Mohon tunggu...
Kepikmerah
Kepikmerah Mohon Tunggu... Lainnya - Normal citizen

I never born to please anyone

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Mengajarkan Anak Makan Sendiri

12 November 2024   17:05 Diperbarui: 12 November 2024   17:31 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Aku penasaran, kalian belajar makan sendiri di umur berapa? Kalau aku mulai makan sendiri itu kelas 3 SD, sekitar 8 tahun. Aku yang di rumah selalu disuapin, gak pernah tau caranya makan sendiri, sampai akhirnya ada temen sekelas yang ngajak makan soto ayam waktu jam istirahat. But thank God, berkat temen sekelasku itu aku jadi berani coba makan sendiri dan sampai sekarang bisa makan sendiri haha

Sekarang aku udah punya anak sendiri, anak umur balita. Sekarang pun anakku masih disuapin. Aku inget banget dulu jaman awal anakku mulai makan, dokter anak bilang sebaiknya anak disuapin dulu supaya gizi yang masuk lebih terukur. Sayangnya, dokter anak gak pernah ngajarin kapan anak sebaiknya belajar makan sendiri - dan malahan terlalu fokus sama pertambahan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala. I mean, iya betul data pertumbuhan anak itu penting, tapi kalau bukan dokter anak yang ajarin kami cara ngurus anak, lalu siapa?

Oke, jadi singkat cerita karena anakku udah balita dia jadi gak bisa diem. Setiap makan dia pasti cari mainan atau bacaan buku untuk 'disambil'. Gak jarang aku harus bilang 'enggak' setiap kali dia mulai main jungkir balik, manjat tangga, atau ngajak main ke luar di jam makan. Di sisi lain aku juga sedih setiap kali bilang 'enggak' karena aku tau dia pengen banget main itu. Sekali dua kali oke lah, tapi kalau makin lama aku ngerasa dia gak bisa bedain apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan di jam makan. 'Kamu gak nerapin feeding rules?', ya aku gak nerapin feeding rules. Jujur di awal fase makannya aku terlalu ketakutan anak aku gak cukup gizi sampai-sampai gak pernah nerapin feeding rules (seperti netapin jam makan, durasi makan, anak bebas distraksi, and so on). Oke, gak ada ibu yang sempurna ya, bukan untuk ditiru ya buibu.

Nah, dari latar belakang kayak begini, ada konsekuensi yang aku tuai: anakku kalau makan diemut dan susah banget fokus di satu tempat doang (jalan-jalan melulu). Sebagai orang yang nyuapin 3x sehari, tentu rasanya frustasi banget ya mak. Gak jarang karena dia gak fokus sama makan, dia bahkan gak nyari makanan ketika mulutnya udah kosong. Aku rasa nyuapin begini udah makin gak bener, maka aku putuskan untuk mulai ajarin makan sendiri. Aku percaya dengan dia makan sendiri, maka dia akan sibuk dengan makanannya (jadi harapannya gak ada lagi waktu buat fokus sama yang lain). Selain itu juga dia bakal lebih terbangun insting lapar - kenyang, yaaa harapannya begitu. Tapi kenyatannya tentu tidak seindah rencana - ya, mungkin belum.

Oke sebelum sharing progress, mari kita bahas dulu prosesnya. Aku gak langsung terapin dia makan sendiri disetiap jam makan. Aku coba dulu di setiap jam sarapan (ini minimal ya, kalau maksi atau makan malem dia mau sendiri boleh). Kenapa jam sarapan? Karena jam paling laper adalah saat sarapan - perut lagi kosong-kosongnya. Aku set dia makan di meja kecil khusus bocil dan aku tungguin dia makan sampai selesai (kadang sambil makan bareng kadang cuman temenin aja). Di momen dia makan sendiri aku pasang ekspektasi bakal berantakan. Aku bolehin dia makan pakai tangan dan cuci tangan dulu sebelumnya (gak strick harus pakai alat makan, supaya ngelatih sensorinya juga). Dan berikut hasilnya:

