Sebagai mahasiswa dan sempat bergelut dibidang jurnalistik kampus menuntut saya untuk selalu tahu banyak dan banyak membaca buku. Buku beraneka dari hampir semua genre hingga pembahasan tuntas saya baca. Tak hanya buku, berita-berita di dunia maya pun harus terus saya pantau untuk tahu bagaimana perkembangan diluar dan dalam negeri versi masing-masing media.
Sebagai seorang mahasiswa, terlebih mahasiswa Fakultas Hukum, saya banyak terlibat dalam diskusi-diskusi yang diadakan organisasi dan kampus hingga diskusi ringan ala warung kopi. Topik pembahasannya pun menarik untuk diikuti. Mulai dari isu-isu dunia, politik nasional, hingga diskusi mengenai rasa jajanan yang kurang enak. Semuanya tersaji dengan berbagai reverensinya sendiri-sendiri.
Namun sayangnya hanya sedikit mahasiswa bahkan yang mengaku aktivis yang mau membaca. Jangankan membaca buku diluar keilmuan atau kegemarannya, membaca buku keilmuan mereka masing-masing pun ogah-ogahan. Tapi ajaibnya, bimsalabim..., mereka mengomentari berita yang dimuat oleh sebuah media. Komentarnya pun seringnya sinis dan cenderung berkata-kata kasar.
Entah kenapa saya memiliki keyakinan jika apa yang ditampilkan oleh mahasiswa adalah tampilan masyarakat kini. Jika mahasiswa berubah, masyarakat pun berubah. Mungkin itu premis yang saya dapat selama melihat mahasiswa.
Saya orang yang suka meminjamkan buku-buku saya kepada orang yang ingin membaca. Namun ingat, pinjam! Ada kebahagiaan sendiri ketika orang mau membaca diluar membaca online (membaca buku atau majalah atau sejenisnya). Bagi saya buku (kertas) memiliki cita rasanya sendiri.Â
Salah satu alasan mendasar saya suka meminjamkan buku kepada orang lain adalah agar orang itu memiliki referensi dan dapat berdiskusi dengan saya. Karena saya yakin ketika satu orang membaca belum dapat memahami satu buku utuh. Setidaknya dengan ada dua orang atau lebih akan membuat kita paham betul apa yang diinginkan oleh si buku.
Kembali ke persoalan, kini kita masuk ke era dimana segala sesuatu sudah disediakan oleh internet. Seperti restoran all you can eat, anda berhak "memakan" apapun yang anda mau di internet. Semuanya anda yang menyaring dan anda yang menilai.Â
Walhasil sekarang banyak sekali komentator-komentator dadakan terhadap berita atau isu tertentu. Seolah mendapat kebebasan tanpa takut hukuman, orang-orang mulai banyak mengomentari isu dengan pandangan pro dan kontra yang saling berperang kata-kata satu dengan yang lainnya.
Di dalam diskusi dan dalam memberi komentar terhadap sebuah artikel atau isu membuat saya memiliki satu kesimpulan. Masih banyak pembaca yang hanya sekedar membaca judulnya saja. Seolah pesulap atau bahkan ahli nujum, mereka mampu seolah-olah mengerti apa isi isu atau artikel tersebut.
Seperti makan namun hanya tahu nama tanpa tahu bentuk, rasa, bahkan resep dan cara membuatnya. Sialnya banyak sekali berita di dunia maya yang kurang akurat meski secara kecepatan bagus. Banyak reporter atau penulis yang hanya mencari sensasi dengan memasang judul yang ketika dibaca sepintas bersifat trial.
Memang jika kita melihat dari bagaimana mereka "hidup" tulisan-tulisan bombastis dan sensasional lebih memiliki nilai jual dan mendapat banyak klik dari pengguna internet. Ya, semakin banyak klik semakin banyak iklan yang mau mengiklankan barang atau perusahaannya di situs tersebut.Â