Mohon tunggu...
Aria Sankhyaadi
Aria Sankhyaadi Mohon Tunggu... Kuli laptop, wi-fi, dan kamera -

Berambut keriting, berkulit cokelat sawo matang, dan bernapas dengan paru-paru. Pemilik akun instagram @aria.sankhyaadi, monggo difollow. Jangan lupa, mampir juga ke aria-sankhyaadi.blogspot.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Upacara Tradisional Minum Teh ala Jepang? Ribet Banget!

27 November 2017   19:22 Diperbarui: 28 November 2017   12:21 3439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peralatan tempur yang digunakan dalam upacara minum teh

Dalam upacara ini, jarang terjadi percakapan. Saya dan tamu yang hadir lainnya saat itu lebih banyak berdiam ketimbang ditebas pakai katana sama si tuan rumah. Jadilah kami bersantai dan menikmati suasana tenang yang tercipta dari suara air dan api, aroma teh, dan keindahan serta kesederhanaan dekorasi ruangan yang ada.

Setelah teh rampung dibuat, teh dituang ke dalam mangkuk teh, kemudian disajikan kepada para tamu baik oleh tuan rumah atau asisten. Saat meminum teh pun tidak bisa sembarangan. Setelah teh dibuat, lalu disuguhkan kepada tamu dengan mangkuk teh di mana motif mangkuk menghadap tamu sebagai tanda penghormatan.

Jangan terlalu manis ya nek tehnya
Jangan terlalu manis ya nek tehnya
Mangkuk teh ini diberikan tuan rumah kepada tamu pertama sambil membungkuk. Kemudian tamu pertama ini membalas membungkukkan badan kepada tuan rumah sebagai tanda hormat. Mangkuk teh tersebut diputar untuk menghindari meminum dari bagian depan mangkuk.

Setelah selesai memutar mangkuk barulah saya boleh mencicipi teh (1x teguk), setelah itu membisikkan ungkapan yang telah ditentukan kemudian meminum lagi teh tersebut 2-3 kali. Selanjutnya tamu tersebut menyeka bagian pinggir mangkuk itu. Mangkuk diputar kembali ke posisi awal dan diserahkan pada tamu kedua dengan membungkuk.

Proses ini terus dilakukan hingga semua tamu sudah meminum teh dari mangkuk yang sama dan posisi mangkuk kembali ke tuan rumah. Di beberapa upacara, setiap tamu akan meminum teh dari mangkuk masing-masing tetapi urutan minum tehnya sama saja. Apa saya bilang, ribet kan. Tapi menyenangkan dan bikin penasaran. Krompiyang bingits deh.

Cita rasa teh

Ini dia penampakan teh hiijaunya
Ini dia penampakan teh hiijaunya
Lantas, bagaimanakah dengan rasa tehnya? Rasanya adalah...perfecto, mamamia lezatos, numero uno (malah kayak iklan kan jadinya). Serius! Uenak bianget! Rasa matcha-nya tuh berasa banget. Kalau istilah kerennya tuh thick banget. Aromanya, trus pas disruput itu jadinya joss gandos! Kalau dalam bahasa Spanyol itu nasgitel (panas, legi, tur kentel) atau dalam bahasa Indonesia adalah panas, manis, dan kental. Cuma berhubung ini nggak pakai gula jadinya tawar.

Sekarang nggak heran kan, di tiap kita menyajikan segala sesuatu dengan sungguh-sungguh, pakai hati dan memberikan yang terbaik dari kita maka hasilnya akan maksimal. Seperti halnya keribetan yang dialami saat membuat teh saat Sado ini, semuanya demi memberikan hasil terbaik kepada para tamu.

Setelah semua tamu mendapatkan teh, tuan rumah akan membersihkan peralatan. Para tamu dapat meminta tuan rumah agar dia dapat memeriksa peralatan-peralatan tersebut, dan setiap tamu dapat mengagumi alat-alat itu. Yah, mungkin aja ada tamu yang saking mupengnya sama benda-benda buatan Jepang tanpa sadar masukin ke kantong celana. Mungkin loh ya!

Mari diminum tehnya selagi hangat
Mari diminum tehnya selagi hangat
Peralatan tersebut diperlakukan dengan sangat hati-hati dan dengan penuh kehormatan karena peralatan tersebut tak terhingga nilainya (antik, buatan tangan). Bisa dibilang, semua peralatan yang digunakan adalah handmade (dibuat dengan tangan, tanpa campur tangan mesin). Goks yak orang Jepang.

Akhirnya, tibalah saya di bagian akhir. Bagian di mana tuan rumah kemudian mengumpulkan peralatan, saya dan para tamu lainnya meninggalkan Chasitsu. Tuan rumah membungkuk sebagai ucapan terima kasih dari pintu, dan upacara berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun