Memberi lebih baik dari menerima, ini pasti sering kita dengar. Tapi memberi harus lebih baik dari yang kita terima..mungkin belum banyak terlintas. Pelajaran ini saya dapat ketika masih kecil; TK. Saat itu, ibu saya yang sekretaris rector UGM sering membawa snack sisa rapat. Tidak seperti sekarang, dulu tidak banyak toko roti. Seingatku, yang paling enak itu roti yang kerdusnya warna biru-putih-pink (bukan merah). Maka, sejak saya pertama kali terima rapor di kelas nol kecil dan harus membawa kado silang isi makanan, orang tua saya selalu membelikan roti kegemaran saya itu untuk di-kado-silang-kan. Saya sendiri tidak peduli apa yang saya dapat. Tapi saya selalu senang, melihat ekspresi teman-teman yang menerima kado dari saya. TK saya di desa, jarang teman-teman makan roti enak. Walau untuk itu, orang tua saya harus sedikit boros.
Pelajaran kedua saya peroleh saat perpisahan SD. Saya dan sahabat saya sepakat untuk saling memberikan kenang-kenangan. Saya waktu itu tidak terpikir untuk memberi apa. Dan sekarang pun saya sudah lupa. Tapi saya ingat, sahabat saya itu memberi saya cangkir dan tatakannya (tea set) warna putih bergambar buah ceri dengan background hijau. Kadonya tidak langsung habis, tidak seperti makanan yang saya sering berikan saat kado silang. Dan ternyata benar-benar saya pakai, walau tidak saat itu juga, tapi sampai saat saya harus sering ngopi untuk doping lembur waktu kuliah di arsitektur.
Dua peristiwa itulah yang membuat saya selalu serius kalo mau memberikan sesuatu untuk orang terdekat; sahabat dan keluarga.
Begitu pula saat Arsyad akan lulus TK dan para orang tua sepakat untuk saling memberi kado kenang-kenangan. Saya sampai berpikir apa barang yang tepat..yang makjleb maknanya.. Akhirnya saya memilih mug warna jingga sesuai nama kelompok Arsyad. Harganya memang di atas dari yang dianjurkan. Tapi saya puas, ada foto Arsyad dan teman-teman sekelasnya di situ. Jadi, siapapun yang mendapatkannya, saya harap akan senang dengan pemberian kami dan tidak akan lupa pada Arsyad. Beberapa orang tua ternyata lupa menyiapkannya dan membeli barang seadanya dari toko sekitar tempat perpisahan. Seingat saya ada yang membeli tali raffia gulungan besar... Saya agak kecewa, duh, kok saya kurang kerjaan, sampai susah-susah begitu. Walau Alhamdulillah, saya mendapat buku tentang pernikahan; buku yang tidak akan mungkin kepikiran untuk saya beli meski ternyata isinya sangat penting dan saya perlukan.
Beberapa bulan berselang, saya mendapat bingkisan dari mantan mahasiswa saya. Dan trara..saya mendapat mug seperti yang saya berikan untuk kado silang waktu perpisahan kelasnya Arsyad. Dengan foto tercetak pula..tidak hanya 1, tapi untuk keempat anak saya. Subhanallah..dulu saya cuma membungkus 1 mug, dan sekarang saya malah mendapat 4!
Tidak terbayang betapa Allah memberi balasan berlipat ganda dalam waktu yang tidak lama dari arah yang tidak saya sangka-sangka. Semua jadi pelajaran, tidak perlu mengharapkan balasan yang sepadan dari orang yang kita beri. Sungguh balasan yang diberikan Allah selalu jauh akan lebih baik dari yang kita berikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H