Pesta bola piala dunia akan segera usai. Hingar bingar bola telah kita lewati bersama selama sebulan penuh. Apa yang bisa kita petik dari pesta piala dunia 2010 di Afrika Selatan tersebut ? Banyak sekali, mulai dari tontonan permainan kelas dunia yang dipertontonkan oleh semua tim terbaik dunia, semangat menyala-nyala untuk menang dari para pemain, fair play hingga pertunjukkan dan penyelenggaraan yang tertata dengan begitu rapih dan terkoordinasi. Sayang memang, Indonesia masih belum mampu ikut serta dalam pesta sepakbola terakbar di dunia tersebut.
Terlepas dari pelaksanaan pesta bola tersebut, saya jadi sedikit teringat pada masa kecil saya. Saya teringat, ketika kecil saya menyaksikkan tim olahraga Bulutangkis Indonesia bertanding di televisi. Entah itu memperebutkan piala Thomas, Uber bahkan sampai Piala Sudirman. Tontonan itu sepert memacu adrenalin saya. Memacu emosi saya. Membuat saya bangga akan semangat putra-putri Indonesia dalam memperjuangkan kemenangannya untuk memperebutkan gelar juara. Bahkan saking tegangnya, saya teringat Ibu saya sampai tidak berani menontonnya. Karena tegang, takut jantungnya kumat katanya. Padahal ibu saya tidak punya penyakit jantung.Terlepas hasilnya menang atau kalah, tapi saya merasa bangga saat itu. Melihat perjuangan para putra-putri terbaik bangsa berjuangan yang terbaik.
Kemudian, saya teringat, di tahun 1992, semoga saya tidak salah. Di saat ada penyelenggaraan kejuaraan sepakbola piala Asia di Kuwait, dimana Indonesia setelah beberapa kali pelaksanaan tidak ikut serta, bisa ikut serta di ajang piala Asia tersebut. Tidak ada yang menggunggulkan Indonesia dalam kejuaraan tersebut. Bahkan Indonesia dianggap sebagai anak bawang di kejuaraan tersebut. Namun apa yang terjadi, di pertandingan pertama Indonesia mampu menahan tim tuan rumah Kuwait, dengan skor 2-2. Bahkan Indonesia sempat unggul 2-0 terlebih dahulu, sebelum disamakan tim tuan rumah. Yang lebih hebat lagi, gol pertama Indonesia yang dicetak Widodo C. Putra, dinobatkan sebagai gol terbaik di Asia. Gol kelas dunia saya kira. Disitu kita bisa melihat semangat juang para atlet olahraga untuk memperjuangkan yang terbaik bagi negara kita. Tapi apa yang terjadi dengan saat ini ?
Saya sebagai masyarakat Indonesia, seperti rindu dengan itu semua. Rindu melihat perjuangan dan semangat para atlet olahraga Indonesia memperjuangkan olahraga Indonesia. Semoga saya salah, namun pendapat saya, atlet Indonesia seperti tidak memiliki semangat dalam bertanding. Semua orang pasti bisa merasakan semangat, jika memang itu ada dalam diri setiap atlet Indonesia. Saya tidak tahu kenapa, tapi saya merasa semangat atlet kita tidak seperti dahulu.
Bulutangkis kita terpuruk jauh. Bahkan dari atlet negara kelas dua saja kita sudah tertinggal jauh. Kita sudah bukan lagi sebagai negarayang ditakuti di dalam bulutangkis. Diselenggarakan di Indonesia saja, kita tidak mampu juara. Sepakbola, apalagi. Bukannya bingung dan ribut membahas tentang bagaimana memajukan sepakbola, tapi kita malah disibukkan dengan segala permasalahan yang ada di dalam tubuh PSSI. Mulai dari mafia pertandingan, mafia wasit, korupsi dsb dsb. Kita sudah bukan siapa-siapa lagi di kancah persepakbolaan Indonesia. Di Asean saja kita sudah kalah, apalagi Asia.... Sea Games dan Asian Games apalagi. Sudah tertinggal jauh. Kita tidak usah berbicara Olimpiade, yang paling kecil saja kita sudah kalah. Sudah tidak ada ceritanya lagi kita menjadi juara umum di Sea Games.. Kita benar-benar tertinggal... Olahraga kita benar-benar tertinggal jauhhh... Jauhhh sekali...
Saya benar-benar rindu melihat semangat yang tinggi dari atlet-atlet Indonesia dalam bertanding. Saat saya melihat Korea Utara melawan Brasil di pertandingan piala dunia, saya berandai-andai.. Andaikan Korea Utara itu Indonesia. Saya akan bangga sekali. Sebuah negara yang bukan apa-apa, tapi mampu menahan dan mengimbangi Brasil yang notabene negerinya sepakbola dunia. Saya mungkin berkhayal, ketika menonton acara Indonesia Mencari Bakat di Trans TV, saya melihat semangat para peserta dalam menampilkan karya seni yang terbaik. Mereka begitu bersemangat dalam menampilkan jiwa seni yang dimilikinya, untuk bisa dinikmati penonton di Indonesia. Saya hanya berkhayal, andai semangat itu bisa ditularkan ke dalam para atlet olahraga Indonesia...
Saya rindu semangatmu atlet Indonesia... Saya rindu... Mana Semangatmu.....
Heru Wijayanto, MBA. MM. M.MT (si_heyu@hotmail.com)
Associate Dean III For Student Council IEU Surabaya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H