Alangkah indah dan tenteramnya bila hidup ini terbebas dari hutang. Namun sayangnya banyak dari kita yang terjerat dengan yang namanya hutang. Mengapa ini bisa terjadi? Sebagian mungkin berhutang karena memang benar-benar membutuhkannya. Kalau tidak berhutang maka tidak akan bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Bisalah kita sebut mereka ini golongan yang “kepepet”. Sedang sebagian lainnya, mereka berhutang karena ingin memuaskan nafsunya. Bisa nafsu ingin memiliki barang-barang mewah, mobil, rumah, sementara kemampuan keuangan belum mencukupi. Jadilah mereka akhirnya berhutang. Mereka ini mungkin bisa disebut golongan “kurang sabar.” Karena kalau mereka mau menunda dulu nafsu memiliki sampai dananya cukup, mereka tak perlu berhutang.
Hutang akan menjadi masalah bila jumlahnya semakin besar dan kita tidak mampu membayarnya. Setiap hari ada saja yang menagih hutang. Kadangkala disertai dengan ancaman. Rasanya hidup seperti dikejar-kejar oleh hutang. Kalau sudah seperti ini, hidup terasa tidak tenang, penuh tekanan. Makan tak enak dan tidur pun tak nyenyak. Bekerja menjadi tidak fokus dan suasana dalam keluarga pun menjadi tidak nyaman.
Bagaimana agar terbebas dari hutang? Suatu hari, Nabi Muhammad Saw masuk ke masjid dan mendapati Abu Umamah berlama-lama di dalamnya. Nabi bertanya, “Mengapa kau ada disini padahal bukan waktunya shalat?” Abu Umamah menjawab, “Aku sedih dan gundah karena banyak hutang.” Nabi kemudian berkata, “Maukah aku ajarkan kalimat (doa) yang membuat Allah akan menghapus kesedihan dan melunasi hutang-hutangmu?” “Tentu,” kata Abu Umamah. Nabi menyarankan, “Setiap pagi dan sore, berdoalah, Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perasaan sedih dan gundah, ketidak-berdayaan dan kemalasan, sikap pengecut dan bakhil, serta lilitan hutang dan musuh-musuh yang ganas.” Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan ajaran Nabi Muhammad Saw, kemudian Allah menghapus dan melunasi hutang-hutangku.” (HR. Abu Daud).
Dari hadist di atas, Nabi Muhammad Saw mengajarkan beberapa hal:
Pertama, memohon perlindungan dari kesedihan dan kegundahan. Dari sisi psikologis, kita akan bisa tetap fokus dalam berusaha. Kita tetap mampu dan berani dalam mengambil keputusan.
Kedua, mohon perlindugan dari kelemahan dan kemalasan yang menitik beratkan pada sikap mental. Dengan begitu kita akan tetap berusaha meningkatkan produktifitas.
Ketiga, mohon perlindungan dari sifat pengecut dan bakhil yang melingkupi sifat sosial. Lari dari dari masalah, tidak mau bertanggung jawab dan sebagainya.
Keempat, mohon perlindungan dari lilitan hutang dan musuh-musuh atau tekanan orang lain. Merendahkan diri dengan terpaksa atau dipaksa melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan.
Tentunya, selain terus berdoa kepada Allah, kita tetap bekerja, tetap berusaha dengan sungguh-sungguh. Berdoa saja tanpa bekerja adalah sikap yang lemah. Sedang bekerja dan berusaha tampa berdoa akan menjauhkan dari keberkahan.
Baca juga, Keutamaan Pengusaha, Melunasi Hutang Sahabat.