  • Dari sekitar seminggu percobaan, anak aku nerima ide makan sendiri. Setiap sarapan dia mau coba makan sendiri, meskipun di akhir kadang masih minta disuapin.
  • Berantakan? Sudah pasti. Tapi menurutku gak separah anak-anak < 1 tahun yang belajar makan sendiri (gak yang cemong gimana banget, still acceptable).
  • Selama proses makan sendiri, ada aja tingkahnya. Namanya anak balita pasti akan selalu menguji batasan. Batasan yang dimaksud di jam makan ini ya feeding rules - dia akan coba-coba ninggalin kursi atau coba nyambi (nyambi baca atau main). Disini tantangannya, kita harus tetep firm dengan aturan (anak gak boleh nyambi dan gak boleh ninggalin makanan). Trik yang aku pakai pas anak ninggalin makanan: 'Nak, nanti makanannya dicari lalet. Ayo sini duduk lagi.' Atau 'Nak makannya duduk ya. Tadi mama makan juga duduk kan.'. Kalau pas dia minta main/baca buku: 'Nanti ya nak, selesaiin dulu makannya nanti kita main/baca buku.' Atau kalau dia makan pakai tangan 'Kan tangannya bekas makanan nak, nanti kotor buku/mainannya.' So far ini works.
  • Ada juga masanya dia makan semau-maunya. Contoh dia makan kangkung doang (ini kesukaannya banget) dan minum air banyak-banyak. Alhasil nasi sama lauknya gak kemakan karena keburu kenyang. Di posisi ini yang paling sulit adalah nahan emosi dan menerima keadaan hahahahaha. Namanya emak-emak ya, mana ada yang ikhlas gitu aja liat anaknya makan 'seadanya' disaat udah disiapin menu lengkap. Tapi momen kayak gini jangan dibiarin lewat aja. Anakku akhirnya gampang laper karena nerapin metode kangkung dan airnya ini. Di momen dia cari-cari cemilan pas metode ini, masuklah ceramah "nak, laper ya? Lain kali minumnya kalau udah selesai makan aja ya biar gak keburu kenyang air." Karena apa? Karena kalo dikasi tau di awal gak akan dengerin, pas udah kena batunya baru dia ngeh.
  • Dan yang paling sulit dari segala kesulitan mengajarkan makan sendiri ke anak adalah tetap sabar dan telaten mendampingi anak. Dan kesulitan berikutnya ketika udah gak sabar adalah berpikir jernih soal kebutuhan anak. Kadang anak itu bilang 'kenyang' saat makanan masih sisa banyak itu tanda dia butuh sesuatu - bukan karena sudah kenyang beneran. Disanalah peran pendamping, berpikir jernih sebenernya apa yang lagi dibutuhkan anak. Misal, anak aku bilang 'kenyang' padahal makanan masih ada. Sebelumnya, dia terlalu heboh nyocol telur dadar ke kecap, juga motong-motong mie dengan jari. Aku pikir, mungkin dia lelah. "Nak, kamu capek ya? Mau mama suapin?" Dan jawabannya mau. Atau misal pas anakku gak kepengen makan nasi, minta mie. Aku coba usul, "Nak, mau mama kasih bawang goreng? Atau mau pakai kecap?". Kadang anak cuman butuh sedikit dorongan dan perhatian supaya semangat lagi makan sendiri.
  • Beberapa hal yang menurutku kurang efektif adalah mengiming-imingi hadiah kalau anak aku mau makan sendiri. Misal, mama kasih mainan kalau bisa makan sendiri. Atau mama ajak ke playground kalau makan sendiri. Kenapa? Karena suatu saat dia bisa bosen sama hadiahnya, atau hadiahnya terus meningkat seiring waktu. Dariapda capek sendiri, mari hindari kasih iming-iming hadiah ke anak. Instead, ajarin anak makan sendiri karena ini adalah life skill yang memang wajib dipelajari anak.

Kesimpulan dari ngajarin anak makan sendiri di usia balita sebenarnya tidak lebih mudah dari usia bayi. Ada aja tantangan dan rintangan yang dihadapi. Memang anaknya sudah lebih ngerti ketika diajarkan, tapi bukan berarti anaknya anak langsung nurut dan pandai makan sendiri. Kesabaran setebal tembok cina sangat dibutuhkan disini, bahkan kalau bisa setebal kulit bumi. Apakah akan menyerah? Hmmm, meskipun melelahkan kurasa ini tetap langkah terbaik yang harus dilakukan. Mungkin dengan sedikit demi sedikit, perlahan, dan berulang, anak akan semakin biasa untuk makan sendiri dan paham proses makan. Yang paling penting dari proses ini, aku ingin melatih insting anak tentang rasa lapar, kenyang, dan cara mendapatkan makanan (mulai dari masak, proses menyajikan makanan, dan proses makan itu sendiri). Kalau menurut kalian gimana? Boleh sharing di kolom komentar ya :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun