamu mau, semoga hal tersebut tidak hanya membahagiakan untuk dirimu, tapi juga untuk orang lain. Selalu libatkan Tuhan, selalu libatkan orang lain, selalu bantu orang lain, karena hidup bukanlah tentang kesenangan diri sendiri. Ingat pesan nenek? Dimasa depan nanti kamu akan tumbuh sebagai seorang penyembuh. Ibu tidak menyuruhmu menjadi dokter, hanya saja Ibu berharap kamu dapat menyembuhkan "hati" orang-orang yang sedang terluka. Hiduplah dengan bahagia."

Singkat kata seperti itulah bunyinya..

Bahagia? Memang cuma satu kata. Semoga mewujudkannya sesederhana melafalkannya.

Loving you always, Mom :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun