Mohon tunggu...
Asmar Ayung Ibnu Achmad
Asmar Ayung Ibnu Achmad Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pesepeda Amatir

Bersepeda adalah kegiatan yang menyenangkan. Siapapun pasti setuju itu. Kenapa? Nah, tidak semua orang bisa menjelaskan. Saya tidak akan berusaha menjelaskan. Saya cuma menceritakan saja 😊

Selanjutnya

Tutup

Money

Bisnis Bioskop Mini Berpeluang di Luar Kota-kota Besar

22 Mei 2014   07:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:15 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14006939481148208306

[caption id="attachment_307932" align="aligncenter" width="300" caption="bioskop mini"][/caption]

Bisnis hiburan, khususnya bioskop bagi masyarakat Indonesia mungkin sudah sangat akrab. Tapi sejak memasuki era 90an, eksistenti bioskop di berbagai kota banyak mengalami kemunduran, bahkan tidak sedikit yang kemudian menutup usahanya karena bangkrut. Ini terjadi karena gempuran peredaran VCD (resmi & bajakan) yang kian marak beredar kala itu, kemudian semakin menjadi ketika DVD (resmi & bajakan) ikut merangsek ketika memasuki era tahun 2000.

Banyak bioskop-bioskop kemudian menghilang sejak kurun waktu tersebut. Sekarang ini bioskop hanya ada di kota-kota besar dengan kekuatan modal yang juga besar sehinngga mampu bertahan. Namun ada sebuah tren baru ditengah masyarakat perkotaan berkaita dengan dunia hiburan bioskop. Di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya mulai muncul sebuah konsep bioskop dalam skala kecil.

Bioskop mini ini menyuguhkan layanan untuk menonton sebuah film dengan fasilitas yang tidak kalah dengan bioskop-bioskop besar. Bedanya adalah penonton bisa dengan bebas memilih film apa yang ingin ditonton, dan skala kapasitas ruangan bioskopnya yang kecil, hanya cukup untuk 10-20 penonton, tergantung tingkat eksklusifitas yang ditawarkan.

Jika di kota-kota besar bisnis ini mendapat respon yang positif, tentu akan lebih berpeluang jika di kota-kota kecil yang notabene "bebas bioskop" didirian bisnis serupa. Tentunya dengan sedikit penyesuaian mengenai tarif masuk serta pilihan film yang disediakan. Modalnya mungkin bisa dibilang cukup besar, sekitar Rp.100 juta - Rp.200 juta untuk persiapan tempat, dekorasi ruang, peredam suara, proyektor, sound sytem, genset, dll. Namun jika menilik bahwa bisnis ini hanya memerlukan sedikit pengeluaran biaya operasionalnya, keuntungan 60% - 80% bisa Anda kantongi. Estimasi tarif masuk Rp.15.000/orang dan pengunjung 150 orang/hari, maka laba sekitar Rp.1,8 juta/hari sudah jelas masuk ke kantong Anda..

*more articles at http://pelakuukm.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun