Ketua Umum PDIP Megawati diyakini berada dibalik keputusan 'tutup mata' Presiden Jokowi memilih Budi Gunawan sebagai Kapolri. Posisi Kapolri itu jatah PDIP setelah Surya Paloh sukses menjadikan Jaksa Agung sebagai jatah Nasdem.
Tidak mungkin Jokowi pilih Budi karena alasan orang sekampung atau juga alasan rekening gendut Budi tidak bermasalah karena Jokowi menggunakan data Polri. Pernyataan Jokowi di media menyebutkan dua alasan itu dalam memutuskan memilih Kapolri adalah bohong. Itu hanya alasan untuk menyelamatkan muka Megawati. Tidak etis Jokowi mengatakan ke media kalau Megawati yang meminta agar pilih Budi Gunawan.
Alasan yang digunakan itu dampaknya memang membuat Jokowi yang disalahkan publik. Namun, Jokowi yang melindungi citra Megawati minta imbalan Megawati dan Surya Paloh untuk menyelamatkan citra Jokowi yang sedang dihujat pendukungnya. Dan Megawati dan Surya Paloh pun melakukan penyelamatan citra presiden yang diminta Jokowi.
Bagaimana peran Megawati dan Surya Paloh menyelamatkan Jokowi? Ini analisa suka-suka penulis yang mencoba melihatnya dari sudut pandang berbeda, yakni dari sisi Mega-Surya sebagai dalang Jokowi memilih Kapolri dan Jaksa Agung.
Selasa (13/1) KPK mengumumkan tersangka rekening gendut. Sebenarnya yang terkejut Budi Gunawan ditetapkan sebagai tersangka bukan Jokowi, tetapi Megawati. Karena mantan ajudannya tidak hanya gagal menjadi Kapolri, tapi juga lambat laun akan menjadi pesakitan di KPK. Megawati pun melobi Jokowi pasang badan dengan kesepakatan Mega akan menuruti keinginan Jokowi.
Apa yang Jokowi ingin Mega-Paloh lakukan? Jokowi minta dalam menyelesaikan masalah Budi Gunawan, Mega-Paloh bantu menghapuskan citra Jokowi presiden boneka. Jokowi ingin dalam momen memutuskan nasib Kapolri ini, publik melihat Jokowi tidak diintervensi partai pengusungnya.
Skenario dijalankan. Makanya, walau Budi berstatus tersangka, Mega-Paloh meminta anggota DPR dari PDIP-Nasdem tetap memperjuangkan Budi Gunawan. Malah pesan Mega itu digembar-gemborkan politisi PDIP Trimedya Panjaitan ke media agar publik menilai PDIP berusaha menekan Jokowi. Dalam kondisi ini PDIP juga punya opsi rencana lain, yakni DPR dari KMP menolak. Kalau Budi ditolak Komisi III DPR, masalah Jokowi selesai menggunakan 'tangan' KMP.
Makanya, waktu itu Jokowi tidak menarik pencalonan Budi dan bilang ke media akan menunggu proses di DPR. Padahal bisa saja Jokowi langsung membatalkan dengan menarik pencalonan Budi di Komisi III sebelum fit and propert tes dilakukan.
Tapi rencana itu gagal, karena KMP yang mencium skenario tersebut. Makanya KMP yang biasanya berseberangan dengan KIH, mendadak kompak ikut mendukung Budi. Bahkan KMP mendapat celah 'menyerang' Jokowi dengan menyetujui pencalonan Budi Gunawan. Melantik Kapolri, citra Jokowi akan merosot, tidak dilantik, DPR mendapat celah untuk menginterpelasi Jokowi.
Kondisi itu sempat menegangkan komunikasi Jokowi dan Mega. Dalam kondisi ini, Jokowi mulai curiga, tapi Mega-Paloh tetap tenang dan meyakinkan Jokowi, kalau skenario masih berjalan mulus. Terlihat dari rencana Jokowi mengambil keputusan pada Rabu (14/1) tapi sampai tengah malam, tidak ada konferensi pers dilakukan.
Mega melalui Hasto Kristiyanto membuat opini publik melalui media kalau PDIP tetap meminta Jokowi melantik Budi. Surya Paloh yang biasa bicara dengan media, menyebutkan 'kalau saya, saya lantik'. Terkesan, kalau partai pengusung Jokowi ingin Budi Gunawan dilantik.