Kelas ekonomi masyakarat tidak akan naik kelas. Golongan menengah tidak  akan naik ke golongan atas. Sementara golongan pendapatan bawah tidak akan  naik ke level menengah karena kualitas pendidikan di negara kita mahal. (Anies Baswedan)
Indonesia sudah lama masuk dalam 20 besar negara di dunia (emerging market country) yang memiliki pendapatan domestik bruto tertinggi, ternyata masih mengalami kendala dalam menanggulangi kemiskinan. Kelas masyarakan golongan ekonomi bawah sulit naik golongan menengah. Sementara golongan menengah juga sulit naik ke golongan ekonomi atas. Hal itu dikarenakan mahalnya kualitas pendidikan di Indonesia.
Bukankah sekarang pendidikan dari SD sampai SMP gratis? Iya, gratis memang. Tapi itu untuk sekolah negeri. Akan tetapi, gratis itu belum tentu berkualitas. Tidak sedikit golongan masyarakat menengah rela merogoh kocek yang lebih dalam untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta bonafid. Beberapa diantaranya menganggap anak-anak yang sekolah di sekolah negeri kurang di perhatikan. Ini terjadi di kota-kota besar. Meski demikian, keadaan tersebut justru berbeda di daerah yang notabene sekolah negeri malah menjadi sekolah favorit.
Jika ada pertanyaan apakah pendidikan menjamin kehidupan yg lebih baik. Jawabannya tidak pasti akan tetapi dengan pendidikan peluang seseorang untuk hidup yang lebih baik itu terbuka lebar, khususnya untuk sektor formal. Bagaimana dengan sektor informal? Sektor informal juga penting untuk mendukung sektor formal. Tidak sedikit sektor informal justru menjadi supplier bagi sektor formal untuk menjalankan core business-nya. Sektor informal yang memiliki skala bisnis kecil seringkali memiliki ongkos produksi lebih murah dan menjadi subkontraktor sektor formal.
Tidak sedikit pula sektor formal tumbuh dari sektor informal. Sebagai contoh, sebuah perusahaan produk perawatan kecantikan The Body Shop International plc, atau lebih dikenal dengan The Body Shop, memiliki sekitar 2,400 toko di 61 negara, dulunya merupakan industri rumahan. Pendidikan adalah syarat untuk naik ke sektor formal. Sedangkan pada umumnya, sektor formal inilah yang menghasilkan tingkat penghasilan rata-rata lebih tinggi daripada sektor informal.
Tumbuhnya usaha informal menjadi usaha formal harus disertai dengan kompetensi yang memadai. Sarananya adalah pendidikan. Bahkan  beberapa profesi tertentu, pendidikan formal ini menjadi prasyarat untuk terjun di bidangnya (contoh: dokter dan advokat). Diantara fungsi pendidikan adalah untuk menciptakan paradigma berpikir yang lebih baik, menciptakan nilai tambah atas produk baik berupa barang maupun pelayanan, serta meningkatkan efisiensi dan mendorong kemajuan.
Dari berbagai fungsi pendidikan itu, maka pendidikan-dari sisi paling pragmatis- adalah salah satu gunting untuk memotong rantai kemiskinan. Akan tetapi, akses ke pendidikan berkualitas terganjal dengan ongkos yang sulit dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi, khususnya terhadap pendidikan tinggi. Bahkan untuk golongan ekonomi menengah, porsi untuk biaya pendidikan adalah memakan porsi cukup besar dari pendapatannya. Mahalnya pendidikan tinggi di Indonesia sudah menjadi isu lama. Tren kenaikan biaya pendidikan tinggi naik dari tahun ke tahun meski dibungkus dengan berbagai skema, terakhir dengan Uang Kuliah Tunggal (UKT).
Beasiswa menjadi solusi praktis jangka pendek. Sudah banyak beasiswa baik dari swasta maupun pemerintah untuk memperluas akses pendidikan khususnya bagi yang cerdas tapi kurang mampu. Hanya saja, sampai sekarang, jumlahnya masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan seluruh jumlah penduduk Indonesia. Beasiswa dari swasta masuk dalam program Corporate Social Responsibility (CSR). Tidak banyak informasi mengenai beasiswa swasta itu kecuali beberapa perusahaan besar saja. Sedangkan beasiswa dari pemerintah ada Bidik Misi untuk program S1 dan beasiswa S2 dan S3 dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.
Oleh karena itu, kapasitas lembaga penyedia beasiswa itu harus ditingkatkan. Lebih dari itu, akses informasi harus dibuka seluas-luasnya. Jangan sampai kesempatan mendapatkan beasiswa ini hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Distribusi beasiswa juga harus transparan agar penerimanya tepat sasaran.
Jika golongan menengah masih mampu membiayai kuliah S1. Sedangkan untuk golongan S2 dan S3 jumlahnya semakin sedikit karena biayanya rata-rata lebih mahal 2-4 kali lipatnya. Dengan keadaan tersebut, sangat sulit bagi negara ini untuk memiliki daya saing di level internasional. Perbaikan akses pendidikan tinggi penting, namun level-level itu terkadang penting bagi pekerjaan yang sifatnya rekayasa, perumusan kebijakan, penyusunan strategi dsb. Sedangkan pendidikan profesi baik dasar maupun berkelanjutan hampir tidak ada beasiswanya. Pendidikan profesi lebih penting untuk pekerjaan yang praktikal dan memerlukan pengakuan di level nasional atau internasional. Pendidikan profesi ini merupakan salah satu faktor untuk memberikan daya ungkit terhadap daya saing Indonesia.
Pendidikan tidak lagi sebagai faktor untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Penyebaran kualitas dan kesempatan pendidikan penting agar pertumbuhan ekonomi lebih inklusif. Meningkatkan daya saing bangsa Indonesia di level internasional sudah mendesak terlebih memasuki era pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di 2015 nanti.