Mohon tunggu...
Sowi Muhammad
Sowi Muhammad Mohon Tunggu... -

Menulis dengan intuisi tanpa teori

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Interpelasi, Skenario Drama SBY Jilid II?

29 November 2014   17:12 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:31 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politisi Demokrat di senayan pun memainkan 'perannya'. Ketika KMP menggalang dukungan hak interpelasi, Demokrat tidak ikut-ikutan. Walau tidak tandatangan, bukan berarti Demokrat bulat menolak pengajuan hak interpelasi. Sebagian politisi Demokrat membuat pernyataan mendukung interpelasi.

"Sejauh ini belum ada anggota yang ikut tanda tangan, tapi pada prinsipnya setuju interpelasi," kata anggota DPR Fraksi Demokrat, Khatibul Umam Wiranu melalui pesan singkatnya kepada Tempo, Selasa, 25 November 2014. (tempo.co)

Kondisi berbeda pendapat di kalangan politisi Demokrat ini juga terjadi saat RUU Pilkada. Ketika itu, Demokrat dijanjikan KMP untuk posisi ketua MPR, namun pada akhirnya Demokrat mendapatkan dua posisi yakni Wakil ketua DPR dan Wakil Ketua MPR. Akibatnya, PPP yang ketika itu bagian dari KMP tidak dapat posisi di DPR dan juga gagal mendapatkan pimpinan MPR saat merapat ke koalisi pendukung pemerintah.

3. Celah Untuk Skenario

Jika pada RUU Pilkada, skenario Demokrat melalui 10 syarat Pilkada yang sangat sempurna, dalam hak interpelasi Demokrat memilih hak bertanya dan menyatakan pendapat sebagai celah skenarionya. Dengan hak bertanya, tentunya publik melihat langkah Demokrat ini tidak 'seradikal' KMP yang bisa dibaca sebagai upaya menjegal atau bahkan melengserkan Jokowi.

Tetapi, sebagai celah skenario, hak bertanya partai Demokrat tetap berpeluang ke interpelasi. Seperti yang pernah dikatakan Wakil Ketua DPR dari Demokrat Agus Hermanto kepada media beberapa waktu lalu. Agus mengatakan jika pemerintah melalui rapat dengar pendapat menjelaskan dengan logis dan dapat diterima, maka Demokrat tak melanjutkan penggunaan hak lain.(tempo.co)

Sebagai partai yang lama di pemerintahan, Demokrat bisa mengajukan pertanyaan yang bernuansa politis dengan membandingkan kebijakan BBM pada masa SBY. Diprediksi, pertanyaan akan dikaitkan dengan turunnya harga minyak dunia saat ini dan dibandingkan dengan SBY yang mengeluarkan kebijakan menurunkan harga BBM subsidi, saat harga minyak dunia turun.

Selanjutnya, apapun jawaban pemerintah diskenariokan untuk ditolak, apabila permintaan Demokrat tidak dipenuhi pemerintah. Situasi ini, Demokrat atau SBY melakukan lobi politik atau juga menunggu 'penawaran' dari pemerintah atau Megawati. Kondisi ini, pernah terjadi dalam skenario pengesahan RUU Pilkada, namun komunikasi SBY dan Megawati gagal terjadi.

Dan jika, permintaan Demokrat dan SBY ditolak, maka skenario selanjutnya, Demokrat bergabung dengan KMP melakukan interpelasi. Jika dengan interpelasi terbuka peluang pemakzulan, maka Demokrat akan memuluskan KMP untuk melengserkan Jokowi. Tentunya, Demokrat juga harus mendapatkan 'keuntungan' dari KMP atas dukungannya.

Seperti sinetron atau film, setiap cerita menarik dan menyedot penonton akan disuguhi dengan episode lanjutan atau sekuel. Kesuksesan 'drama RUU Pilkada' yang membuat SBY dianugerahi penghargaan 'Bapak Anti Demokrasi' tentunya memotivasi SBY untuk menyusun skenario menarik lainnya dan menyajikannya untuk rakyat Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun