Mohon tunggu...
Koko Wijayanto
Koko Wijayanto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Memiliki minat serta ketertarikan besar dalam bidang studi sosial semenjak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Pun, memulai memfokuskan aktivitas diri pada sekitar tema-tema organisasi dan ideologi. Latar belakang tersebut memberikan kemudahan tersendiri dalam upaya memahami karakter sosial berikut konstruksi disiplin ilmu Sosiologi di Universitas Gadjah Mada.\r\n\r\nMemiliki kapasitas dalam menjabarkan alur perkembangan pemikiran filsafat pra-Klasik (tradisi bios-Theoretikos), klasik, modern hingga postmodern. Pun, memiliki kualifikasi dalam menjabarkan alur perkembangan pemikiran disiplin sosiologi, sedari tataran klasik, modern, kritik dan postmodern hingga anti-disiplin, cultural studies, berikut disertai dengan berbagai deskripsi pada dimensi “praksis” dalam kehidupan sehari-hari—The Sociology of Everyday Life. Berbagai kapasitas maupun kualifikasi di atas, merupakan modal utama bagi sosiolog guna terjun ke “lapangan” dalam rangka menangkap, memahami dan menjelaskan beragam fenomena maupun nomena sosial yang ada dilapangan.\r\n\r\nDi samping ilmu filsafat dan sosiologi, mendalami pula berbagai disiplin ilmu, antara lain; ilmu ekonomi, ilmu politik, psikologi, antropologi, ilmu sejarah serta sastra. Hal tersebut ditunjang dengan kepemilikkan perpustakaan pribadi dengan koleksi tak kurang dari lima ratus eksemplar buku terkait beragam disiplin ilmu di atas, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Meat is Murder On The Environment

14 Maret 2013   05:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:48 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="" align="aligncenter" width="210" caption="Beruang Kutub"][/caption] "Meat is Murder On The Environment" Pernyataan di atas adalah judul sebuah artikel yang dimuat di web NewScientist.com, news service, tanggal 8 Juli 2007. Terdengar dramatiskah? Konservasi internasional mengidentifikasi 35 titik rawan global, dicirikan dengan hilangnya habitat hingga level parah (Livestock's Long Shadow, 2006). Salah satu satwa yang kini sedang berjuang mati-matian bertahan dari pola perubahan iklim yang makin ekstrem adalah beruang kutub. Beruang kutub kini berada diambang kiamat. Makin meluasnya wilayah es yang mencair berarti makin berkurangnya habitat buruan beruang kutub. Satu persatu beruang kutub mati mengenaskan, lelah berenang bermil-mil jauhnya untuk mencari makan sering tanpa hasil dan akhirnya mati kelaparan (Vegetarian: Global Warming, Global Vegetarian). any comment? Diposkan oleh: Koko Wijayanto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun