[caption id="attachment_130093" align="alignleft" width="270" caption="Cintailah si-Kecil (ilustrasi foto:mychildhealth.net)"][/caption]
Sebagai orang tua apakah kita ingin memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak-anak yang disayanginya? Tentu saja jawabannya sudah jelas dan seragam mereka menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang terbaik. Lalu mengapa tujuan yang baik ini berbeda realitasnya dengan di lapangan.
Maksudnya banyak anak kemudian malah menjadi tidak senang dalam belajar, cenderung menjadi pasif, tidak kreatif, tidak ceria bahkan beberapa mengarah ke stress. Hal ini bisa terjadi karena kelanjutan dari pertanyaan di atas yaitu jenis pendidikan seperti apa saja sih yang memungkinkan agar anak saya menjadi percaya diri dan pintar? Nah bila pertanyaan yang kedua ini muncul banyak orang tua mulai banyak yang berbeda pendapat tentang jenis pendidikan ‘apa saja sih’ agar anaknya kelak mempunyai masa depan yang cerah. Mengapa perbedaan para orang tua dalam memperlakukan pilihan pendidikan terhadap anak-anaknya bisa berbeda?
Perbedaan akan muncul dikarenakan ketidaktahuan para orang tua dalam memilih prioritas pendidikan yang tepat untuk anak mereka dan ketidaktahuan potensi terbesar yang ada dalam diri putra-putrinya. Orang tua beranggapan semakin banyak si-kecil diberikan berbagai jenis macam pendidikan maka berakibat mereka akan menjadi anak yang serba bisa, percaya diri, pintar bahkan kreatif.
Maksud jenis pendidikan disini bisa pendidikan formal seperti pendidikan bahasa ibu, agama, berhitung, matematika, bahasa asing, ilmu pengetahuan alam dan sosial dsb, atau jenis pendidikan non-formal, les piano, melukis, menari, olah-raga dlsb. Pertanyaan yang muncul kemudian apa benar sih asumsi tersebut? Dengan tegas jawabanya Bukan, tidak benar asumsi anak akan menjadi makin berkualitas bila kita sebagai orang tua menjejali si-anak tercinta dengan berbagai macam pendidikan sehingga ruang waktu untuk bermain mereka berkurang atau bahkan tidak ada sama sekali.
Ada pepatah yang sering didengar oleh kita ‘roker juga manusia’ demikian juga ‘si-kecil juga manusia’ artinya mereka itu juga punya keterbatasan dan perasaan bosan, si-kecil bukanlah robot yang tidak mengenal rasa lelah serta bosan. Lalu pilihan seperti apa yang perlu dilakukan sebagai orang tua terhadap anak kesayangannya, melihat realita dimasyarakat dimana beragam jenis pendidikan ditawarkan oleh para penyedia jasa pendidikan.
Hal pertama yang sebaiknya diketahui oleh orang tua adalah masalah prioritas dalam pendidikan, mana jenis pendidikan yang utama bagi si-kecil dan mana jenis pendidikan yang sifatnya pilihan. Sedangkan hal kedua yang tidak kalah pentingnya yang perlu disadari oleh orang tua yaitu mengetahui potensi yang ada pada diri si-anak. Okelah marilah satu persatu hal tersebut akan coba kita uraikan lebih detail dan kongkret. Masalah pertama yang kurang dipahami oleh para orang tua adalah jenis prioritas pendidikan bagi putra-putrinya. Ada prioritas utama dan prioritas pilihan, prioritas pendidikan utama yang harus diberikan terhadap si-kecil terbagi dua, meliputi pendidikan bahasa ibu didalamnya terkandung pemahaman budi pekerti dan pendidikan berhitung dasar.
Kedua jenis pendidikan tersebut merupakan jantung agar si-mungil dapat berkomunikasi pada saat ini dan dimasa yang akan datang. Lalu bagaimana pendidikan bahasa asing seperti bahasa inggris, jepang atau mandarin? Tentu saja bahasa-bahasa asing tersebut penting tapi bukan jenis prioritas utama dalam pendidikan, tergantung potensi yang ada dalam diri anak tersebut. Selanjutnya pendidikan berhitung dasar dikategorikan menjadi yang utama karena dalam berkomunikasi pemahaman akan angka atau bilangan serta operasi berhitung dasarnya merupakan hal yang mutlak diketahui oleh putra-putri kita.
Akan tetapi selanjutnya jangan disalah tafsirkan bahwa si-anak juga wajib belajar matematika lho? Begini penjelasannya ilmu hitung dasar atau aritmatika merupakan bagian dari matematika dan aritmatika sendiri merupakan ilmu dasar untuk mempelajari tahap berikutnya seperti aljabar, geometri atau kalkulus, tapi perlu diingat bahwa si-mungil pada saat ini atau kelak tidak mesti diwajibkan untuk belajar hal itu. Lalu ilmu hitung dasar itu meliputi apa saja sih?
Kemampuan berhitung dasar bagi siswa-siswi yang wajib meliputi pengenalan bilangan atau asosiasi tempat serta operasi berhitung dasarnya yang terdiri dari empat tahap yaitu penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Setelah prioritas pendidikan utama bagi putra-putrinya telah terpenuhi barulah orang tua memikirkan pendidikan pilihan untuknya. Tujuan dari pendidikan pilihan ini untuk mengarahkan si-mungil kelak mau jadi apa, menurut kerangka pikir orang tua. Pengarahan ini sebaiknya bukan didasari semata-mata keinginan yang asal-asalan tetapi dari potensi anak.
Tentu saja potensi diri anak dapat ditelusuri melalui jalur genetik ( bibit orang tua ) atau jalur uji tes potensi diri melalui pakar psikologi yang kompeten dibidangnya. Perlu dicermati oleh orang tua bahwa pengarahan pendidikan pilihan jangan menjadi patokan si-mungil kelak mesti berspesialisasi dibidang tersebut. Bisa jadi si- anak kelak pilihannya berbeda dengan yang telah diarahkan orang tuanya, justru bila akhirnya mampu menentukan pilihannya sendiri maka anak tersebut tergolong siswa diatas rata-rata dan seyogyanya orang tua malah senang dengan tipe anak seperti itu, sehingga pilihannya jangan dihalangi tetapi perlu didukung.
Justru sebagian besar anak masuk ke dalam golongan rata-rata sehingga pengarahan pendidikan pilihan dari orang tua menjadi penting disini. Karena bila tidak ada pengarahan akan tujuan belajar dari orang tua maka anak dengan kemampuan rata-rata ini akan menjadi mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitarnya. Contohnya bila seorang atlet profesional menjadi orang tua maka anaknya secara genetik mempunyai potensi yang sama dengan orang tuanya. Sehingga pendidikan pilihannya dapat diarahkan kesitu akan tetapi bukan berarti kelak si-anak harus seperti yang diharapkan oleh orang tuanya.
Jadi kesimpulan dari tulisan ini ingin menggaris bawahi bahwa jenis pendidikan untuk anak ada dua prioritas. Prioritas pendidikan utama dan pendidikan pilihan, nah bila orang tua telah mampu mengelompokan pilihan pendidikan yang tepat bagi anaknya diharapkan si-anak tidak dijejali oleh berbagai macam pendidikan atau kursus atau les, agar ruang waktu bermain anak juga terpenuhi ingat ‘si-mungilkan juga manusia’.
Penulis : Stephanus Ivan Goenawan (SIG)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H