Mohon tunggu...
Silma Nurin Najma
Silma Nurin Najma Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Saya seorang mahasiswa yang saat ini sedang belajar dan akan terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sedia Pemahaman Literasi Digital Sebelum Berita Hoax Menyerang

11 November 2024   21:55 Diperbarui: 11 November 2024   22:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Dalam era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Hampir setiap orang memiliki akses ke media sosial, baik untuk mencari hiburan, berkomunikasi dengan teman dan keluarga, hingga mendapatkan informasi terkini. Namun, di balik manfaat yang ditawarkan, media sosial juga menyimpan tantangan besar, terutama dalam hal penyebaran informasi. Literasi digital, yaitu kemampuan seseorang dalam memahami, menilai, dan menggunakan informasi digital dengan bijak, kini menjadi kebutuhan yang sangat penting. Tanpa literasi digital yang memadai, kita berisiko terjebak dalam hoaks, misinformasi, atau bahkan manipulasi yang merugikan.

Media sosial memiliki kecepatan luar biasa dalam menyebarkan informasi. Dengan satu klik, sebuah berita dapat menjangkau ribuan bahkan jutaan orang dalam hitungan detik. Sayangnya, tidak semua informasi yang beredar akurat dan dapat dipercaya. Banyak di antara kita yang dengan mudah terpancing untuk membagikan berita hanya karena menarik perhatian, tanpa terlebih dahulu memeriksa kebenarannya. Di sinilah pentingnya literasi digital. Literasi digital mengajarkan kita untuk bersikap kritis dan tidak menelan mentah-mentah setiap informasi yang kita temui. Kita perlu tahu cara memverifikasi fakta, mencari sumber yang kredibel, dan memilah informasi yang benar dari yang palsu.

Menjadi melek digital tidak hanya tentang mengetahui bagaimana menggunakan teknologi, tetapi juga memahami dampaknya terhadap diri sendiri dan masyarakat. Sebagai pengguna media sosial, kita harus mampu membedakan antara opini, fakta, dan berita palsu. Contoh kasus yang sering terjadi adalah penyebaran hoaks atau berita bohong yang bertujuan untuk memprovokasi emosi masyarakat. Tanpa kemampuan berpikir kritis, kita mudah terbawa suasana, marah, atau bahkan terlibat dalam perdebatan yang tidak sehat. Dengan literasi digital, kita diajak untuk berpikir dua kali sebelum membagikan sesuatu: apakah informasi ini benar? Apakah ada bukti yang mendukung? Apa dampak dari membagikan informasi ini?

Literasi digital juga memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan mental. Informasi yang berlebihan, termasuk berita negatif atau penuh kebencian, dapat menyebabkan stres, kecemasan, dan ketidaknyamanan. Melalui literasi digital, kita diajarkan untuk menyaring informasi dan memanfaatkan media sosial secara bijak. Kita bisa memilih untuk mengikuti akun-akun yang inspiratif, edukatif, dan positif, serta menghindari konten-konten yang memicu emosi negatif. Dengan begitu, kita menciptakan pengalaman bersosial media yang lebih sehat dan bermanfaat.

Pentingnya literasi digital juga mencakup aspek etika dalam berinternet. Tidak cukup hanya tahu cara membaca informasi; kita juga harus tahu cara berinteraksi di dunia maya dengan sopan dan bertanggung jawab. Setiap komentar yang kita tulis, setiap informasi yang kita bagikan, memiliki konsekuensi. Membangun kebiasaan untuk berpikir kritis, mengedepankan fakta, dan bertindak dengan penuh tanggung jawab merupakan bagian dari literasi digital yang perlu ditanamkan sejak dini.

Literasi digital adalah kunci untuk menjadi pengguna media sosial yang cerdas. Kita tidak bisa hanya menjadi konsumen pasif; kita harus menjadi konsumen yang kritis dan sadar. Dunia digital menawarkan banyak peluang, namun tanpa literasi yang memadai, kita akan terjebak dalam lingkaran informasi palsu dan manipulasi. Mari manfaatkan media sosial dengan cerdas, dengan berbekal literasi digital yang kuat agar kita tidak hanya bisa membaca informasi, tetapi juga memahami, memilah, dan menggunakannya dengan bijak. Dengan begitu, kita turut menciptakan ekosistem digital yang sehat, aman, dan bermanfaat bagi semua.

DAFTAR PUSTAKA

Sabrina, A. R. (2019). Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax. Communicare : Journal of Communication Studies, 5(2), 31--46. Literasi Digital Sebagai Upaya Preventif Menanggulangi Hoax | Communicare : Journal of Communication Studies

Akbar, M. I., & Fahlevvi, M. R. (2023). Cegah penyebaran misinformasi di media sosial menggunakan peralatan dan fitur literasi digital. RENATA Jurnal Pengabdian Masyarakat Kita Semua, 1(1), 15-20. Cegah Penyebaran Misinformasi di Media Sosial Menggunakan Peralatan dan Fitur Literasi Digital | RENATA: Jurnal Pengabdian Masyarakat Kita Semua

Nawaf, A., Azura, S., Gultom, S. F., Afriansyah, W., & Putra, A. D. (2023). Analisis literasi digital dalam penggunaan media sosial di kalangan remaja Desa Payung Kec. Payung Kab. Karo. Journal of Human and Education, 3(2), 337-343. Analisis Literasi Digital Dalam Penggunaan Media Sosial Di Kalangan Remaja Desa Payung Kec. Payung Kab. Karo | Journal Of Human And Education (JAHE)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun