Sepulang kegiatan training tentang Leadership saya berdiskusi dengan teman tentang "apakah menjadi seorang leader itu dilahirkan atau dibentuk?", teman saya dengan bersemangat menyatakan bahwa siapapun bisa menjadi leader, oleh karena itu jelas jawabannya adalah dibentuk. Sedikit tidak sepakat, namun saya memutuskan untuk memilih diam dan merenung. Hingga akhirnya saya lupa dengan hal itu.
Saat itu materi yang kami dapatkan tentang Leadership nya Nabi Ibrahim, Nabi Yusuf dan Nabi Muhammad, Rasulullah SAW. Selama materi saya berfikir bahwa menjadi leader pasti keinginan semua orang, tapi saya merasa bahwa Allah tidak akan sembarangan menunjuk seorang nabi dan menjadi Leader itu sudah pasti pilihan Allah SWT. Kenapa? karena definisi leader sendiri akan berbeda jika terbatas hanya pada sebuah posisi, bukan peran.
Terkadang pemikiran saya memang terlalu rumit, bahkan untuk diri saya pribadi. Namun poinnya adalah menjadi seorang Leader itu tidak serta merta dapat dicatut oleh siapapun yang berpangkat atasan. Saat itu saya berfikir bahwa setiap atasan yg "dibentuk" seharusnya mencerminkan sikap seorang leader. Namun, pada kenyataanya tidak seperti itu. Artinya tidaklah cukup hanya dibentuk saja kan, tetapi apakah puzzle yang hilang itu? mengapa proses pembentukan itu bisa tidak berhasil?
Hingga suatu hari saya mengikuti training lagi dengan tema Empowering Work Culture. Ini adalah pertemuan kesekian kalinya dalam kegiatan training ini. I did not expecting too much at that time karena ini adalah pertemuan yang kesekian sehingga semangat belajar saya sudah sedikit menurun but surprisingly,  i think i found the answer about my question a few week ago. Di kelas yang tak disangka sangka ini, saya menemukan poin inti, apakah leader itu dibentuk atau dilahirkan?
Pematerinya bukan orang sembarangan, he is really wonderful person. Pak Virda Dimas Ekaputra. How come at his 30 he became a CEO? Even I can not imagine that at this age i am being someone which have a good position at the office, gonna be very challenging though but nooo.. it's gonna be very difficult for me haha i still dont have that capacity enough.
The unexpected thing is my question being answered by him easily. The answer is about life concept.
Tujuan hidup lah yang membuat kenapa tidak semua atasan bisa memiliki leadership. Kok bisa?
Ya karena hanya orang-orang yang menjadikan hidupnya untuk Allah-lah yang pada akhirnya akan mengeksplor dirinya sehingga bisa menjadi pantas dimata Allah. Merinding... that's leadership!
He said that lucky factor is exist but we need to preparing everything to achive what we want. Yasss.. i agree with that. I mean we need to know ourself first to be a leader. Tidaklah cukup sebuah SK untuk menunjukan kita seorang leader melainkan kita sudah meneguhkan orientasi kita untuk apa? kearah mana? jika seorang leader bahkan tidak tahu arah tujuannya, then how we can improve our skill untuk menjadi pantas tidak hanya diatas SK tetapi diatas ketetapan Allah.Â
Proses 'pembentukan' leader akan berhasil jika memang ia memiliki kapasitas itu. Tetapi tidak semua leader itu merasa they need to develop themself. Kenapa? karena kapasitas pemikirannya bisa jadi tidak sampai kesana.
Padahal Allah SWT even told us in the quran that "Kalau  sekiranya kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir." (Al Qur'an Surat Al Hashr : 21).