Mohon tunggu...
Sowi Muhammad
Sowi Muhammad Mohon Tunggu... -

Menulis dengan intuisi tanpa teori

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gagal Pahami Jokowi, Kapolri Terancam Dicopot?

26 Desember 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:24 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak hanya kader Demokrat keliru memahami instruksi all out dari SBY yang disikapi dengan walk out. Kapolri Jenderal Polisi Sutarman juga gagal memahami atasannya, Presiden Jokowi. Tentunya tidak segampang bedakan all out dan walk out ataupun log out, tapi ini menyangkut visi dan misi serta semangat reformasi birokrasi.

Gagal paham ala Kapolri ini harus dibayar mahal, Sutarman segera dicopot dan pensiun dini. Padahal masa pensiunnya masih cukup lama (oktober 2015). Jokowi tidak menemukan sosok Polri yang diinginkannya pada figur dan kepemimpinan Sutarman.

Dibawah komando Sutarman, Polri tidak menunjukkan semangat reformasi birokrasi dan revolusi mental ala Jokowi. Polri masih menunjukkan karakter polisi yang selama ini dikeluhkan masyarakat yakni polisi yang bekerja berdasarkan uang. Kapolri seperti kurang memahami pandangan masyarakat tentang berurusan dengan polisi sama dengan uang keluar. Atau stigma 'ada uang, urusan lancar' yang telah melekat di masyarakat.

Kegagalan Kapolri memahami Jokowi ini terlihat saat pertemuan Presiden dengan Kapolri, Kapolda dan Kapolres di Akpol Semarang pada 2 Desember 2014 lalu. Kapolri meminta 'uang' ke Jokowi agar penangan kasus menjadi lancar. Kapolri juga tidak menunjukkan semangat reformasi kepolisian dengan melakukan pembiaran dan pembenaran atas pungutan liar (Pungli) yang dilakukan oknum polisi di lapangan.

"Kami hanya diberi anggaran Rp 904 miliar. Idealnya membutuhkan anggaran sampai Rp 2,5 triliun," kata Sutarman. Kekurangan anggaran itu menyebabkan anggota polisi melakukan pungli. "Padahal kami wajib bergerak sehingga terkadang terjadi pungutan liar di jalanan," kata Sutarman seusai rapat pertemuan itu. (tempo.co)

Berhasilkah upaya Kapolri meminta tambahan anggaran Polri tahun 2015? Dua pekan setelah 'curhat' Kapolri itu, Jokowi langsung merencanakan mencopot Sutarman dan saat ini penggantinya sedang digodok. Diperkirakan Januari atau Februari 2015, Kapolri baru sudah dilantik.

Kapolri seperti tidak memahami 'mimpi' Presiden Jokowi selaku atasannya. Berikut pernyataan Jokowi dibidang supremasi hukum yang gagal dipahami Kapolri sehingga berujung pencopotannya sebagai orang nomor satu di Polri.

1. Merosotnya wibawa negara.

Dalam pemaparan visi misi saat pencapresan, Jokowi menyebutkan ada 3 persoalan bangsa. Poin pertama, merosotnya wibawa negara. Dalam pertemuan dengan Kapolri di Semarang, Jokowi menekankan hal ini. "Kami ingin menaikkan kewibawaan negara. Itu bisa dicapai kalau institusi negara bisa dipercaya masyarakat," katanya.

Kalimat itu jelas menyatakan merosotnya wibawa negara karena tingkah polah aparatur negara. Dan polisi adalah salah satu aparat negara yang bersentuhan langsung dengan rakyat. Dengan alasan apapun, Jokowi tidak bisa menerima pembenaran pungli oleh aparat kepada masyarakat. Kasarnya, dengan anggaran Polri yang minim Jokowi lebih memilih penanganan kasus mandek dari pada aparat lakukan pungli.

Tapi, kenyataan di lapangan, penanganan kasus banyak yang tidak jalan, pungli merebak, gratifikasi dan kasus simulator SIM mencuat. Kasus yang melibatkan Irjen Djoko Susilo itu tentu bukan satu-satunya di Polri, kebetulan hanya itu yang bisa dibongkar. Itupun KPK mendapat perlawanan dari Polri yang mendatangi KPK dan juga mengkriminalisasi penyidik Novel Baswedan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun