Menyikapinya fenomena kisruh tuduhan psikopat oleh Haji Lulung kepada Petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama, saya jadi tertarik untuk membahas mengenai keberadaan entitas pengidap gangguan psikotik tersebut dalam masyarakat pada umumnya, dan dalam organisasi pada khususnya, termasuk didalamnya institusi politik.
Sebelumnya, mari kita ajukan pertanyaan pada diri kita sendiri, apakah anda pernah mengenal atau sedang berinteraksi dengan pribadi yang memiliki ciri-ciri seperti ini? 1. Sering menampilkan sikap yang menarik ke orang yang baru dikenal / bos/ atasan, cenderung dibuat-buat, memesona, dan menebarkan sikap hangat; 2. Beranggapan dirinya yang paling penting dan harus diistimewakan; 3. Sering memperlihatkan perlakuan yang impulsif (meledak-ledak), sulit menunda dan mengendalikan emosi; 4. Hubungan pertemanan atau hubungan sosial yang singkat;5. Sering berbohong, menipu, dan mengkhianati; 6. Kurang tanggung jawab atas perbuatannya, berani mengambil keputusan berisiko dan tidak dapat belajar dari pengalaman; 7. Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, tidak peduli orang lain menderita; 8.Cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang telah dilakukannya. Jika ya, selamat anda bisa jadi pernah atau sedang berinteraksi dengan seorang psikopat! Namun perlu diingat, kriteria di atas bukan merupakan harga mati, tapi bisa menjadi indikasi, karena untuk memvonis seseorang mengidap psikopat atau tidak merupakan wewenang psikiater.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, psikopat adalah orang yang karena kelainan jiwa menunjukkan perilaku yang menyimpang sehingga mengalami kesulitan dl pergaulan. Psikopat merupakan gangguan jiwa, namun bukan termasuk kegilaan (schizo), karena seorang psikopat sadar sepenuhnya atas perbuatannya, oleh karena itu psikopat memiliki kategori sendiri, yaitu psikotik.
Sifat dasar seorang psikopat adalah tidak mampu berempati kepada orang lain secara emosional, namun dia dapat mempelajarinya secara intelektual. Digabungkan dengan sifat impulsif untuk mencapai / memiliki sesuatu, dan memiliki kecerdasan untuk mengobservasi dan memanipulasi targetnya, seorang psikopat dapat mengurangi kualitas hidup targetnya secara signifikan dengan mengurangi kepercayaan diri targetnya, memicu konflik secara persisten dan menyerap sumber daya (dan esens kehidupan) targetnya. Hal ini dilakukan oleh psikopat untuk mencapai hal yang diinginkannya tersebut. Para psikopat bersembunyi melalui berbohong, mencurangi, mencuri, memanipulasi, mengorbankan, dan menghancurkan targetnya.
Satu persen dari populasi dunia adalah pengidap psikopat dan publik saat ini masih mempercayai bahwa psikopat adalah pembunuh yang hanya ada di organisasi kriminal, penjara atau kisah thriller, padahal ini hanyalah 15-20 persen dari total psikopat. Selebihnya adalah pribadi yang berpenampilan sempurna, pandai bertutur kata, mempesona, mempunyai daya tarik luar biasa dan menyenangkan.
Seorang psikolog kriminal dari University of Sidney, Australia, Dr John Clark berpendapat bahwa kebanyakan psikopat justru berada di ruang rapat, kursi parlemen bahkan ruangan seorang CEO. Penelitian Dr. Paul Babiak dan Prof. Bob Hare dari University of British Columbia bahkan menyatakan bahwa dari 1 dari 25 pemimpin bisnis bisa jadi adalah psikopat.
Mereka yang disebut psikopat organisasi kini disinyalir berkembang pesat di dunia bisnis, karena kezaliman dan nafsu mereka sering kali disalahartikan oleh pimpinan puncak sebagai ambisi dan keterampilan memimpin. Psikopat organisasi akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan, status, dan upah yang mereka inginkan. Perbedaan psikopat kriminal dengan psikopat organisasi adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis
Gangguan ini tidak terlihat, sebab psikopat organisasi mampu melakukan penyamaran karena memiliki daya tarik tinggi, status tinggi dan melakukan manipulasi perilaku di tempat kerja. Hasil penelitian Babiak & Hare menunjukan bahwa psikopat sebenarnya punya kinerja manajerial yang buruk tetapi mereka mampu menaikkan karirnya hingga di puncak pimpinan karena mampu menutupi kelemahannya dari atasan maupun bawahan secara baik dan menawan.
Kondisi ini kata Dr Babiak, membuat orang sulit membedakan mana pemimpin yang benar-benar berbakat dan mana yang psikopat. "Semakin tinggi jabatan seorang psikopat maka semakin tampak baik mereka terlihat dengan kharisma dan gaya bicaranya yang baik," timpal Prof Hare. Tapi jika melihat hasil kinerja mereka yang sesungguhnya dengan tingkat produktivitas yang dihasilkan menurut Prof Hare itu sangat menyedihkan. Psikopat ini terlihat berprestasi karena mampu menggunakan pesonanya, melakukan manipulasi, intimidasi atau apa pun yang diperlukannya.
Masalahnya adalah, hal yang sangat kita cari dalam diri para pemimpin dimiliki oleh para psikopat, yaitu kemampuan meyakinkan orang lain. Oleh karena itu tidak heran jika beberapa profesi yang memerlukan keahlian tersebut seperti politik maupun bisnis menjadi magnet bagi orang-orang yang memiliki gangguan psikopati Pengidap psikopat secara alami mereka dapat menarik Anda dengan pesonanya dan menempatkannya dalam bahasa yang tepat dan terdengar seperti pemimpin yang karismatik.
Siapa yang biasanya menjadi korban? Tentunya orang-orang yang dapat mereka manipulasi, secara spesifik biasanya anak buahnya atau orang-orang yang dianggap memiliki kedudukan dibawahnya dalam organisasi. Psikopat akan membuat mereka terlihat buruk di depan atasannya, menyebarkan gosip yang membuat mereka dikucilkan oleh lingkungan sekitarnya dan bahkan secara frontal melakukan intimidasi.