Mohon tunggu...
Sihar Johanson Siringoringo
Sihar Johanson Siringoringo Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Abdi Negara yang selalu bermimpi untuk kemajuan indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengemis Tambah Kere

9 Mei 2013   18:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:51 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

pemandangan yang sangat membuat miris hati ketika kita sedang berada dikereta api dan begitu banyak para pedagang, pengemis dan pengamen dengan pakaian lusuh , muka penuh debu dan rambut warna kuning karena tidak pernah di shampoin atau karena kena terik matahari. anak kecil yang diajak orang tua untuk membantu mencari nafkah. digendong sambil mengarahkan bungkusan permen kepada penumpang dengan harapan diberi recehan. anak yang diajak menyapu lantai kereta pakai sapu yang patah di sepanjang gerbong sambil mengulurkan tangan kepada setiap penumpang dengan harapan recehan juga. pengamen yang bersuara lantang dengan personil lengkap seperti band tapi hanya punya alat gitar dan suara menggelegar.  begitulah bagian kecil kehidupan para pencari receh di ibukota jakarta. yang sangat menyentuh adalah pengemis yang sebenarnya sudah lumpuh kaki namun berjalan setiap hari dengan hanya mengandalkan kedua tangannya.

semua pemandangan itu tentunya bisa diketemukan dengan gampang di kereta api dan jalanan di kota-kota di indonesia. kehidupan yang serba cukup hanya untuk cari makan setiap hari. karena sesungguhnya merekalah yang bekerja tanpa ada hari libur. kehidupan yang berat harus dilalui hanya untuk perut rasanya tidak ada lagi impian yang perlu diangankan. yang ada hanya impian recehan menggelinding di bungkus plastik permen setiap hari dan itulah kebahagian sesungguhnya yang mereka rasakan.

keberadaan mereka yang setiap tahun tidak ada perubahan . tentunya bisa menjadi kritik bagi pemerintah kita. alasannya adalah keberadaan yang sudah jelas bisa dideteksi namun tidak pernah ditampung dan diberdayakan oleh pemerintah tentunya menjadi pertanyaan. keberadaan pagu dana APBN yang digelontorkan rasanya bukan untuk mereka tapi untuk program-program yang dinikmati pegawai dan pihak ketiga. seandainya target yang diberikan kepada kementerian terkait adalah seberapa banyak kaum fakir yg bisa tampung selama satu tahun tentu menjadi pekerjaan yang mudah dilaksanakan. tapi nyatanya tidak. dengan keberadaan kementerian yang sekarang mengurusi kaum fakir miskin yang berkeliaran di jalanan setiap hari sudah saatnya sekarang untuk jabatan di kementerian terkait tak perlulah jabatan karier sudah saatnya dibuka lelang jabatan ala Jokowi-ahok tapi pesertanya bukan dari pegawai kementerian itu tapi dari luar. saya yakin masih banyak orang yang dengan hati yang tulus mau membantu saudara-saudara kita yang terlantar. atau ganti aja para pegawai karir itu dengan para pemuka agama/organisasi sosial itu menjadi pemimpin para fakir miskin.dengan catatan kasih mereka dana dari pemerintah untuk melaksanakan tugas mulia itu.  kalau masih saja banyak saudara-saudara kita yang terlantar sudah bubarkan sajalah kementerian terkait walau melanggar UUD 45. karena yang diperlukan mereka sesungguhnya bukan bantuan sosial tapi keadilan sosial.

Tuiter:@lae_har

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun