Mohon tunggu...
Akhmad Ginulur
Akhmad Ginulur Mohon Tunggu... -

Professional Brainwaster

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Smart Living In Smart City With Smart Card

31 Juli 2016   15:01 Diperbarui: 31 Juli 2016   15:09 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Salah satu fenomena yang terjadi pada masyarakat urban di masa kini adalah adalah Card Hoarding atau mengoleksi kartu dalam jumlah banyak pada dompet.  Selain karena faktor prestise (karena dompet tebal identik dengan banyak uang) , fenomena ini juga terjadi karena beberapa program pemerintah mengharuskan masyarakat untuk menyimpan beraneka ragam kartu untuk mengakses beberapa layanan publik, seperti layanan kesehatan, transportasi dan tempat tinggal.

Hal ini semakin diperparah karena ketergantungan masyarakat pada uang kartal, baik kertas maupun logam untuk bertransaksi, yang mengakibatkan dompet menjadi semakin menggembung. Selain tidak nyaman, penggunaan beberapa kartu juga tidak praktis dan tidak efisien, karena apabila kartu tersebut hilang, untuk mendapatkan penggantinya masyarakat harus berurusan dengan berbagai pihak.

Kenapa hal ini dapat terjadi? Salah satu fungsi kartu adalah sebagai wadah dan sarana pengamanan dalam penyimpanan data dan informasi. Seiring dengan kebangkitan dari konsep smart city yang memungkinkan manajemen kota untuk kita dapat mengetahui(sensing) keadaan kota, termasuk warga di dalamnya, memahami (understanding) keadaan tersebut lebih jauh, dan melakukan aksi (acting) terhadap permasalahan tersebut,  kebutuhan kota terhadap data menjadi maha besar (Big Data).

Paradigma big data telah mengubah cara kita merencanakan dan melaksanakan pembangunan kota. Menurut John Tolva (Ketua Dewan teknologi Chicago), aspek pemerintahan dan kebijakan publik sekarang akan berbasis bukti nyata yang bersumber dari aneka ragam data yang diperoleh secara realtime dari masyarakat dan tidak hanya berupa informasi anekdotal yang dilaporkan pihak yang berwenang.

Sialnya, informasi tersebut saat ini masih tersebar dalam beberapa media, atau dalam konteks ini adalah kartu-kartu yang berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan informasi identitas dan transaksi masyarakat. Untuk mendapatkan layanan A, masyarakat harus menyimpan kartu A, untuk membayar jasa B, masyarakat harus menggunakan kartu B, dan untuk mendaftar layanan C, masyarakat harus mengeluarkan kartu C. Hal inilah yang menyebabkan dompet masyarakat urban di kota yang menerapkan smart city semakin tebal oleh aneka kartu. Padahal sejatinya salah satu kata kunci penting dalam implementasi smart city adalah efisiensi

Masalah ini dapat selesai jika terdapat solusi yang mampu menggabungkan segala informasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan kota, baik dalam fungsi identifikasi seperti KTP, SIM maupun fungsi transaksi seperti akses layanan kesehatan maupun transportasi.

Melalui integrasi kartu, baik masyarakat maupun pemerintah mendapatkan beberapa keuntungan. Bagi masyarakat, unifikasi kartu tentu lebih praktis dan efisien, sehingga masyarakat tidak perlu membawa banyak kartu kemana-mana. Sedangkan bagi pemerintah, kartu yang terintegrasi memudahkan pemerintah melakukan monitoring dan evaluasi kebijakan serta memudahkan untuk penyaluran bantuan atau subsidi.

Sarana penyimpanan informasi ini juga harus aman namun mudah dan andal. Kartu harus cukup pintar untuk beroperasi secara mandiri (smart card), mampu untuk digunakan saat situasi kritikal, namun memiliki fitur pengamanan yang mumpuni agar tidak mudah disalahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang.

Kartu Multiguna Jakarta One

Impian di atas ternyata bukan menjadi angan belaka. Bank Indonesia dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan inisiasi untuk menggabungkan sistem dan fungsi e-money, identifikasi penduduk dan akses layanan publik dalam sebuah kartu revolusioner multifungsi bernama kartu Jakarta One.

Melalui kartu ini, masyarakat dapat menggunakan kartu sebagai alat pembayaran Trans Jakarta, vending machine, rusun bersubsidi, listrik, air & telepon, apotik dan masih banyak lagi. Kedepan kartu ini juga direncakan untuk dapat menjadi alat pembayaran untuk Electronic Road Pricing (ERP) dan sarana transportasi MRT dan monorail. Nomor Induk Kependudukan dan Nomor Identitas Khusus juga turut tercantum dalam kartu ini, sehingga dalam mengakses aneka layanan publik, masyarakat tidak perlu lagi menyimpan aneka macam kartu untuk setiap jenis layanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun