Mohon tunggu...
Silfi nursukmaloro
Silfi nursukmaloro Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi mendengarka musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Miris, Anak Muda Ngelem di Sekitar Kita

18 Juli 2023   14:23 Diperbarui: 18 Juli 2023   15:42 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Gambar anak muda ngelem (http.www.tabalongkab.bnn.go.id )

            Akhir-akhir ini banyak anak-anak muda menyalahgunakan lem untuk kesenangan mereka salah satunya untuk mendapatkan sensasi ‘melayang’ atau dikenal dengan istilah nge-fly dengan menghirup aroma lem. Kegiatan ini umumnya dilakukan oleh para remaja atau anak-anak, khususnya sering dilakukan oleh anak jalanan, sebagai alternatif agar dapat mabuk. Sungguh miris ketika melihat meraka sedang menghirup lem. Biasanya yang digunakan untuk ngelem bisa didapatkan dengan mudah dan tidak mengundang kecurigaan orang lain. Salah satu lem yang paling populer digunakan oleh anak jalanan untuk ngelem adalah lem aibon.

          Ngelem adalah sebuah cara yang dilakukan dengan menghirup aroma lem tersebut untuk mendapatkan sensasi mabuk. Ciri khas anak yang sedang ngelem dengan mutupi wajah dengan pakaian sambil menunduk. Selain itu ada ciri-ciri fisik yang terlihat seperti depresi, perilaku mabuk atau linglung, hidung merah atau berair, mata merah berair, bau napas kimia, mimisan, mual atau kehilangan nafsu makan, mudah cemas dan gelisah, dan gerak-gerik yang aneh seperti menyembunyikan sesuatu.

       Penyalahgunaan lem pada anak-anak merupakan permasalahan serius yang membutuhkan perhatian dan langkah-langkah pencegahan yang tepat. Lem, meskipun merupakan bahan yang umum digunakan dalam kegiatan kreatif, dapat menjadi sumber bahaya bagi anak-anak jika digunakan dengan tidak benar atau disalahgunakan. Penting untuk menyadari bahwa penyalahgunaan lem pada anak-anak dapat memiliki konsekuensi yang merugikan. Salah satu bentuk penyalahgunaan lem adalah menghirup atau mengonsumsinya. Beberapa anak mungkin tertarik mencoba menghirup lem karena efek psikotropika yang mungkin terkait dengannya. Namun, hal ini sangat berbahaya dan dapat menyebabkan keracunan, kerusakan organ, bahkan kematian.

         Penyalahgunaan lem tidak sesuai dengan fungsinya dengan cara menghirup akan berdampak negatif bagi kesehatan, efek ngelem akan menyerang susunan saraf di otak sehingga bisa menyebabkan kecanduan. Dalam jangka panjang bisa menyebabkan kerusakan otak sementara, dalam jangka pendek risikonya adalah kematian mendadak, bahayanya belum banyak diketahui oleh para penikmatnya. Aroma yang memikat pada lem banyak digunakan dengan salah kaprah, dan ada pula individu dengan sengaja menghirupnya untuk mendapatkan kesenangan tersendiri. Dapat bahaya terhadap manusia, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

          Pecandu lem kebanyakan berasal dari golongan ekonomi rendah. Harga yang yang terjangkau dan sensasi melayang yang didapat hampir sama dengan jenis narkoba lainya yang harganya jauh lebih mahal. Lingkungan sebagai pembentuk karakter juga mempengaruhi apakah seseorang akan menggunakan lem atau tidak. Kebanyakan pengguna lem bergerombol dan berkelompok. Harganya murah, ya mereka ramai-ramai membeli dan ramai-ramai juga menggunakannya.

        Jadi menurut penulis penyalahgunaan lem bukan sepenuhnya keselahan si anak tapi keselahan orang tua, ataupun faktor lingkungannya. Tidak salah jika orang tua lebih baik memperhatikan tempat tinggal untuk anak-anaknya. Kalau lingkungannya buruk tidak menutup kemungkinan akan menular ke perilaku yang buruk juga. Kalau pondasi norma dan agama sudah ada, biasanya akan sulit seseorang untuk berprilaku menyimpang. “Seumpama kalau penggunanya sudah meong ya meong seterusnya. Jarang ada yang bisa kembali normal lagi. Karena kerusakan otaknya bersifat permanen,”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun