Mohon tunggu...
Siti Jubaida
Siti Jubaida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Monyet Pencari Nafkah: Realita yang Menyedihkan di Balik Pertunjukan Jalanan

20 Juni 2024   02:22 Diperbarui: 20 Juni 2024   02:29 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Topeng monyet - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas 

Di berbagai sudut kota-kota besar di Indonesia, kita seringkali menemukan pemandangan monyet yang dijadikan penghibur jalanan. Mereka dipaksa untuk melakukan berbagai atraksi, seperti menari, mengendarai sepeda mini, atau melakukan gerakan akrobatik. Walaupun banyak yang mungkin terhibur oleh pertunjukan ini, jarang yang menyadari penderitaan yang dialami oleh hewan-hewan ini. Seperti yang diungkapkan oleh Jane Goodall, seorang primatolog terkenal, "Setiap kali kita melihat binatang yang terkurung dan dipaksa untuk melakukan tindakan yang tidak alami bagi mereka, kita seharusnya bertanya bagaimana mereka diperlakukan."Kondisi Kehidupan yang Memprihatinkan
 
Sebagian besar monyet yang dijadikan alat mencari nafkah ini hidup dalam kondisi yang jauh dari layak. Mereka seringkali dirantai atau dikurung dalam kandang sempit ketika tidak sedang "bekerja." Makanan yang mereka terima pun seringkali tidak cukup dan tidak memenuhi kebutuhan nutrisi yang seimbang. Menurut suatu laporan oleh World Animal Protection, kondisi ini mengakibatkan stres, malnutrisi, dan berbagai penyakit.
 
Bukan hanya kebutuhan fisik yang terabaikan, kebutuhan psikologis mereka juga tidak dipenuhi. Monyet adalah hewan sosial yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya serta lingkungan yang memungkinkan mereka untuk bergerak bebas. Ketika mereka dipaksa untuk hidup dalam isolasi atau dalam ruang yang terbatas, hal ini bisa menyebabkan gangguan perilaku seperti agresi atau apati. Ahli zoologi Desmond Morris pernah menyatakan, "Ketika kita merampas kebebasan dan kebutuhan sosial binatang, kita membuat kehidupan mereka menjadi sangat menderita."
 
Latihan yang Kejam
 
"Proses pelatihan untuk membuat monyet melakukan berbagai trik biasanya melibatkan metode yang kejam," kata Dr. Jane Goodall. "Pemilik seringkali menggunakan kekerasan dan intimidasi untuk memaksa monyet," tambahnya. Pukulan, rantai, dan alat-alat penyiksaan lainnya digunakan untuk menundukkan hewan-hewan ini. Rasa takut dan sakit menjadi alat utama untuk "mendidik" mereka.
 
Metode ini bukan hanya tidak etis, tetapi juga melanggar prinsip-prinsip kesejahteraan hewan yang seharusnya dijunjung tinggi. Penggunaan kekerasan dalam melatih hewan mencerminkan ketidakpedulian terhadap hak-hak dasar hewan untuk hidup bebas dari penderitaan. Menurut World Animal Protection, "Hewan yang dipaksa untuk menghibur manusia menderita secara fisik dan psikologis."
 
Alternatif yang Lebih Baik
 
Meskipun monyet sebagai penghibur jalanan telah menjadi tradisi di beberapa tempat, kita perlu mempertimbangkan dampak jangka panjang dari praktik ini terhadap kesejahteraan hewan. Ada berbagai alternatif yang lebih manusiawi dan tidak melibatkan eksploitasi hewan. Misalnya, seniman jalanan bisa menggantikan atraksi hewan dengan pertunjukan seni manusia seperti musik, tarian, atau pertunjukan sulap. "Pertunjukan seni manusia tidak hanya lebih etis, tetapi juga bisa lebih menarik bagi penonton yang menghargai kreativitas dan keterampilan manusia," jelas Sarah Davies, seorang aktivis hak-hak hewan.
 
Peran Pemerintah dan Masyarakat
 
Pemerintah memiliki peran penting dalam melindungi kesejahteraan hewan. Penegakan hukum yang ketat terhadap eksploitasi hewan harus ditingkatkan. Aturan yang melarang penggunaan hewan dalam pertunjukan jalanan harus ditegakkan dengan serius, dan pelanggar harus dikenai sanksi yang tegas. Menurut Dr. Jane Goodall, "Setiap tindakan manusia terhadap hewan harus memperhitungkan kesejahteraan dan martabat mereka." Oleh karena itu, program pendidikan dan kampanye kesadaran publik mengenai kesejahteraan hewan perlu digalakkan untuk mengubah pandangan masyarakat tentang penggunaan hewan dalam hiburan.
 
Masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk tidak mendukung pertunjukan yang melibatkan eksploitasi hewan. Dengan menolak untuk menonton dan memberikan uang kepada penghibur jalanan yang menggunakan monyet, kita bisa mengurangi permintaan dan pada akhirnya, membantu mengakhiri praktik ini. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi, "Keberadaban suatu bangsa dapat diukur dari cara mereka memperlakukan hewan."
 
Kesimpulan
 
Monyet sebagai pencari nafkah dalam pertunjukan jalanan adalah praktik yang tidak manusiawi dan mengabaikan kesejahteraan hewan. Meskipun telah menjadi bagian dari tradisi di beberapa tempat, kita perlu beralih ke metode hiburan yang lebih etis dan manusiawi. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk melindungi hak-hak hewan dan memastikan mereka hidup dengan martabat dan kesejahteraan yang layak. Dengan demikian, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik dan lebih beradab, baik untuk manusia maupun hewan.

"Hewan adalah bagian dari kehidupan kita, dan kesejahteraan mereka mencerminkan standar moral kita." Marc Bekoff.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun