Mohon tunggu...
Sihijau
Sihijau Mohon Tunggu... karyawan swasta -

hanya seorang wanita yang diberi kesempatan untuk mengungkapkan isi hatinya melalui tulisan dan tulisan itu menjadi pengingat juga bagi dirinya..^^

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pelangi

2 September 2010   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Mama, lihat!" kata seorang anak kecil sambil menunjuk ke langit.

"Oh, itu pelangi. Bagus ya nak!" jawab sang ibu sambil menghelus kepala anaknya lembut.

"Ma, pelangi itu banyak warnanya. Sama kayak teman-teman aku," cerita sang anak.

Sang ibu kaget mendengar perkataan anaknya, kemudian ia tersenyum dan bertanya, " Maksudmu apa de?"

"Iya, di sekolahku ada yang berkulit seperti aku sama, tapi ada juga yang kulitnya lebih putih dari aku. Ada yang berbicara dengan bahasa jawa dan ada yang bicara bahasa inggris. Sama kayak pelangi itu!" Jawab sang anak sambil menunjuk kembali ke langit.

"Tapi sayangnya, kalau melihat pelangi itu terlihat indah sekali. Tapi kenapa ketika melihat teman-temanku, mereka seperti musuh. Padahal kita sama-sama bernafas,hanya berbeda warna. Pelangi aja bisa terlihat indah, bukankah kita juga ma?" lanjut sang anak.

Melihat anaknya berbicara seperti itu, sang ibu hanya bisa diam dan tersenyum.

"Kalau kau melihat ada perbedaan yang dibenci oleh orang lain, janganlah mudah terpancing de. Tapi kamu harus bisa menjadi terang ditengah perbedaan itu. Kamu harus mau berteman dengan siapa saja. Karena kalau kamu ingin pertemanan seperti pelangi, kamu harus memulai untuk menyayangi mereka," nasehat si ibu.

Dan sang anakpun tersenyum dan berkata, " itu cita-citaku ma! Aku ingin buat pelangi terlihat indah tidak cuman di langit, tapi di seluruh sekitarku."

PS: Perbedaan adalah pelangi, jadikan perbedaan itu terasa indah seindah pelangi, bukannya hambar.. ^^

02 September 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun