Malam penutupan akhir tahun identik berkaitan dengan perayaan seperti bakar jagung, pesta kembang api dan karaoke bersama. Namun cara unik yang dipilih oleh kelompok KKM 47 yakni dengan mengikuti kegiatan pengajian bersama KH. Anas Fauzi An Nachrowi. Beliau adalah penghulu yang sedang naik daun di media sosial, karena sering memberikan wejangan kepada pengantin dengan diselingi guyonan renyah yang khas.
Pengajian yang diadakan di Dusun Jabon, Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis ini diselenggarakan dibawah komando RW 11 bersama kelompok KKM 47 asal UIN Malang.Â
Pengajian yang mengusung tema "Musahabah diri untuk menyongsong harapan baru". Tema ini dirasa sangat tepat dengan momentum pergantian tahun dari 2022 menuju 2023. Karena sejatinya sebelum membuka lembaran yang baru alangkah baiknya jika diawali dengan bermusahabah atau berinstropeksi diri agar langkah kedepannya lebih baik lagi sehingga dapat menyongsong harapan baru ditahun yang baru.
Acara dibuka dengan sajian hiburan dari rokestra sholawat dari kawah kalimosodo untuk menyambut dan mengiri tamu yang berdatangan, agar hadir dalam keadaan penuh suka cita.Â
Selanjutnya terdapat penampilan puisi dan sholawat dari adik-adik TPQ setempat. Dan tak lupa menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk menjunjung tinggi rasa cinta tanah air dan persatuan. Acara selanjutnya yakni sambutan dari ketua pelaksana yakni Bapak Abdul Manan, kemudian sambutan dari mantan ketua RW 11 Jabon yakni Ibu Ginikwati. Tak lupa sambutan dari Ketua RW 11 Jabon Periode 2022-2027 yakni Bapak Sutyoso Broto, SE).
Dan tibalah pada puncak acara yakni mauidoh hasanah dan doa dari KH. Anas Fauzi An Nachrowi. Pada kesempatan kali ini KH. Anas Fauzi An Nachrowi menyampaikan mengenai pentingnya berbakti kepada kedua orang tua terutama adalah kepada "IBU".Â
Seperti halnya yang telah ditegaskan Rasulullah SAW dalam sebuah hadits nya yang berasal dari pertanyaan seorang sahabat. "Ya Rasul, siapakah orang yang harus aku hormati di dunia ini." Rasul menjawab, "Ibumu." Kemudian dia bertanya lagi, "Lalu siapa?" Rasul menjawab, "Ibumu." "Kemudian lagi, ya Rasul," tanya orang itu. "Rasul menjawab, "Ibumu." Lalu, laki-laki itu bertanya lagi; "Kemudian, setelah itu siapa, ya Rasul?" "Bapakmu," jawab Rasulullah.Â
Beliau juga menyisipkan sebuah  contoh kisah seorang ibu dan anak yg hidup di desa, suatu ketika sang anak pergi merantau untuk bekerja ke luar kota, beberapa tahun kemudian sang ibu mendengar kabar kalau anaknya udah sukses di kota perantauan
Dialog
Ibu : Nak kabar mu bagaimana
Anak : Alhamdulilah Baik bu
Ibu : Kamu kapan pulang nak, ibu kangen pingin ketemu
Anak : Masih tidak bisa bu, saya masih sibuk dengan pekerjaan saya (Telepon di tutup)
Si anak tersebut lebih mementingkan hewan peliharaannya yg senilai 40jt di banding ibu kandungnya sendiri, sampai suatu ketika ibu tersebut ingin menjadi hewan peliharaan si anak tersebut agar beliau dapat dirawat dengan baik seperti hewan peliharaannya.
Mendengar kisah tersebut pastilah hati kita terasa teriris, tak terbayang bilamana hal tersebut terjadi kepada anak kita. Summa naudzubillah. Padahal sejatinya Orang tua terkhusus ibu tidak akan melupakan anaknya baik itu dalam keadaan apapun. Selain itu, jika dilihat dari beberapa kasus seperti maling kundang seorang anak ketika sukses dan merasa dirinya hebat dengan mudahnya mereka melupakan orangtua.
